Sudah dua hari semenjak Kania memberi nomor telepon Anjani pada Ken. Anjani yang saat itu sibuk menyapu lantai ruang tengah di kejutkan oleh kedatangan Ken yang menyuruhnya membersihkan kamar Ken.
Selama ini, Ken memang anti jika kamarnya dimasuki siapapun. Dalam membersihkannya pun, Kenan selalu membersihkannya sendiri tanpa melibatkan siapapun. Bahkan Nawal yang notabenenya adalah sang mama, tidak di bolehkan masuk tanpa seizinnya.
"Nja, kamu bisa tolong bersihkan kamarku? Aku lagi sibuk ngerjain tugas. Selain itu, ada yang mau aku sampe'in ke kamu. Bisa?", Anjani pun mematung mendapat perintah dari Kenan. Bahkan selama ini pun, dalam berbahasa, Ken selalu menggunakan kata Lo-Gue. Bukan Kamu-Aku seperti saat ini.
"Hei", ucap Kenan dengan mengibaskan tangan kanannya di depan wajah Anjani yang memandanginya lekat-lekat.
"I-iya mas. Saya bantu. Se-se sekarang?" tanya Anjani kaku. Kenan tersenyum dan mengangguk.
"Selesaikan dulu kerjaanmu yang ini. Aku nggak terburu-buru kok", ucap Kenan yang tersenyum manis di depan Kenan. Sedang Anjani? Jangan di tanya lagi. Ia menganga terkesima karena Ken yang biasanya datar dan acuh itu, saat ini tersenyum manis ke arahnya.
"I-ii iya mas, bentar lagi nyusul", sahut Anjani. Kenan yang melihat kegugupan Anjani pun entah mengapa Ken yang biasanya cuek, mendadak merasa gemas sendiri.
Tak jauh dari mereka, bi Tarsih ibunya Anjani menyaksikan interaksi mereka dan menggelengkan pelan kepalanya tanda tak percaya.
Setelah Kenan berlalu dan terdengar sudah menutup pintu kamar, Bu Tarsih berjalan menghampiri Anjani yang menyelesaikan pekerjaannya.
"Nja, kamu di suruh mas Ken bersihkan kamar?".
"Ibu dengar?", Bukan jawaban yang di dapat bi tarsih, melainkan tanya balik dari sang putri yang selalu ia sayangi. Satu-satunya keluarga bi Tarsih yang tersisa, adalah Anjani, putrinya.
"Iya". Ucap bi Tarsih pelan. "Nja? Tolong jaga hati kamu ya nak. Ibu sangat menyayangi mu. Jangan teruskan perasaan mu itu pada mas Kenan. Itu tidak baik nak. Kita dan keluarga mas Ken sangatlah berbeda. Kamu harus tau diri sebelum sakit hati di kemudian hari". Ucap bi Tarsih berkaca-kaca dan tangannya terulur mengusap pelan ujung kepala putrinya yang berlapis rambut tebal nan hitam legam.
Anjani tidak mampu berkata apapun selain mengangguk dan tersenyum, namun jelas sekali bahwa senyum nya ia paksakan. Hatinya begitu pedih ketika ibunya sendiri memintanya untuk menekan perasaannya terhadap Kenan, pria pujaan hatinya.
setelah lantai bersih, Bi Tarsih pun berlalu. "Cepat bersihkan kamar mas Kenan, nja. Nanti kamu dipanggil lagi kalau kelamaan".
"Iya Bu", jawab Anjani yang memandangi punggung ibunya yang berlalu dari hadapannya. Mata Anjani pun berkaca-kaca dan air mata pun meluruh begitu saja lolos dari matanya. Anjani mengusap air matanya, meraup oksigen sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya perlahan demi menetralkan perasaannya.
Anjani menapaki anak tangga satu per satu. Entah mengapa, kaki nya mendadak lemas. Perasaannya mendadak rapuh, seperti hendak berperang dengan logika.
Jika cinta merupakan sebuah kesalahan, lalu kenapa harus ada cinta diantara pasangan suami istri? Jika cinta tidak pantas hadir diantara pria dan wanita yang tak sederajat, lalu untuk apa tuhan menciptakan perbedaan? Jika cinta tak seharusnya di miliki oleh orang miskin sepertinya, lalu apa tujuan tuhan menempatkannya pada kemiskinan? Apakah ia memang tidak pantas mencintai dan di cintai?
Semua tanya berputar-putar dan menari-nari indah di kepala Anjani. Jangan kan berjuang, memulai pun Anjani belum melakukannya. Bahkan kini, sang ibu sudah memeberinya kode keras agar ia menghentikan perasaan yang dimilikinya.
