Bolos Di hari Pertama??

Senyum mu membawa suka.

Tangis mu mengundang duka.

Amarah mu membawa petaka.

Tawa mu mendatangkan bencana.

Namun karena kamu lah aku merasakan jatuh cinta.

~Erwin RR

.......................

Sementara itu Varo kini sudah ada di Raftoof sesuai dengan janji yang ia buat dengan kawan-kawan nya.

"Lama nunggu bro? " Tanya Zion yang sudah tiba di Raftoof dan melihat Varo duduk termenung seraya menyesap sebatang rokok.

"Banget" Ucap Varo Cuek.

"Ya maaf tugas kita banyak banget gila" Ucap Erwin yang juga sudah di sana.

"Gedeg gue sama guru nya, ngasih tugas ga kira-kira! Kapan selesai nya coba? Yang satu belum selesai udah di kasih lagi! " Cerocos Reza yang juga sudah datang dengan wajah masam nya.

"Kapan lo Nyampe di Indo? " Tanya Ardi pada Varo seraya mendaratkan bokong nya di samping Varo.

"Kemaren"

"MBE di sana apa kabar? " Tanya Erwin serius.

"Biasa lah"

"Udah ketemu sama Vivi? " Pertanyaan Reza membuat udara menjadi suram, wajah Varo pun semakin dingin.

'Sial! Gue salah ngomong ya? 'Reza menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.

"Ekhem ngomong-ngomong kita udah lama ga nongkrong bareng" Ucap Erwin mengalihkan pembicaraan.

"Ya gue juga kangen masa-masa kita selalu bareng dulu" Zion ikut menanggapi.

"Gimana kalo pulang sekolah kita nongkrong? " Lanjut nya melirik ke arah Varo yang setia dengan wajah dingin nya.

"Ngapain nunggu pulang? Sekarang aja kita balik dulu ke kelas ambil tas terus langsung capcus" Ucap Erwin.

"Gue setuju" Ujar Ardi yang sedari tadi diam.

"Lo gimana Rez? " Tanya Zion pada Reza yang asik memegangi tengkuk nya.

"Gu-gue ngikut aja"

"Oke" Ucap Varo lalu ia bangkit dan kembali ke kelas di ikuti ke empat rekan nya.

"Var gue lupa mau ngomong, geng Mafia White Snake pernah nyerang markas cabang kita sekali, walau pun kita bisa gagalin tapi gue yakin mereka ga akan tinggal diem" Jelas Ardian panjang kali lebar.

"Siapin pasukan, kita serang markas mereka nanti" Ucap Varo.

"Siap King" Ucap mereka serempak setelah menerima perintah dari atasan.

Mereka pun berpisah karena memang kelas mereka berbeda-beda. Kini Varo harus berjalan sendirian menuju kelas nya yang dekat dengan ruang BK.

Saat sampai di kelas Varo tidak melihat Daviena dan yang lain nya.

'Mungkin mereka masih di kantin' Batin Varo berfikir positif, dia pun bergegas pergi setelah mengambil tas nya tanpa ada yang mencoba untuk menghentikan nya.

***

Daviena kini sudah sampai di kelas nya bersama dengan Karin dan yang lain tepas setelah Varo keluar dari kelas. Daviena mengernyit kala tak mendapati tas anak baru itu di tempat nya.

"Alvaro kemana? " Tanya Karin kepada Angga teman sebangku Varo, Zahra dan yang lain pun menatap Angga.

"Ta-tadi dia ke-luar bawa tas nya" Ucap Angga takut-takut.

Mendengar itu wajah Daviena semakin dingin dan segera berjalan tergesa-gesa ke arah parkiran.

"Eh Na tungguuuuuu!!! " Teriak Caca berlari mengejar Daviena yang kian menjauh dengan langkah cepat.

"Ck bolos di hari pertama"Ucap Karin malas lalu ikut menyusul Daviena dan Caca.

"Gue yakin dia ga bakal selamat dari Nana" Fani pun terpaksa ikut.

Sedangkan Zahra terdiam sejenak melihat Daviena yang langsung pergi seperti itu. Tak lama ia pun sadar dan segera menyusul teman-teman nya dengan perasaan kalut.

