Sore itu Kinar baru saja pulang bekerja. Karena agak demam, Kinar memutuskan pulang lebih awal. Saat berjalan ke arah rumahnya, Kinar teringat untuk mampir ke rumah Pak Wahid pemilik rumah yang disewanya.
" Assalamualaikum...," Kinar memberi salam.
" Wa alaikumsalam...," jawab pak Wahid.
" Lho ada Nak Kinar, mari masuk...," kata bu Wahid.
" Makasih Bu..., ini saya mau bayar uang sewa rumah untuk enam bulan kedepan. Mumpung ada uangnya sekarang...," kata Kinar sambil mengeluarkan amplop berisi uang dari tasnya.
" Alhamdulillah..., kebetulan Kami sedang perlu uang untuk pengobatan si Putra...," jawab pak Wahid dan istrinya dengan mata berbinar.
Kinar tersenyum senang karena datang di saat yang tepat.
" Alhamdulillah kalo Saya dateng di saat yang pas...," kata Kinar sambil tersenyum.
" Iya Mbak Kinar. Kalo ga mengharap dari uang kontrakan Kami susah dapet pinjeman. Kalo pun ada pasti berbunga, dan Kami ga mau itu...," kata bu Wahid lagi.
" Ini kuitansi nya Mbak Kinar. Mudah-mudahan betah ya di rumah itu. Kami senang karena Mbak Kinar orangnya rapi, jadi rumah Kami juga terawat dengan baik...," kata pak Wahid aambil menyerahkan kuitansi.
Setelah menerima kuitansi pembayaran sewa rumah, Kinar pun bergegas meninggalkan rumah pak Wahid.
Saat di jalan Kinar berpapasan dengan Bujang. Mereka saling tatap sejenak. Kinar yang tahu Bujang menaruh hati padanya pun berusaha mengghindarinya sehalus mungkin. Untuk menghilangkan kecanggungan, Kinar pun tersenyum dan menyapa Bujang.
" Permisi Bang, mau numpang lewat," kata Kinar basa basi.
" Ooo..., silakan neng Kinar. Baru pulang ya...?" tanya Bujang ramah.
" Iya Bang, lagi ga enak badan, makanya saya pulang cepet mau istirahat," kata Kinar memberi isyarat bahwa ia tak mau ngobrol lama.
" Mau Abang beliin obat ga...?" tawar Bujang.
" Ga usah, makasih Bang...," kata Kinar sambil berjalan cepat meninggalkan Bujang yang masih menatapnya.
Percakapan singkat sore itu membuat Bujang serasa dilambungkan ke angkasa. Bujang makin berharap bisa lebih mendekati Kinar.
Hingga Bujang sering menunggu Kinar pulang di depan gang rumahnya, bahkan setiap hari.
Kinar merasa risih akan sikap Bujang padanya. Tapi dia bingung untuk menolak perhatian Bujang.
Di tempat Kinar bekerja ada seorang karyawan pria, Wandi yang juga menaruh hati pada Kinar. Kinar tak menyukainya karena jabatannya yang ada di bawah Kinar. Tapi demi bisa mengusir Bujang yang selalu mengganggunya, maka Kinar pun menanggapi begitu saja perhatian Wandi padanya.
Wandi yang tak tahu dirinya dimanfaatkan oleh Kinar, malah memberi perhatian yang lebih. Dia mulai berani mengantarkan Kinar pulang dengan motor usangnya. Dan Kinar tak menolak saat Wandi mengantar jemput dirinya bekerja. Semua karyawan di mini market pun membicarakan kedekatan mereka. Walau belum ada ikatan apapun, tapi Wandi bangga bisa menjadi pria yang paling dekat dengan Kinar saat itu.
\=\=\=\=\=
Kinar melihat gang di depan rumahnya, tak ada Bujang disana. Ia pun minta Wandi menurunkannya disana, dan memintanya agar tidak mengantarnya ke rumah.
" Lho kok sampe sini?, biasanya kan sampe rumah...," kata Wandi.
" Cukup sampe sini aja," kata Kinar ketus.
" Lho kok gitu. Kamu marah...?" tanya Wandi heran.
" Ga !. mulai hari ini Kamu ga usah anter jemput Aku lagi. Dan Kamu ga usah kepedean di kantor ngaku-ngaku kalo kita punya hubungan lebih dari temen !" sentak Kinar kasar.
