Membanggakan atau Mempermalukan?

Impian ku sederhana, hanya bahagia dengan orang yang ku cintai dan sayangi.

Namun impian ku tetap menjadi impian dan selama nya menjadi impian.

-Daviena DR

.......................

Di sisi lain seorang pemuda masih bergelung dengan kasur empuk nya hingga suara sering telepon membangun kan nya dari alam mimpi.

"Halo" Sapa nya dengan suara serak khas bangun tidur dan mata yang setengah terbuka. Juga kesadaran nya yang belum terkumpul sepenuh nya.

"Astaga Varooo kenapa kamu baru bangun? Pesawat nya bentar lagi Take-off lho!! " Suara teriakan di sebrang sana sukses membuat pemuda itu membulat kan mata nya.

"Jangan bilang kamu telat tidur lagi? " Tanya suara di sebrang sana.

"Em ia mah ini Varo mau berangkat" Ucap nya lalu segera memutuskan panggilan sebelah pihak.

Mata nya membulat sempurna saat melihat jam di HP nya. Ia segera melempar HP nya ke sembarang arah dan masuk ke kamar mandi, segera ia mengambil koper yang sudah di siapkan sejak malam.

Setelah nya ia menaiki Lift dan langsung menuju ke parkiran. Segera ia masuk ke mobil dan melesat membelah jalanan yang ramai. Ia menjalankan mobil nya dengan kecepatan tinggi menuju Bandara Internasional.

Beruntung ia sampai tepat waktu dan kini sudah ada di dalam pesawat. Ia memandang keluar jendela dengan wajah datar nya.

"Welcome back to Indonesia" Gumam nya seraya memejamkan mata.

Tak butuh waktu lama, kini ia sudah sampai di negara tujuan, dan kini sedang menunggu jemputan. Pemuda itu ialah Alvaro Chris Elmaraja atau sering di panggil Varo.

Varo memiliki warna mata biru muda, rahang kokoh serta alis tegas. Mata tajam layak nya elang, bibir tipis serta kulit putih bersih. Rambut hitam nya yang sedikit panjang itu di sisir ke arah kanan dengan anak rambut sedikit menutupi mata.

Tubuh nya tidak terlalu tinggi namun juga tidak pendek, lengan yang sempurna tidak terlalu berotot juga tidak kecil. Dia adalah salah satu lelaki yang memiliki postur tubuh Body goals.

Kini Varo masih menunggu jemputan dari sahabat nya di organisasi. Varo adalah pemimpin dari Geng Mafia Black Eagles. Merasa jengah dan lelah ia pun menelpon bawahan nya yang ia perintahkan untuk membawa mobil.

"Dimana? " Tanya Varo setelah panggilan terhubung.

"Sorry King! Tadi sedikit macet, maklum lah jam makan siang" Ucap seseorang di sebrang sana. Dia adalah Effendy seorang tangan kanan sekaligus sahabat nya dalam organisasi.

"Buru! " Ucap Varo lalu segera memutuskan panggilan, sedangkan Fendy hanya bisa berdecak sebal.

Tak butuh waktu lama kini Fendy sudah sampai di bandara. Segera Varo masuk di kursi samping pengemudi setelah barang-barang nya di letakan di bagasi.

"Sekarang kita kemana dulu? " Tanya Fendy setelah Varo duduk di samping nya.

"Markas" Jawab Varo dengan wajah datar.

Segera Fendy melakukan mobil nya membelah jalanan ibu kota yang ramai. Markas Black Eagles adalah mansion yang di beli dengan uang nya sendiri.

Kini mereka sudah sampai di mansion tersebut, seolah hafal dengan plat nomor nya penjaga gerbang segera membukakan pintu untuk masuk.

'Ternyata di sini ga banyak berubah' Ucap Varo dalam hati seraya melihat sekitar.

Setelah itu Mereka ber dua masuk dan di sambut oleh seluruh penghuni Mansion. Semua nya berbaris menyambut kedatangan sang Leader.

"Selamat datang kembali King" Ucap mereka serentak sambil membungkukkan tubuh mereka 90° .

"Hem" Varo hanya berdehem lalu masuk di ikuti oleh Fendy di belakang nya.

Ia segera naik je lantai tiga dan masuk ke kamar. Setelah itu ia langsung merebahkan diri di atas kasur. Melihat langit-langit sejenak lalu mengalihkan perhatian ke sebuah bingkai foto di mana sosok gadis kecil berlesung pipi tengah tersenyum tipis dengan mata biru tua nya yang langka.

