PESONA ANAK PEMBANTU
Mentari di ufuk timur menyembulkan cahayanya, mengantarkan kehangatan melalui gelombang cahaya yang mampu membuat sebagian banyak orang mulai beraktifitas dalam lalu lalangnya.
Angin berhembus perlahan, membuat dedaunan dan ranting-ranting pohon saling bergesek pelan menimbulkan nada yang seirama dengan gerak tarian angin.
Pagi ini seperti biasa di kediaman tuan Fandyka Satya Mahardhika, selalu berlangsung drama yang melibatkan istri tuan fandy, nyonya Nawal dan anak-anaknya.
Kenan Nayaka Mahardhika putra tertua dari keluarga Mahardhika yang saat ini hampir berusia dua puluh dua tahun, tengah menempuh pendidikan di universitas ternama di Banyuwangi, Jawa Timur.
Sedang sang adik, Kania Nayaka Mahardhika berusia tujuh belas tahun tengah menempuh pendidikan di sekolah menengah atas dan berada di kelas dua belas. Kania juga sebaya dengan Anjani Syafa Zulaikha , anak bi Tarsih, pembantu di rumah Kenan.
"Ken... ayo turun. Adikmu sudah menunggu. Ayo sarapan......", panggil Nawal pada putranya. Fandy yang membaca koran di ujung meja melirik istrinya dan menyunggingkan senyum tipis.
Nawal, istri nya ini selalu saja nampak mempesona setiap saat. Meski usia mereka terpaut tujuh tahun lebih muda Fandy, tapi Nawal tetaplah Nawal yang terlihat ayu dan wajah berseri nan awet muda.
"Biasa aja kali pah.... mama dari dulu ya segitu itu. Enggak berubah kecil atau makin gede", Kania yang duduk menunggu kakaknya sarapan makin bahagia bisa meledek papa nya.
"Apa sih?", Nawal melirik putrinya yang menggelengkan kepalanya dan tersenyum jahil ke arahnya.
"Kakak kemana sih? Udah kayak perempuan aja kalau udah dandan", bibir Kania mengerucut sebal karena terlalu lama menunggu sang kakak.
"Sebentar sayang. Lagi pula ini masih pagi", jawab Fandy menenangkan sang putri dengan melirik ke arah jam tangan yang ia kenakan.
Tak lama, Kenan datang dengan menenteng tas ransel. Penampilannya sangatlah mempesona.
"Cepet dong mas. Udah kek perawan aja dandan nya lama". Ken hanya menjulurkan lidahnya, mengejek Kania yang sudah memasang wajah sebalnya.
Di waktu yang bersamaan, Anjani berjalan menuju dapur dengan membawa se mangkuk besar sup iga sapi kesukaan Ken. Sontak Kania Langsung memanggil Kania dengan lantang.
"Nja, Lo berangkat bareng gue. Dianter mas Kenan ke sekolah. diem, nggak usah bantah dan nurut!!", Begitulah Kania, perkataannya selalu harus di turuti tanpa penolakan. Kania hanya mengangguk sopan kemudian berbalik kembali ke dapur.
"Berangkat sendiri kan bisa dek. Gue harus berangkat pagi. Telat ntar gue!". ucap Kenan sedikit mendelik sebal ke arah adiknya.
"Nggak bisa! Harus mas Ken yang anter!!" Balas Kania tak kalah sengit.
Fandy hanya pusing sendiri menyaksikan tingkah anak-anaknya. Nawal segera menyela perdebatan mereka sembari menuang susu ke dalam gelas Kenan.
"Udah biar adil Kania dianter papa aja. Mas mu biar langsung berangkat aja".
"Kok mama belain mas Ken sih? Kalau Kania dianter papa, kan gagal rencana Kania mau pamer pacar ke temen-temen Kania! Masa iya ntar Kania bilang pacar Kania setua papa? Ogah!", Sepersekian detik, Nawal menganga mendengar pernyataan dari putrinya itu. Sedang Fandy geleng-geleng kepala saja menyaksikan tingkah konyol putri kesayangannya itu.
"Eh bocah bengek, Jadi Lo mau nunju.......". Kalimat Ken terhenti saat Kania dengan spontan langsung memotong nya.
"Iya, udah gausah bawel. Gak usah banyak tanya, udah tau juga".
"Gue nggak mau. Puas lo?!?" Nawal melirik Fandy, suaminya seakan berkata 'anakmu tuh'. Sedang Fandy hanya mengangkat bahu tanda tak mengerti.
"Aaaaaa--aaaa. Papa, mas Ken nggak mau antar... Huaaaaaa" Kania berteriak memasang tampang menyebalkan bagi Ken.
"Kania, kamu udah gede sayang, nggak boleh ih kamu Gitu", Nawal hanya bisa geleng-geleng kepala. Kania ini, meski sudah memasuki pendidikan tingkat menengah atas, tetap saja sifat manja dan kekanakannya tak pernah hilang.
Fandy lah, sang ayah yang selalu memanjakan Kania dan Ken, putra pertama mereka. Semua itu Fandy lakukan karena dulu, ia tidak pernah ada untuk Nawal saat dimana Nawal mengandung dan melahirkan putra pertama mereka.