Wandi yang terkejut, tak bisa menyahuti ucapan Kinar. Ia hanya memandangi Kinar dengan perasaan bingung. Kinar berjalan meninggalkan Wandi. Tapi Wandi mencekal tangan Kinar mencoba memastikan.
" Apa salahku ?" tanya Wandi dengan suara berat.
" Salah Kamu, ga ada. Kita ga cocok. Aku ga bisa jalan sama Kamu. Maaf...," jawab Kinar sambil melepaskan cekalan tangan Wandi dan berlalu.
" Tunggu ! apa cuma alasan itu yang bikin Kamu kaya gini. Aku bisa kok kerja keras, dapet uang banyak, biar Kamu ga malu jalan sama Aku...!" seru Wandi lagi.
Kinar tak peduli dan langsung berlari memasuki gang depan rumahnya. Lanjut masuk ke dalam rumah dan langsung mengunci pintu. Dari balik gorden ia mengintip apakah ada Bujang yang sedang menunggunya. Sedangkan Wandi masih menunggu beberapa menit, berharap Kinar kembali dan meralat ucapannya. Sia-sia menunggu, Wandi pun menstarter motor usangnya, lalu meninggalkan jalan itu dengan perasaan hancur.
Kinarpun membersihkan dirinya, setelah itu berbaring di atas kasur dan bersiap untuk tidur. Tapi Kinar sempat memikirkan sikapnya terhadap Wandi tadi.
" Kasian juga si wandi. Ga tau apa-apa, malah Gue jadiin tameng buat menghindar dari si Bujang. Tapi gapapa lah, salah dia sendiri kenapa kepedean, siapa suruh ngaku-ngaku kalo gue suka sama dia. Ga ngaca apa, dia sama Gue itu ga selevel. Biar cakep juga, tapi kalo ga sepadan, Gue juga harus mikir seribu kali buat terima dia jadi cowok Gue, apalagi jadi suami..."
batin Kinar bermonolog. Akhirnya karena lelah memikirkannya, Kinar pun tertidur pulas.
Esoknya, seperti biasa Kinar berangkat pagi jam tujuh dari rumahnya. Saat tiba di mini market beberapa karyawan tampak berkumpul di pintu masuk. Kinar yang merasa heran menyapa mereka.
" Selamat pagi. Ada apa Kalian berkumpul di depan pintu?, bisa menghalangi jalan pelanggan yang mau belanja kan...," tegur Kinar.
" Pagi Bu, maaf ini si Wandi baru aja ngasih surat resign sama Saya," kata Wati.
" Surat resign ?, emang kenapa, kok mendadak sih. Dia ga tau ya kalo semua tuh ada aturannya. Kaya perusahaan punya nenek moyangnya aja...," kata Kinar sinis.
" Saya juga ga tau Bu...," kata Wati takut.
" Kayanya ada yang aneh Bu...," kata karyawan lainnya.
" Terus anehnya dimana?" tanya Kinar bingung.
" Ituu..., Wandi bilang mau cari pesugihan biar bisa kaya dan ngelamar Bu Kinar...," kata Sari takut.
" Apa ??" tanya Kinar kaget, " Terus Kalian percaya sama bualan si Wandi itu ?" tanya Kinar lagi.
Semua karyawan terdiam, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Tapi kasak kusuk masih terdengar. Bagaimana mungkin Wandi tiba-tiba berhenti dari pekerjaan yang susah payah didapatkannya. Padahal kemarin Wandi masih bekerja dengan riang, seolah tak ada masalah apapun. Mungkin karena ditolak oleh Kinar lah yang menyebabkan Wandi keluar dari pekerjaannya.
Di ruangannya Kinar merasa senang karena tak harus berjumpa dengan Wandi lagi. Dia juga bisa terhindar dari gosip tak sedap yang disebarkan oleh Wandi atas penolakannya kemarin. Kinar tersenyum diam-diam.
Sempat terbersit penyesalan dalam hatinya, tapi Kinar segera menepisnya.
Buat Kinar, Wandi hanya tameng untuk menghindari Bujang yang terus mengejarnya.
Kinar tak peduli betapa tulusnya perasaan Wandi untuknya. Kinar tak menyadari, sikapnya hari ini akan membawa dampak buruk dalam hidupnya kelak.
bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
sombong bngt jdi cewek..
mng yg cakep kamu doang..
masih banyak kli d ayunan
2022-09-08
0