Suasana sarapan pagi ini begitu hening. Anjani tidak berani menatap Ken dan fokus pada minuman yang hendak ia teguk setelah ia menandaskan makanan di piringnya.
"Bibi", Ken memanggil bi Tarsih yang berada di dapur. Bu Tarsih pun segera muncul dari dapur.
" Ya den?".
"Ma, pa, sama Bibi juga. Nanti sore Ken mau ngajak Anjani pergi jalan-jalan sekalian makan malem di luar. Apa aku di ijinkan pergi membawa Anjani?".
Sungguh, bi Tarsih mati kutu saat itu juga. Beliau bingung hendak menjawab apa.
"Ya udah tapi pulangnya jangan malem-malem. Pulangnya harus dalam keadaan utuh", Kali ini suara Fandy yang mengintruksikan putranya. "Dan jangan macem-macem ,Ken. Ingat! Dan kalian boleh pergi kalau bibi mengijinkan kalian. Gimana bi?". Tatapan Fandy beralih pada bi Tarsih.
"Saa saya Ndak keberatan tuan. Asalkan den Kenan tidak kerepotan nanti", Nawal yang mendengan kecanggungan pembantunya tersenyum semabri menggelengkan pelan kepalanya.
"Anjani anak yang mandiri kok bi. Nggak mungkin kalau sampai merepotkan Kenan",bi Tarsih yang mendengar Nawal pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum hangat.
"Nja, Udah ku mintain ijin. Jadi nggak ada alasan nolak ya". ucap Ken kemudian segera menyambar tas ranselnya dan segera berangkat ke kampus. Sedang Kania dan Anjani di antar Fandy untuk berangkat ke sekolah.
.............
'Nja, aku tunggu di mobil. Cepetan'
Begitulah isi pesan yang dikirimkan Kenan pada Anjani. Anjani yang sudah siap pun kembali bercermin dan memastikan bahwa penampilannya sudah sangat rapi.
Tak lama, Anjani sudah tiba di halaman depan, bergegas berjalan menuju mobil Fandy yang sudah dihidupkan mesinnya.
"Siap?", tanya Fandy di sertai senyum tipisnya.
"Iya, mas". Kenan pun segera menjalankan mobilnya. Mereka menuju taman alun-alun kota. Anjani merasakan kebahagiaan yang membuncah saat ini.
"Nja, nanti makan malam bareng temen ku, nggak apa-apa kan?".
"Nggak Apa-apa kok mas, gimana enaknya aja. Saya nurut aja",
Ken melirik sekilas dan tersenyum.
"Maafin ucapanku tadi pagi ya, nja. Apa kamu tersinggung?".
"Nggak apa-apa kok mas", ucap Anjani yakin.
"Ayo, aku ajakin kamu ke distro milikku. Kamu boleh ambil beberapa potong pakaian casual disana". Kenan memang memiliki usaha distro sendiri.
Fandy, sang ayah sudah mulai menerapkan ilmu management bisnis pada ken dari usaha terkecil. Semua itu yang memodali juga sang ayah.
Fandy hanya ingin, suatu saat usaha keluarga di wariskan pada putra tertuanya itu. Termasuk usaha perkebunan dan resto miliknya.
"Ndak usah mas, Ndak usah", sahut Anjani menolak.
"Nggak apa-apa. Gratis kok buat kamu. Sebelum makan malam nanti, masih ada waktu kok mampir ke distro ku sebentar.
"Ta tapi mas?".
"Nggak ada tapi", ucap Ken tegas.
Tak lama, mobil berhenti di depan sebuah bangunan yang banyak memajang pakaian kasual remaja pria dan wanita.
Ken pun segera turun dan di susul Anjani yang mengekor di belakangnya.
"Mbak Marsha?", Ken memanggil salah satu karyawan distro yang bertugas disana. Seorang wanita yang bertubuh mungil, berparas ayu dan berkulit sedikit eksotis agar mendekat ke arahnya.
"Iya, mas?",
"Ini Anjani. Tolong bantu Anjani pilih baju beberapa potong ya. Nggak usah pake lama. Yang penting cocok dan pas di badannya. Soalnya habis ini aku ada janji makan malem sama temen-temen kuliah ku dan ngajak Anjani juga".
"Oke mas. Yuk mbak Anjani. Mbak bisa panggil aku Marsha". Ucap Marsha yang tersenyum ramah dan menjulurkan tangannya ke arah Anjani. Anjani pun membalas uluran tangan Marsha.