***

Sementara itu Varo masih dengan langkah santai membawa tas nya menuju parkiran tanpa memperdulikan para murid yang heboh. Mulai dari cibiran, gunjingan, pujian, bahkan tatapan sinis, ia sama sekali tak peduli.

Langkah kaki nya terhenti melihat sebuah foto di papan mading. Dahi nya mengernyit melihat foto itu, segera ia cabut secara paksa. Walau pun ada peraturan yang melarang siswa untuk merusak sesuatu di mading, tapi Varo tak peduli dan memilih untuk tidak terikat.

Perut nya terasa geli yang menggelitik, susah payah ia mempertahankan raut wajah datar milik nya. Di sisi lain ia merasa bingung dengan kegilaan teman-teman nya, namun ia tahu segila apapun teman-teman nya itu tak mungkin akan merendahkan harga diri mereka seperti di foto itu.

'Apa apaan ini? Mereka kok mau jadi badut? 'Batin Varo bertanya-tanya.

Tanpa Varo sadari, sedari tadi ada sosok yang memperhatikan nya dan sekarang mulai mendekat. Sementara Varo masih tenggelam dalam lamunan, raut wajah bingung terpampang jelas, ia diam sejenak hingga tepukan seseorang di bahu nya membuat lamunan buyar.

Pukk

Varo yang terkejut pun berniat memberikan Bogeman pada sosok itu, namun setelah melihat sosok yang menggunakan jubah OSIS itu ia segera menghentikan aksi nya.

"Varo? Sejak kapan lo sekolah di sini? " Tanya sosok itu bingung.

"Baru tadi, lo ga cek grup emang? Sejak kapan juga lo jadi OSIS? Udah insaf lo? " Tanya Varo dengan nada cibiran.

"Gue ga megang hp dari kemaren, sibuk nugas. Nyokap gue kan Kepsek, terpaksa ini mah" Keluh sosok itu.

"Vin vin, ga pernah berubah ya lo" Ucap Varo seraya menggelengkan kepala nya. Sosok itu adalah Kevin Gideon, sepupu dari Daviena dan anak dari Hanna Dian Raharsya.

"Mau gimana lagi? " Suara Kevin terdengar penuh keluhan.

"Ngomong-ngomong mau kemana lo? Belom jam pulang juga? " Tanya Kevin bingung.

"Bolos Skuy" Ajak Varo.

"Skuy lah, cape gue di sini"

"Gue tunggu di parkiran bareng yang lain" Ucap Varo lalu melenggang pergi.

"Oke " Kevin pun berlari menuju kelas nya untuk mengambil tas.

'Persetan sama hukuman' Batin Kevin mencoba tak peduli.

***

Alvaro kini sudah berada di parkiran bersama dengan teman-teman nya seraya membicarakan Kevin yang sangat patuh pada ibu nya.

"Ngomong-ngomong kalian yakin nih kita bolos? Kalo ketauan ketos itu gimana? " Tanya Reza ragu-ragu.

"Ketos? Daviena maksud nya? " Tanya Varo.

"Iya sebener nya gue rada kapok berurusan sama dia, lo tau gak? Kita malu tujuh turunan gara-gara dia! Masa telat doang di suruh jadi badut sekolah! " Protes Zion kesal.

"Pffth Hahahaha! Gue liat foto kalian di mading tadi, ngakak any*ng! Pertama kali gue liat Ardian kek gitu, kalo yang lain sih pernah" Tawa Varo lepas seraya mengeluarkan foto yang ia simpan di saku nya.

Terlihat lah wajah teman-teman nya yang menghijau melihat foto itu.

"Ekhm kok kalian ga nyopot foto ini dari mading? "Tanya Varo setelah menetralkan ekspresi nya.

" Lo pikir semudah itu? Itu ciwi-ciwi galak ngancem bakal bikin lebih malu dari itu, jadi ya kita nurut aja"Ucap Erwin penuh keluhan.

"Apa lagi kalo ngeliat tuh ketos dingin Hish rasa nya gue jadi beku, dingin nya lebih lebih dari lo Varo" Keluh Zion.

