Setelah mengetahui Kinar tak lagi diantar oleh pria lain, Bujang kembali mendekati Kinar. Bahkan kali ini lebih berani. Bujang sengaja menunggu Kinar di pinggir jalan dan mengiringi jalan Kinar menuju rumahnya.
'' Hai Kinar..., sendirian aja. Mana cowok yang sering nganterin Kamu, udah putus ya...?" tanya Bujang beruntun.
" Cowok yang mana Bang ?" tanya Kinar pura-pura bingung.
" Aahh itu, yang sering nganter Kamu pake motor butut...," jawab Bujang sambil garuk-garuk kepala.
" Ooo..., itu bawahan Saya di kantor. Saya juga minta tolong sama dia bayar, ga gratis kok Bang...," kata Kinar setengah menyombongkan diri.
" Kalo gitu, Saya aja yang jemput Kamu, gimana...?" tanya Bujang nekad.
" Makasih, ga usah Bang," jawab Kinar sambil tersenyum.
" Kenapa, Kamu ga usah takut sama Saya.Mampir bentar yuk ke warung baso nya mang U'ung...," ajak Bujang.
" Maaf Bang, Saya capek mau istirahat...," elak Kinar halus.
" Saya cuma minta waktu kamu sedikit aja. Saya..., suka sama Kamu. Gimana, Kamu mau jadi pacar saya...?" tanya Bujang nekad.
" Maaf Bang, kasih saya waktu buat berpikir yaa...," pinta Kinar mengulur waktu. Saat itu Kinar benar-benar muak dengan sikap Bujang yang terus mengejarnya.
" Ok, tiga hari ya, Saya minta Kamu jawab dalam tiga hari...," kata Bujang tersenyum sambil meninggalkan halaman rumah Kinar.
Kinar memandangi kepergian Bujang dengan marah. Dia tak habis pikir dengan Bujang yang tak bisa melihat isyarat darinya yang menolak kehadiran Bujang dalam hidupnya.
" Dasar laki-laki bodoh...! ,sekarang atau tiga hari lagi, atau setaun lagi, jawaban Gue tetep sama. Ogah Gue jadi pacar orang model Lo...," maki Kinar dalam hati.
\=\=\=\=\=
Tiga hari kemudian.
Bujang kembali datang ke rumah Kinar. Dengan berpakaian lebih rapi dari biasanya. Dia berharap Kinar mau membuka hati untuknya.
" Gimana Kinar..., apa Kamu bisa jawab saya sekarang ?, Saya ga suka digantung kaya gini. Apapun jawaban Kamu, saya akan terima...," kata Bujang penuh harap.
Mendengar kalimat Bujang, Kinar seolah mendapat angin segar untuk mengatakan yang sejujurnya pada Bujang.
" Maaf Bang, Saya ga bisa terima Abang...,"
" Kenapa...?" tanya Bujang penasaran setelah beberapa detik terdiam.
" Mmm..., Abang bukan type Saya. Saya ga bisa jalan bareng sama Abang, saya malu. Apalagi kerjaan Abang kan cuma karyawan kecil, ga mungkin bisa memenuhi kebutuhan saya yang banyak. Daripada Abang ngeluarin uang banyak buat saya, mending uangnya dikasih ke ibunya Abang aja yang lebih membutuhkan...," ucap Kinar tanpa perasaan bersalah.
Ucapan Kinar yang lembut tetap saja menyakiti perasaan Bujang. Awalnya Bujang sadar bahwa ia pasti ditolak. Tapi kalimat yang mengalir dari mulut Kinar telah membuatnya tersinggung. Harga dirinya sebagai laki-laki terluka.
Bujang berdiri dengan tatapan marah.
" Saya sadar siapa saya, tapi Kamu ga perlu ngomong kaya gitu. Saya punya harga diri. Kamu ga bisa menghina saya kaya gini. Kalo kamu ga suka, tinggal bilang aja 'Maaf, Bang. kita temenan aja' kan bisa...?!" kata Bujang marah lalu pergi dengan tergesa-gesa.
Kinar yang terkejut, mencoba meralat ucapannya. Tapi Bujang sudah menghilang di kegelapan malam. Kinar menutup pintu rumahnya.
" Kalo ga suka masa dipaksa, dasar orang aneh. Ditolak kok marah...?", batin Kinar.
Lagi, tanpa merasa menyesal Kinar telah melukai hati seorang laki-laki yang menaruh hati padanya.
