Malam semakin larut, Namun Anjani masih enggan memejamkan mata nya. Anjani masih saja mengingat-ingat momen saat tadi duduk dan tertawa bersama dengan Kenan, anak sang majikannya.
Sore tadi adalah saat pertama kali Kenan mau berubah sikap lebih hangat, memperlakukan Anjani selayaknya teman. Bukan lagi seperti pembantu dan majikan. Anjani di buat melayang dengan kehangatan yang Ken berikan.
Pikiran Anjani juga melayang pada saat selesai makan malam tadi. Bu Tarsih, ibunya, begitu bersikeras menemui Kenan. Beliau ingin mengembalikan ponsel pemberian anak majikannya itu, karena itu terkesan berlebihan bagi mereka yang hanya seorang pembantu.
Namun, Kenan tetep bersikukuh memberikan ponsel itu untuk Anjani agar mudah bagi keluarganya menghubungi Anjani jika ada sesuatu yang penting. Bukan hanya itu, bahkan Fandy dan Nawal pun selaku orang tua Kenan juga juga Kania, memaksa bi Tarsih untuk menerima saja pemberian Kenan.
Tiba-tiba, suara dering ponsel mengagetkan Anjani dari lamunannya. Terdapat notifikasi pesan disana dan nama Kenan Nayaka❤️ disana. Melihat itu, Anjani mendadak terbahak.
Nomor itu bukanlah Anjani yang menamai kontaknya, melainkan kenan sendiri lah yang melakukannya. Tak menunggu lama, Anjani segera menyambar dan membuka notifikasi pesan.
Dari kenan nayaka****❤️
Aku baru selesai mengerjakan tugas di gazebo belakang rumah. Bisakah kamu menemaniku sebentar dan membawakan ku makanan ringan dan minuman kesukaanku?
Dengan cepat, Anjani pun segera membalas.
Untuk Kenan Nayaka❤️
Tentu. Tunggu sebentar.
Anjani pun segera beranjak dan mengambil setoples biskuit dan membuatkan Kenan minuman jeruk.
Setelah sampai di gazebo belakang, Anjani langsung di sambut senyum merekah dari bibir Kenan. Anjani pun mendadak kembali merasakan debaran jantungnya kembali berpacu lebih cepat. Kenan yang menyadari kegugupan Anjani pun berdehem pelan dan memberi kode pada Anjani agar mengambil tempat duduk di depannya.
Kenan menatap lekat wanita di hadapannya saat ini. Tanpa sadar, bibirnya melengkung ke atas. Entah senyum apa yang ia tunjukkan. Yang jelas, saat ini, Ken hanya ingin segera meraup bibir mungil nan seksi milik Anjani.
"Ehm. Nja, Kalau kamu ku ajak berbincang-bincang sebentar menemaniku di sini dulu, apa tidak keberatan?".
"Nggak apa-apa mas. Saya temani", Sahut Anjani dengan wajah merona, malu.
"Kalau misalnya, aku ingin kenal lebih Deket sama kamu, Apa itu nggak masalah buat kamu?"
Anjani mendongakkan kepalanya menatap pria yang di sukai nya ini. Sesaat mata mereka saling beradu pandang, kemudian Anjani pun segera menundukkan kepalanya kembali.
"Ya, nggak apa-apa to mas. Lagi pula, saya di sini kan hanya pembantu, jadi sudah sewajarnya kan, kalau majikan tau dan kenal sama pembantunya".
Anjani benar. Memang begitu lah realita yang selama ini kita jalani. Kalau saja para majikan tidak mengenal pembantunya lebih dekat lagi, akan jadi apa nanti kebelakang?
Ken menaikkan kedua kaki nya dengan sebelah kiri, ia tekuk ke atas dan membelokkan tubuhnya tepat menghadap hingga menatap lekat Anjani.
"Kalau aku Deket sama kamu, Apa pacarmu tidak marah? Oh tidak tidak tidak. Apa kamu sudah punya pacar?"
"Harusnya saya yang nanya gitu mas", Anjani menunduk malu. Ken menyeringai. Sepertinya, kesempatan Kenan terlalu besar disini.
Ken bukan tidak menyadari bahwa Anjani juga menyukainya, Dari gelagat dan tingkah laku Anjani saja sudah kelihatan bahwa dia menyukai Kenan. Namun, Ken tidak mungkin bukan bila sungguh-sungguh menyukai gadis polos macam Anjani? Terlebih lagi, Anjani hanyalah anak dari seorang pembantu di rumahnya. Itu tidak mungkin bukan?
"Ya udah, mulai sekarang jangan pernah menolak ajakan ku, ya!",
"Heh!?", Anjani bingung sendiri harus menanggapi seperti apa. Yang jelas, saat ini Anjani merasakan euforia kembali hadir di hatinya. "B-bo boleh kok mas", ucapnya kemudian. Wajahnya saat ini sudah benar-benar merona malu.