"Kamu ada di mana sebenar nya Vivi? " Gumam Varo sambil mengusap pelan foto itu.

"Huft" Varo pun menghela nafas pelan lalu turu ke lantai bawah untuk makan.

Ia makan tanpa gangguan sedikit pun, Sedangkan Fendy kini tengah sibuk berkutat dengan laporan laporan yang menumpuk.

Setelah makan ia pun berniat pulang ke rumah orang tua nya, segera ia ke garasi dan menaiki mobil sport berwarna hitam. Ia pergi setelah mengirim pesan singkat kepada Fendy agar tidak menjadi keributan.

***

Dengan pipi merah akibat perona pipi, bibir merah darah karena lipstik. Juga masing-masing memakai Wig dengan warna berbeda-beda. Bulu mata palsu yang lentik di cat warna warni, jangan lupakan juga alis yang seperti pelangi.

Anting antingan magnet yang terdapat bandul pun di pasang di telinga mereka. Jangan lupakan kalung H*llo K*tty yang tersemat di leher kokok mereka.

Mereka saling melirik satu sama lain dengan jantung yang berdebar bukan karena jatuh cinta. Mereka saling pandang dengan pandangan rumit dan menatap Daviena dengan tatapan memelas.

"Hahaha! " Tawa Caca dan Fani lepas dan tak tertahan, sementara Zahra sibuk memfoto mereka secara sembunyi-sembunyi.

Karin pun nampak tersenyum melihat eksperimen nya sempurna, sedangkan Daviena hanya menatap datar mereka semua.

"Ih Ardian kok lo jadi cantik sih Pfft" Ucap Zahra, Ardian yang di puji pun menatap datar Zahra.

"Eh liat Zion jadi imut-imut kaya marmut" Ucap Fani sambil menahan tawa.

"Ulululu Erwin juga cantik kok" Kata Caca mengejek Erwin yang sedari tadi cemberut.

"Itu muka di kondisikan tolong" Ucap Karin ikut mengejek Reza.

"Pfftt Hahahah!!! " Tawa mereka semua pecah, tentu saja kecuali Ardian dan teman-teman nya, Sedangkan Daviena sibuk berkutat dengan HP nya.

"Udah kan? Buru lepas! " Ucap Ardian ketus merasa risih dengan penampilan nya sendiri.

"Eh enak aja! Harus pulang sekolah lah ya gak Dav? " Tanya Fani pada Daviena.

"Hem"

"Jangan gitu dong! Bisa malu tujuh turunan gue" Ucap Erwin tak Terima.

"Masa kita yang ganteng ganteng ini pakek ginian sih? " Protes Zion melihat penampilan nya.

"Muka gue kaya badut ulang tahun anj*r! " Reza mendelik dan tercengang akan penampilan nya yang berubah seratus delapan puluh derajat.

Kriinggg

Bel istirahat pun berbunyi membuat Senyum Zahra, Caca, Fani dan Karin semakin lebar. Sambil bersenandung ria Mereka melempar pandangan.

"Pertunjukan yang sebenar nya di mulai! " Ucap mereka bersamaan dengan semangat membara.

"Udah istirahat, buru lepas laah" Ucap Zion ribut dengan diri nya sendiri.

"Enak aja! Yok kita ke kantin" Teriak Caca lalu menarik tangan Zion, di ikuti ke tiga teman nya yang juga menarik tiga laki-laki yang tersisa.

Ke empat laki-laki itu terus memelas dan memohon kepada Daviena, namun sama sekali tak di gubris.

Para siswa dan siswi yang ada di kantin pun tercengang dengan kehadiran The Most Wanted sekolah. Namun yang membuat mereka hampir muntah adalah penampilan Most Wanted Boy yang sangat luar binasa.

"Eh itu beneran Ardian yang ganteng kan? Apa mata gue bermasalah ya liat Ardian sampe kaya gitu? "

"Iya itu Ardian! Kok si Zion mau aja di gituin? "

"Astaga Erwin kuh apa yang telah terjadi? "

"Reza kaya orang kerasukan Pfftt"

"Ya ampun Zion keserempet apa sampe kaya ondel-ondel gitu? "

"Hahaha mampus si Bad Boy kena karma dari Bu Ketos"

"Davi cantik senyum dong"

"Zahra yang manis itu tangan nya lepas aku cemburu"

"Astaga mimpi apa gue liat Karin megang tangan cowo? "

"Caca ama Fani kok narik narik Bad Boy sih? "

"Ada angin apa para Cogan jadi kaya badut gitu"

Dan masih banyak lagi gosipan dan gunjingan para siswa siswi sekolah yang melihat kejadian tak terlupa kan itu. Sedangkan Ardian dan teman-teman nya menahan malu dengan wajah memerah bagaikan kepiting rebus.