"Ketos nya sedingin es" Timpal Ardi yang sedari tadi diam.

"Gue penasaran apa yang bikin ketos nya gitu" Ucap Reza menanggapi.

"Itu karena ortu nya bro, dia banyak mendapat tekanan" Ujar Kevin yang tiba-tiba sudah berada di sisi mereka, yang tentu saja mengejutkan mereka.

"Astaga naga samber geledek" Pekik Erwin terkejut.

"Kevin!! "Ujar Reza dan Zion bersamaan, sementara Varo dan Ardian mengambil ancang-ancang untuk menyerang.

" Lo bisa ga sih, ga bikin kaget? "Tanya Varo ketus.

" Ehehehe sorry "Kevin menangkup kan kedua tangan nya di dada.

" Tadi kata lo dia dapet tekanan dari ortu nya? "Tanya Ardian setelah pulih dari keterkejutan nya.

" Yah begitu lah, kadang gue kasian liat si ketos itu, tapi apa boleh buat? "Ucap Kevin menjelaskan.

" Kok lo tau banyak tentang dia? "Varo bingung.

" Karena gue itu sepupu nya"

" Sedang apa kalian di sini? "Suara dingin menyapa rungu membuat siapa pun yang mendengar nya terkejut.

" Astaga naga!! "Pekik mereka terkejut namun saat melihat sosok yang bicara mereka segera menunduk takut, kecuali Varo yang bingung melihat teman-teman nya.

" Lo juga ikut Kev? "Tanya sosok itu, ya dia adalah Daviena.

" Em itu anu so-sorry"Ucap Kevin merasa bersalah. Wajah Daviena semakin dingin mendengar itu.

"Lo! Pinter banget, di hari pertama sekolah udah bikin masalah" Ujar Daviena ketus seraya melipat kedua tangan nya di dada.

"Bukan urusan lo" Ujar Varo tak kalah ketus, wajah Daviena menunjukkan kemarahan sekarang dan tatapan nya beralih ke Erwin dan yang lain.

"Masih belum jera juga kalian hem? "

"En itu, kita di ajak Varo" Ucap Reza berkilah yang di hadiahi Pelototan oleh Varo.

"Ikut gue ke bk" Ucap Daviena lagi, sementara Karin dan yang lain hanya diam saja memperhatikan kemarahan Daviena.

"Jangan lah kita bosen ke sono" keluh Erwin yang di hadiahi tatapan dingin dari sepasang mata kelam milik Daviena.

"Ikut kita ke BK atau hal yang sama bakal terjadi lagi" Akhir nya Karin membuka suara yang membuat Erwin dan ke tiga teman nya meringis.

"Ok-oke" Ucap mereka terbata karena membayangkan sesuatu yang cukup mengerikan.

"Apa yang perlu kalian takuti sih? Mereka itu cuma cewe yang bisa nya ngancem" Ujar Varo jengah.

"Ck! Rin, Ra, Fan, Caca buru. Dan lo Vin! " Daviena yang lelah pun segera menarik tangan Varo dengan kasar, begitu pun dengan ke empat teman nya, sedangkan Kevin hanya jalan sendiri seraya berdoa agar di beri keselamatan.

'Tangan nya dingin' Batin Varo kala merasakan kedinginan yang menyengat dari telapak tangan Daviena, tapi entah mengapa justru ia enggan untuk melepaskan nya.

'Perasaan gue sama kaya dulu' Batin Daviena sedikit bingung namun memilih untuk tidak peduli.

'Ck ngambil kesempatan dalam kesempitan, ga tau kenapa gue ga suka liat dia megang tangan Varo' Zahra berdecak sebali melihat genggaman tangan Daviena dan Varo.

Sedangkan Erwin dan teman-teman nya hanya diam meratapi nasib mereka yang akhir-akhir ini begitu malang. Mereka melewati koridor yang sepi karena jam pelajaran sudah di mulai sejak tadi.

Braakkk

Tanpa menggunakan tangan nya, Daviena menendang pintu ruang BK agar terbuka. Tentu saja hal itu membuat para siswa yang hendak bolos itu pasrah menelan pil pahit.

'Astaga ni cewek kasar amat, kan kasian pintu nya' Batin para siswa itu seraya mengelus dada.