"Ya udah. Besok sore sepulang aku dari kampus, Kita keluar bareng yah. Aku mau ngajak kamu jalan-jalan sekalian makan malam berdua diluar".
"Ta tapi mas...?", Anjani tidak melanjutkan kalimatnya, ia bingung harus bagaimana saat ini. Jika ia mau, bagaimana dengan ibunya? Anjani ingin pergi. Kenan mengangkat sebelah alisnya seakan bertanya 'kenapa?.
"Anjani takut keluar selain sekolah dan ke pasar, mas".
"Kan nanti sama aku, nja? Kenapa mesti takut?".
"Takut Ndak di kasi ijin sama nyonya", Jawab anjani sambil menunduk dan memeluk erat nampan yang di bawanya tadi. Kenan terbahak melihat tingkah Anjani yang begitu polos.
"Aku yang bakal minta ijin sama mama, papa. Sekalian deh aku mintain ijin sama ibu kamu juga. Bibi nggak mungkin nggak kasi ijin. Mana ada yang bakal nolak permintaan Ken yang cakep ini? Ya nggak?" Anjani memalingkan wajahnya karna mendengar ucapan anak majikannya yang begitu narsis itu.
"I-ii iya deh, mas".
"Nah, gitu dong", balas Kenan dengan mengacak pelan ujung rambut Anjani.
Selebihnya, tidak ada obrolan lagi karna Kenan kembali menatap laptopnya. Meski terkadang, sesekali Ken melirik Anjani yang duduk dengan canggung.
Ken kembali memandang Anjani. Ia perhatikan Anjani dari unung rambut hingga ujung kaki. Meski penampilannya tergolong sangat sederhana, tapi tidak di tampik oleh Ken, bahwa kemolekan tubuhnya mengundang hasrat gairah pria normal.
Lekuk tubuhnya yang sangat indah, berlekuk di tempat yang seharusnya. Buah dadanya yang sintal, serta pinggul yang begitu menggoda di sertai bentuk perutnya yang kecil.
Kulitnya putih bersih nan merona, hidungnya yang mungil, mata yang sipit, rambut nya lebat panjang dan hitam legam, serta jangan lupakan bibirnya yang ranum dan merona, membuat Kenan beberapa kali meneguk ludahnya kasar karna menahan hasrat agar tak segera mencicipinya.
Oh tidak!. Apa Ken sudah tidak waras? bukankah tujuannya hanya untuk taruhan sialan itu? Ken tidak boleh benar-benar jatuh cinta pada si anak pembantu itu.
................
Keesokan harinya, seperti biasa keluarga Mahardhika sarapan bersama di meja makan.
Anjani yang sudah mengenakan seragam sekolahnya yang sama dengan Kania pun turut serta membantu sang ibu mengantar makanan ke meja makan.
"Nja, sini duduk sini bentar. Ayo sarapan bareng". Anjani pun terkejut bukan main. Matanya terbelalak lebar karna baru kali ini Ken mengajaknya sarapan bersama keluarganya.
"Ndak usah mas, saya sarapan di belakang saja".
Semua mata tertuju pada Ken dan Anjani, menatap mereka bergantian. Nawal dan Fandy pun saling melempar pandang tanda tak mengerti. Ada apa dengan putra mereka kali ini?
"Ayo lah nja, jarang-jarang loh mas Ken yang dingin dan tak berperasaan ini mau ngajak sarapan bareng", Kania yang tadi ikut bingung pun kini menimpali.
"Tidak usah non, sa.....",
"Kalau kamu terus bantah, aku cium ntar kamu", Ken menyela dengan santai sembari mengambil sup dan menuangnya ke atas nasi di piringnya. Sontak semua mata terbelalak menatap horor pada Ken.
"Mas!". Ken menatap adiknya yang sedikit shock dengan mengangkat kedua alisnya.
"Jangan becanda Ken", kali ini sang mama yang menimpali. Bu Tarsih yang mendengar ucapan mereka terpaku di pintu dapur.
Ken melirik kembali pada Anjani, seolah apa yang ia katakan tidak terbantahkan. "Ayo".
Anjani melirik ibunya yang mengangguk ke arahnya tanda ibunya mengijinkan. Menurut saja pada Ken dan duduk di sebelah Ken.
Fandy yang melihat insiden ancaman cium pagi ini hanya bisa tersenyum tipis.
'Putraku sudah dewasa sekarang' batinnya.
🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
novi 99
bukan dewasa tapi bejat
2023-05-04
0
Wiwik Murniati
dewasa tapi otak nya jahat
2022-12-26
0
Ai Elis
punya majikan kaya ken serem.....😬
2022-02-02
1