"Udah ma, biarin aja. Ken, Kamu anterin Kania deh biar nggak rame ini rumah". Ucap Fendy dengn pandangan mata mengarah pada Ken, putranya.
"Papa selalu manjain Kania", Ucap Kenan dengan menggeleng-geleng kepala. Lantas melirik Kania yang menjulurkan lidahnya ke arah kakaknya.
..................
Kania dan Anjani duduk didalam mobil yang di kendarai Ken. Dengan sabar, Fandy selalu meladeni ocehan dan tingkah konyol sang adik. Sejatinya, Kenan tetaplah menganggap Kania sebagai adik kecil yang selalu ia sayangi meski sifat kekanakan dan kebengekan ada pada Kania.
Anjani yang duduk di bangku belakang hanya tersenyum simpul saat Kania mengoceh karna beberapa hari ini selalu di ganggu Fani, teman sekelas mereka. Fani yang juga ketua geng kecentilan selalu saja berusaha mencari perhatian laki-laki dan memusuhi Kania tanpa sebab.
Itu lah sebabnya, Kania ingin menunjukkan Kenan sebagai pacarnya. Tujuan utamanya hanyalah untuk membuat Fani agar tidak lagi mengganggu Kania. Bukan hanya Kania, bukan Anjani pun sering kali menjadi objek kesombongan Fani.
Tanpa terasa, mereka kini sudah sampai di depan gerbang sekolah Kania. Kania dan Anjani pun segera turun saat melihat Fani yang baru saja tiba dengan mengendarai motor matic nya.
"Mas, ayo turun. Bentaran doang kok mas, enggak lama" Kania mengajak Kenan yang berdecak malas, kemudian tatapan Kania beralih pada Anjani yang juga mau turun dari bangku belakang mobil. "Ayo Nja, biar tau si ratu halu itu siapa Kania sebenernya!", Anjani hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Kania. Begitu lah Kania.
Fandy yang mendengar pun seketika menatap adiknya. "Tapi inget, ada syaratnya yah?".
"Iya deh, iya. Ntar aja. Tapi harus romantis yah!", Kenan tersenyum penuh arti sembari melirik Anjani.
Setelah ketiga orang tersebut turun bertepatan dengan Fani yang membonceng sinta. Fani dan Sinta pun membeliakkan mata saat dengan terang-terangan Kania mencium pipi Kenan dengan mesra. Anjani yang melihat reaksi Sinta dan fani, hanya mengatupkan bibirnya untuk menahan tawa.
"Sayang, nanti kalau nggak bisa jemput enggak apa-apa deh, aku bisa telfon papa ku ntar biar jemput. Kalau kamu sibuk jangan maksain, okay! Aku nggak mau ganggu kuliah kamu", ucap Kania pada Ken dengan mengusap pelan pundak Kenan.
Kenan hanya tersenyum manis meski matanya memancarkan aura kesal pada adiknya, kemudian Kenan berbisik ke arah telinga Kania.
"Inget bocah bengek, Lo harus membayar mahal jasa gue kali ini!".
"Apapun itu sayang...", balas Kania lirih sembari melirik ke arah dua orang yang melongo melihat kedekatan mereka. Anjani hanya geleng-geleng kepala menyaksikan kekonyolan kakak beradik itu, hingga kania dan Anjani berjalan memasuki gerbang sekolah yang sudah ramai karna banyak siswa yang baru datang.
Setiap kali Anjani berdekatan dengan Kenan, Anjani lebih sering diam tanpa bicara pada Ken, kecuali Ken yang terlebih dahulu berbicara padanya. Semua itu Anjani lakukan karena setiap kali mereka berdekatan, Anjani selalu merasakan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat, darahnya pun terasa berdesir hebat.
Bukan tidak menyadari, Anjani sadar bahwa dia amat sangat menyukai Kenan. Namun, terlepas dari status mereka yang pembantu dan majikan, Anjani sadar betul bahwa apa yang dia rasakan adalah sebuah kesalahan.
Maka dari itu, Anjani hanya bisa diam. Sebisa mungkin bersikap biasa saja, walau terkadang hatinya sangat sakit saat Ken sedang berteleponan dengan seorang wanita di gazebo belakang rumah majikannya itu.
Sepanjang perjalanan, Anjani hanya diam berjalan lurus ke depan tanpa sepatah kata pun. Sedang Kania yang selesai membalas chat yang entah dari siapa itu, tiba-tiba membuyarkan lamunan Anjani.
"Nja? Kok Lo diem sih?", Anjani melirik kemudian tersenyum.
"Emangnya aku mesti salto gitu pas lewat jalan ini?", Anjani terkekeh geli mendengar candaan dari sahabat sekaligus anak majikannya ini.
"PR gue yang ngerjain tadi malem belum kelar, keburu ngantuk gue tidur duluan. Bantuin yah?", Kania tersenyum manis di depan Anjani. Anjani balas tersenyum tak kalah manisnya.
"Iya Bu bos. Kebiasaan".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
ㅤㅤ ㅤ ᵀᵃˡˡʸ❥⃝⃝⃝⃝ʏ💅🏻
amboii banyak typo nama nya, keder yang baca
2024-07-04
1
Syaiful Amri
anjani kan yg mengangguk sopan?
2024-05-28
0
Syaiful Amri
kania memanggil anjani kah??
2024-05-28
0