Krieett

Daviena melepas pegangan tangan nya dengan kasar dan segera duduk dengan bersedekap. Wajah nya masih datar serta tatapan nya yang dingin namun tersirat kehampaan di dalam nya.

"Duduk! " Ujar Daviena dingin yang segera di patuhi mereka. Karin, Zahra, Fani dan Caca segera berdiri tegak di belakang Daviena dengan memasang wajah datar.

"Kemarin kalian masih gue kasih toleransi tapi kayak nya ga di manfaatin buat introspeksi ya? " Ucap Daviena dengan nada dingin nya.

Glekk

Mereka yang mendengar itu pun menelan ludah susah payah. Kevin pun tak kalah takut nya mengingat kejadian dulu saat ia melakukan kesalahan.

"Gue ga tau gimana cara nya buat bikin kalian jera. Kalian mau nya gue apain? " Tanya Daviena dengan tatapan tajam melihat siswa nakal itu Satu persatu.

"Mau jadi apa kalian nanti di masa depan? " Lanjut nya seraya menopang dagu nya dengan kedua tangan yang di tautkan di atas meja.

"Gu-gue sih mau nya jadi polisi" Ucap Reza mencoba santai.

"Polisi? (Sejenak Daviena dian melihat Reza yang mengangguk) Lo jadi polisi? (Kembali terdiam dan Reza kembali mengangguk) Lo tau? lo tuh cocok nya jadi polisi tidur! " Ucap Daviena ketus, sementara ke empat siswi di belakang nya berusaha menahan tawa.

"Pfftthh"

"Khem mau jadi polisi tapi peraturan sekolah aja di langgar, gimana mau menertibkan masyarakat kalau diri sendiri aja ga bisa tertib? " Ucap Caca setelah menetralkan ekspresi nya.

'jadi polisi tapi nyatanya dia itu mafia'Batin Erwin menggeleng pelan.

'Ga pernah bener emang gue kalo punya temen'Keluh Ardian dalam hati.

Daviena bangkit dan mengambil gelas berisi air mineral lalu meminum nya.

"Jadi apa alasan kalian bolos? " Tanya Daviena datar seraya menatap ke dalam gelas di tangan nya.

"Ga ada alasan" Ucap Varo datar.

"Cuma pengen" Timpak Ardian tak kalah datar.

"Apa maksud kalian? " Tanya Fani bingung.

"Kita bolos karena males sekolah" Ucap mereka bersamaan, kecuali Kevin yang diam saja.

Prankk

Ucapan mereka membuat kemarahan Daviena kembali, ia pun menggenggam erat gelas di tangan nya hingga pecah dan membuat telapak tangan nya terluka.

"Nana! " Pekik Karin dan yang lain nya terkejut, bahkan para siswa yang membolos itu tak kalah terkejut. Sementara Daviena tetap dengan wajah dingin nya, ia sama sekali tak meringis atau terlihat kesakitan dengan darah mengucur dari telapak tangan nya itu.

"Kalau kalian males sekolah, buat apa daftar dari awal? Nyusahin ortu aja tau ga? Emang ya anak manja mah bebas! Pengen ini itu pasti di turutin" Ujar Daviena sarkas dan dingin. Sedangkan Kevin semakin merasa bersalah dan Varo yang melongo tidak elite.

"Ya ampun Na, ini buruan harus di obatin" Ucap Caca dan Karin, mereka pun mulai mengomel tak jelas yang tidak di tanggapi oleh Daviena.

"Lari keliling lapangan sampe jam pulang" Ucap Daviena lalu melangkah keluar meninggalkan yang lain dengan membanting pintu.

Braakk

'Untung gue ga punya riwayat penyakit jantung' Batin mereka seraya mengelus dada mencoba menetralisir keterkejutan mereka.

"Huft! Lo pada dengar kan? Buru sono! " Ujar Fani jengah.

"Kalian ini cewek-cewek cantik kok ga ada lembut-lembut nya gitu sih? Bawaan nya sensi mulu perasaan" Ucap Zion tak kalah jengah.

"Dia gila ya? Jam pulang masih dua jam lagi nj*r" Erwin melotot melihat jam di dinding.