Tanpa terasa, Anjani sudah tiba di lantai atas, tepat di depan pintu kamar Kenan. Dengan perasaan berkecamuk, Anjani mengetuk perlahan pintu. Tak lama kemudian Kenan membuka pintu dan membuka pintu lebar-lebar seraya tersenyum simpul.
"Ayo masuk", jawab kenan yang di ikuti Anjani di belakangnya. "Nggak banyak sih yang di bersihin, cuma daerah ini saja yang perlu di bersihkan. Aku sibuk ngerjain tugas jadi nggak bisa bersihkan meja", ucap Kenan sembari menunjuk meja dan sofa di sudut ruangan sebelah kamar mandi.
"Injeh, mas", jawab Anjani pelan sambil menunduk. Jantungnya kembali berdegup kencang.
"Jangan terlalu sopan, santai saja. Aku jadi gimana gitu. oh ya, aku rebahan bentar ya di ranjang, sementara kamu bersihkan meja. Sekalian ngerjain tugas", ucap Ken lagi dengan lembut. Entah mengapa, Anjani mendadak di kuasai euforia di hatinya karena mendengar kelembutan Ken yang selama ini memang bersihkan acuh dan dingin. Bahkan keduanya tak saling dekat.
"I-ii iya mas", Ken segera meraih kedua pundak Anjani hingga membuat Anjani tersentak kaget dan segera mendongak, netra matanya tanpa sengaja bersirobok dengan netra tajam Kenan.
"Nja, nanti kalau sudah selesai, jangan langsung keluar ya, Ada yang mau aku kasih ke kamu?".
"Hah?!?" ucap Anjani tanpa sadar karena ia sedikit kehilangan kontrol dirinya. Bahkan Anjani lupa dengan ucapan sang ibu beberapa menit lalu saat di lantai bawah tadi.
"Kamu Lucu deh", jawab kenan sembari mengacak pelan ujung kepala Anjani, "Kalau sudah selesai jangan keluar dulu. Pamit dulu ke aku, okey?", ucap Ken lagi mengulangi kalimat yang tadi.
'Ternyata, Anjani gadis polos. Kalau memang benar, bukan kah itu terasa nikmat?' batin Ken yang di penuhi dengan pemikiran liar nya.
"I injeh mas",. Ken pun segera menutup pintu namun tak sepenuhnya tertutup, hanya terbuka sebagian.
Anjani pun segera mengerjakan tugasnya dengan senyum yang tak pernah luntur, semangat yang tadi hilang, kini mendadak muncul kembali dengan massa yang begitu... tak terhitung lah jumlahnya.
............
"Nja, ini untuk kamu", Ken menyodorkan ponsel baru untuk Anjani. "Ponselmu yang lama simpen aja. Di sini udah ada nomerku sama nomer Kania. Kalau nomor papa sama Mama, kamu minta sendiri aja ntar".
"J-ja jangan mas, Ndak usah. Ponsel saya yang lama masih bisa di pakai kok". Anjani menolak halus pemberian Kenan. Ia hanya sedikit takut dengan perubahan Kenan yang mendadak baik padanya. Bukan apa-apa, Anjani hanya takut semakin tidak mampu mengendalikan perasaannya.
"Aku nggak Nerima penolakan, nja. Lagian biar gampang juga aku hubungi kamu", ucap Kenan dengan melempar tatapan tajamnya.
"Tapi, saya Ndak berani mas. Saya merasa... saya Ndak pantas mendapatkannya".
"Sekali lagi kamu nolak, aku cium kamu disini", Anjani melotot seketika sembari menatap kotak ponsel yang terlihat masih baru itu, Anjani yang gugup serta takut dengan ancaman Kenan segera menerima ponsel itu dengan gerakan lambat.
Setelah Anjani menerima ponsel nya, Ken pun segera menarik lengan tangan Anjani dan mengajaknya duduk di sofa, Anjani membeku sembari menatap genggaman tangan Ken pada lengannya. Perasaannya mendadak berbunga-bunga.
"Ayo duduk sini, biar aku ajari cara pakainya".
🌹🌹🌹🌹
Makasih ya kakak-kakak readers udah setia ngikutin cerita ini, Jangan lupa tetap dukung saya yah...❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Syaiful Amri
banyak typo penyebutan nama
2024-05-28
0
Wiwik Murniati
jangan mau di rayu anjani ,,,,,,
2022-12-26
0
ANI MAULIDA HERLIANI
next kak
2022-02-07
1