Setelah memilih empat stel pakaian kasual, akhirnya Anjani berganti pakaian salah satu yang di pilihnya tadi. Begitu Ken selesai mengecek laporan distro, Ken pun segera mengajak Anjani pergi menuju resto milik sang papa.
.......
"Lama banget sih Lo, Ken. Sampek jamuran gue nunggu Lo dari tadi", Rio berkata sembari mengerucutkan bibirnya karna kesal menunggu Kenan yang baru datang.
"Tau nih anak. Gue sama Rio Sampek dikira pacaran tau nggak, Duduk berdua kelamaan". sambung Niko yang tidak kalah kesal. Ken hanya terkekeh pelan sembari menutup tangannya dan mengambil tempat duduk di meja yang sama. Sedang Anjani, masih setia mengekor di belakang Kenan.
"Duduk, Nja". Anjani mengangguk dan duduk tepat di sebelah Kenan. "Nja, ini temen-temen ku yang pada nggak waras. Kenalin, ini Rio yang baju kuning, dan ini Niko yang pake kaos item". Mereka pun saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri masing-masing.
"Rio".
"Anjani".
"Niko".
"Anjani".
"Oh iya, Nja. Ini salah satu resto milik papa. Ntar kalau udah di rumah, bilang ke Kania kalau kita dari sini ya? Biar nggak kepo ntar tu si cerewet".
"Injeh, mas".
Mereka pun akhirnya mengobrol ringan di sela-sela makan, sambil sesekali tertawa bersama.
"Mas, saya mau ke toilet sebentar". Ucap Anjani yang mendapat anggukan dari kenan. Anjani pun segera berjalan tergesa menuju ke toilet. Sesuatu yang mendesak meminta untuk di keluarkan sejak tadi.
"Ken", panggil Niko dengan mimik wajah serius.
"Hm?", Sahut Kenan dengan meneguk jus jeruk kesukaannya.
"Gila! Dari Deket tuh cewek, aduhai banget meski dia anak pembantu. Nggak nyangka gue Lo bakal nikmatin gadis polos kayak dia. Pasti perawan tuh". Ucap Niko dengan nada yang di buat-buat.
"Iya kalo berhasil. Kayaknya Ken nggak bakal berani deh. Secara, dia kan anak pembantu". Sambung Niko cepat.
"Eh beg*, biar anak pembantu kan yang penting rasanya, hot." jawab Niko cepat.
"Gue bakal dapetin dia". Timpal Ken kemudian.
"Ken, Lo pikir lagi deh. Lo yakin? Jangan Sampek nyesel deh". Ken mengangkat sebelah alisnya menatap Rio. "Mending Lo nyerah deh, biar gue makan gratis di sini tiap hari". sambung Rio lagi.
"Eh b*****t, gue nggak bakal nyerah sebelum perang, ya!", Tegas Kenan.
"Kalau dia hamil, gimana?", Tanya Niko dengan nada blo'onnya.
"Tinggal gugurin lah. Gampang kan?", jawab Ken santai tanpa memperdulikan kedua sahabatnya yang melotot ke arahnya. "Tapi gue Nggak bakal maksa dia tidur sama gue. Yang gue mau, dia datang sendiri dan menyerahkan dirinya sendiri ke ranjang gue", sambung Ken dengan seringai liciknya.
Kedua sahabat Ken hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.
"Gue nggak nyangka Lo se brengsek dan se ******** itu" Rio menimpali dengan suara rendah.
"Jangan keterlaluan deh Ken. Lo bisa pakai pengaman. Kalau Anjani tek-dung, waah... sama aja kan itu anak Lo. Lo tega emangnya, bunuh calon anak Lo?", sambung Niko memperingati.
"Selama ini, gue tidur sama cewek selalu pakai pengaman. Gue pengen sensasi beda ja tanpa menggunakan pengaman. Penasaran gimana rasanya".
"Lo gila ken.!", sahut kedua sahabatnya bebarengan.
Obrolan mereka tiba-tiba terhenti setelah kedatangan Anjani. Mereka pun hanya mengobrol ringan hingga larut malam, kemudian pulang masing-masing.
🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Syaiful Amri
tanya kenan kan thor??
2024-06-24
0
Opung Boru Caroline
ingat kem anak orang.kamu juga punya sudara cewek kn
2021-09-12
2
Tari
waduh sompak tuh si Ken
2021-09-09
1