"Wah emang cocok dia di sebut mayat hidup! Udah dingin, ga kerasa, luka juga kaya ga sakit, plus ga berperikemanusiaan" Ucap Reza sama-sama tak percaya.

"Masih mending kita kalo marah cuma bentak-bentak! Tuh Si Davi kalo marah pasti bikin semua yang ada di depan nya ancur" Ucap Karin menggelengkan kepala nya.

"Udah lah mending kita lakuin aja, bentar juga pulang kok" Ajak Kevin yang tak ingin sepupu nya semakin marah.

Dan mereka pun terpaksa menelan pil pahit lagi dan segera melaksanakan perintah. Sekitar dua jam mereka berlari tanpa istirahat di bawah terik matahari.

Kriiiiingggg

Bell pulang pun berbunyi bersamaan dengan siswa siswi yang berhamburan keluar. Para murid nampak diam di pinggir lapangan yang luas itu seraya memegang botol minum.

Varo dan yang lain pun segera menghentikan lari saat bel berbunyi dan memandang ke sisi lapangan tempat Daviena duduk. Mereka pun segera melangkah ke sana karena tas mereka juga di sana.

"Nih" Caca, Fani, Karin dan Zahra memberikan mereka botol minum.

"Loh gue mana? " Tanya Erwin saat ia tak mendapat bagian.

"Nih" Varo pun memberikan milik nya yang di beri oleh Zahra, dan di Terima Erwin dengan senang hati.

"Kok lo kasih sih? Kan jadi nya lo yang ga kebagian" Ucap Zahra tak suka.

"Bukan urusan lo" Varo hanya menjawab nya dengan dingin, namun sesaat kemudian ia menangkap sesuatu yang dingin dengan susah payah karena terkejut akan lemparan tiba-tiba.

Sesuatu itu ternyata adalah minuman dingin dari Daviena yang awal nya akan di berikan untuk Kevin. Namun ternyata Kevin sudah mendapat kan nya dari Caca.

"Buat gue? " Tanya Varo menatap Daviena bingung.

"Buat set*n! " Ucap Daviena ketus lalu bangkit dari duduk nya.

"Kasar amat bahasa nya neng" Zion menggelengkan kepala nya. Namun perkataan Zion sama sekali tak di gubris oleh Daviena, dia hanya melangkah pergi dengan wajah dingin andalan nya.

"Eh Na tunggu! Gue ga di jemput, nebeng boleh yaaa" Teriak Caca seraya berlari mengikuti Daviena yang kian menjauh.

"Huft" Yang lain hanya menghela nafas dan ikut melangkah pulang, mengabaikan tatapan kecewa dari para siswi yang ada di sisi lapangan.

"Kenapa kalian masih di sini? BUBAR! " Teriak Karin marah, dan para siswi yang berkumpul pun segera pulang.

***

Daviena menatap dingin ke arah ke dua ban motor nya yang kempis. Ini jelas di sengaja, entah siapa yang begitu jahil dengan Ratu Elsa nya sekolah.

"Yah gimana dong? " Keluh Caca menggaruk kepala nya yang tak gatal.

"Yo! Kenapa Na, Caca? " Tanya Fani melihat wajah kesal Caca dan wajah dingin Daviena.

"Noh liat! Jail banget sih yang bikin! G*dek gue sumpah" Oceh Caca kesal.

"Lo bareng gue aja" Ajak Kevin kepada Caca.

"Eh? Kenapa lo ga ngajak Nana aja? " Tanya Caca heran.

"Anu Gu-gue yakin Nana nanti di jemput suruhan Ayah nya" Ucap Kevin sedikit gugup, Daviena tersenyum tipis melihat nya, sangat tipis hingga tak ada yang menyadari sama sekali.

"Ga pa pa ni Na? Yang laen udah pada di jemput noh" Caca tetap merasa tak enak hati.

"Biar dia bareng gue" Varo tiba-tiba muncul di belakang mereka, membuat mereka terkejut kecuali Daviena.

"Lo ngagetin aja" Ucap Kevin seraya mengelus dada nya.