Kinar menganggap kehadiran mereka hanya beban karena tak sepadan dengannya.
\=\=\=\=\=
Setelah hari itu, Bujang tak pernah terlihat lagi di kampung itu. Kinar pun bisa bernafas lega karenanya. Kinar tak peduli apa yang terjadi pada Bujang setelah penolakannya tempo hari. Hingga hari dimana Kinar harus pindah dari kota D atas permintaan ibunya.
Hari-hari Kinar berjalan seperti biasa, tak ada yang aneh. Hanya saja Kinar mulai merasa, secantik apapun ia berdandan, tak ada seorang pria pun yang tertarik padanya. Kadang Kinar harus menyiapkan penampilan extra saat hadir ke undangan pernikahan temannya, supaya bisa menarik lawan jenisnya. Tapi semua sia-sia.
" Aneh, Gue udah dandan heboh gini tuh cowok-cowok ga ada yang nengok. Mereka buta kali ya ga bisa ngeliat kecantikan Gue...," batin Kinar sombong.
Kinar yang merasa dirinya cantik, mulai gelisah saat satu per satu teman wanitanya ( yang kebetulan tak secantik dirinya ) mulai menemukan jodohnya dan menikah.
" Apa yang diliat si Arman sih..., Si Vita itu kan biasa aja, ga cantik-cantik amat. Kok bisa segitunya minta Vita jadi istrinya...," kata Kinar dalam hati.
Ibu Kinar pun ikut gelisah saat usia Kinar sudah lebih dari 25 tahun, tapi belum ada tanda-tanda Kinar akan melangkah ke pelaminan.
Jangankan menikah, pacar pun Kinar tak punya.
" Makanya jangan terlalu galak sama cowok Nak..., Mereka ga suka sama cewek judes. Cantik tapi judes, buat apa...," nasehat ibu Kinar pada putri tersayangnya.
Tapi Kinar hanya menganggap angin lalu nasehat sang ibu.
" Ah Ibu nih gimana sih. Wajar dong Aku judes. Aku kan juga ga mau dapet cowok sembarangan. Biar mereka ga seenaknya aja nganggep Aku cewek gampangan...," jawab Kinar membela diri.
Ibu Kinar hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sang anak.
Saat masuk usia 28 tahun, ibu Kinar membawa masalah yang dihadapinya pada seorang teman. Sang teman menyarankan untuk membawa Kinar ke paranormal. Tapi ibu Kinar menolak.
" Coba ke paranormal Jeng. Kayanya ada yang ga beres deh sama si Kinar. Wong cantik, ayu kok. Masa iya ga ada yang mau. Kan aneh namanya...," saran teman ibu Kinar.
" Saya ga mau pake cara mistis gitu ah Jeng, takut, ntar dosa juga ...," kata Ibu Kinar.
" Cari yang alirannya putih lah Jeng...," kata teman ibu Kinar lagi.
" Iya. Makasih sarannya Jeng...," kata ibu Kinar mengiyakan karena tak ingin membahas lebih jauh.
Tapi dalam hati, ibu Kinar memang menolak cara seperti itu. Ibu Kinar yakin masalah anaknya itu masih bisa diselesaikan dengan cara yang lebih baik yaitu sholat dan doa.
Saat usia Kinar 29 tahun, kedua orangtua Kinar meninggal karena kecelakaan saat mengantar kerabat yang menikahkan anaknya di kampung. Kecelakaan itu melibatkan pengantin pria yang juga tewas dalam perjalanan ke Rumah Sakit.
Kinar sangat terpukul karena menjadi yatim piatu sekaligus dalam satu hari. Kinar terus menangisi kepergian kedua orangtua yang dicintainya.
" Aku sendirian Bu..., Yah..., ga punya siapa-siapa lagi. Gimana Aku ke depannya Bu...," rintih Kinar sambil menangis di samping jasad kedua orangtuanya.
Kinar merasa asing di kota tempatnya dilahirkan tanpa kedua orangtuanya. Apalagi gunjingan tetangga tentang dirinya yang belum menemukan jodoh juga mengganggunya.
Setelah pemakaman kedua orangtuanya, Kinar memutuskan menjual rumah peninggalan orangtuanya dan pindah ke kota lain, yaitu kota B.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
🎎 Lestari Handayani
hadir disini say. semangat.
2021-05-13
1