"Ck gue aja lo kagetin dua kali tadi" Varo menjawab ucapan Kevin dengan ketus, dan di balas senyum konyol oleh sahabat nya.

"Jadi gimana? " Tanya Varo pada Daviena, sementara yang di tanya menaikkan sebelah alis nya seolah bertanya "Gimana apa? ".

" Ck mau ga pulang sama gue? "Tanya Varo jengah.

" Ga usah gue jalan aja"Tolak Daviena.

"Ck udah lo bareng Varo aja, anak nya baik kok cuma rada rese aja"Ucap Kevin di balas pelototan oleh Varo.

"Ya Na lo bareng Varo aja, ga enak gue kalo lo jalan. Kan gila kalo lo jalan dari sekolah sampe komplek perumahan G-Lite " ucap Cava seraya menerawang jauh kesana.

"udah sekarang lo bareng gue aja, lagian gue sejalur kok" Ucap Varo menarik tangan Daviena.

"Dan gue ga nerima penolakan"Paksa nya saat melihat Daviena yang akan membuka mulut, perkataan Varo sontak membuat Daviena membungkam mulut nya.

" Emm lo yakin itu Varo anak baik? "Tanya Caca pada Kevin seraya terus memperhatikan Daviena dan Varo yang kian menjauh.

" Udah santai aja, gue kenal Varo sejak masih SMP dulu. Udah lah yok balik"Ucap Kevin seraya menarik tangan Caca.

***

"Tunggu" Ucap Daviena saat akan menaiki motor Varo.

"Kenapa lagi? "

"Motor gue gimana? " Tanya Daviena melihat ke arah motor nya.

"Gampang itu mah, udah lah buru" Varo segera menaiki motor nya, dan Daviena pun ikut tak lupa ia membawa helm fullface nya.

Alis Daviena terangkat sebelah saat Varo tak kunjung melajukan motor nya. Segera Varo menarik tangan Daviena ke depan agar melingkar di perut nya.

"Pegangan yang kenceng, nanti lo jatuh gue di marahi Kevin" Ucap Varo seraya menautkan kedua tangan Daviena satu sama lain.

"Ck" Daviena hanya berdecak sebal dan diam membiarkan nya saja. Dan hal itu membuat Varo tersenyum tipis tanpa ada yang menyadari.

Segera Varo melajukan motor nya dengan kecepatan sedikit diatas Rata-rata membuat Daviena mencengkram cukup erat pinggang Varo.

Tak membutuhkan waktu yang lama kini mereka sudah tiba di depan gerbang rumah berwarna putih Abu-Abu dengan gerbang besar menjulang tinggi. Jangan lupa kan halaman yang luas dan penjagaan nya yang begitu ketat.

Saat mereka sampai terlihat lah petugas keamanan yang segera menghampiri karena melihat Daviena pulang dengan orang tak di kenal.

"Selamat siang Nona muda" Ucap mereka saat Daviena turun dari motor Varo.

"Thanks " Ucap Daviena lalu melangkah masuk mengabaikan mereka, bahkan Varo sendiri belum sempat menjawab ucapan Daviena.

"Ck" Dan Varo hanya mampu berdecak sebal, ia pun segera mengemudi kan motor nya kembali ke rumah. Tak lupa juga ia menghubungi bawahan nya untuk mengambil motor Daviena.

...----------...

Jangan lupa dukung author melalui...

Like

Vote

Rate

Favorit

Ada yang ingin berteman lebih jauh dengan author? Yuk hubungi author....

Author orangnya care kok, ga mudah tersinggung, bisa cepat akrab dan b

blak-blakan.

IG: @lrnrrhmnia1412 (Follow yak, Author follback kok)

WA: +6289670108559 (Untuk para wibu pecinta anime, author punya group yang selalu share file video anime baik movie ataupun the movie, Seperti Naruto, One Pick Man, Black Clover, Battle Trough Heaven dll. Silahkan hubungi admin yang juga author sendiri untuk yang tertarik. Kalau mau berteman dengan author juga ga masalah sih~hihihi)

FB: Nurrahmania Art(Terima pesanan gambar sketsa wajah buatan author sendiri. Bagi yang berminat silakan hubungi. :')

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!