"Mau makan apa gue pesenin" Ucap Karin setelah mereka duduk di kursi pojok kantin.

"Baso sama jus jeruk, yang lain? " Ucap Fani

"Samain aja" Ucap Zion yang di angguki oleh yang lain nya.

"Gue mau kopi aja" Ucap Daviena datar seraya mengeluarkan HP nya dari dalam saku.

"Ga makan? " Tanya Karin yang di balas celengan oleh Daviena.

Karin pun melenggang pergi, sedangkan Caca dan yang lain sedang bercanda ria.

"Eh si Varo balik ke Indonesia! Kata nya besok pindah ke sini" Ucap Reza yang sedari tadi melihat layar HP nya.

"Serius? Asik dong" Sahut Erwin dan mereka pun mulai membicarakan orang yang di panggil Varo itu.

Tak lama kemudian Karin datang dengan makanan, mereka pun makan dengan penuh canda tawa. Namun Daviena tetap datar hingga tiba-tiba...

Degg

Daviena menyentuh dada kiri nya yang terasa sakit, cairan hangat mulai keluar dari hidung nya. Segera ia menutup hidung nya dan berdiri mengagetkan teman-teman nya.

"Kenapa Na? " Tanya Caca heran.

"Toilet bentar" Ucap Daviena lalu bergegas pergi ke toilet terdekat.

Ia segera ke wastafel dan melihat wajah nya yang memucat di ikuti darah yang mengalir melalui hidung nya.

'Sial! 'Batin Daviena kesal lalu ia mengambil obat di saku nya dan langsung menelan obat itu.

Beruntung toilet sedang sepi, Ia pun mengambil tisu dan mengelap hidung nya lalu mencuci wajah nya. Ia mengambil Lipbalm di saku nya dan mulai mengoleskan di bibir pucat nya agar sedikit memerah.

Setelah darah berhenti keluar, Daviena pun kembali ke meja teman-teman nya namun sudah bel masuk sehingga Daviena langsung ke kelas.

Pelajaran pun kembali di mulai hingga jam pulang tiba. Mereka segera merapikan barang masing-masing dan berhamburan keluar kelas, sedangkan Daviena memilih diam hingga kelas sepi. Setelah nya baru Daviena bergegas ke gerbang bersama teman-teman nya.

"Uh tumben lo salah jawab Na? Biasa nya nilai lo sempurna" Ucap Caca heran sementara tubuh Daviena bergetar tanpa ada yang tahu.

"Iya! Biasa nya selalu sempurna bahkan kalo ujian pun sempurna" Ucap Fani menanggapi.

"Mungkin Daviena lagi pusing" Ceplos Zahra.

"Udah lah, semua manusia pasti melakukan kesalahan, ga ada manusia yang sempurna. Seluruh manusia itu tak luput dari kesalahan" Ucap Karin bijak seraya menepuk pundak Daviena dua kali.

"Yee! Itu kan manusia, Daviena kan bukan" Ucap Fani mencibir.

"Lah terus apa dong? " Tanya Caca polos.

"Patung Es Pfftt" Zahra mencoba menutup mulut nya yang ingin tertawa, begitu pun yang lain.

"Ya kan Daviena udah kaya Manekin Hidup jadi bukan manusia" Ceplos Caca yang di hadiahi jitakan oleh Karin.

"Aduh! Jahat banget sih lu beb! " Caca mengaduh kesakitan dengan nada manja.

"Jijik Caa" Ucap Karin memutar bola mata nya malas, sedangkan Zahra dan Fani bergerak menyingkir guna menjauhi Caca.

"Siapa dia gue ga kenal" Ucap Fani pelan namun masih terdengar.

"Bukan temen gue itu" Ucap Zahra menanggapi, sukses membuat Caca semakin mengerucutkan bibir nya.

"Eh tuh abang gue udah dateng, duluan yak" Ucap Karin seraya melambaikan tangan dan melangkah ke arah mobil kakak nya.

"Sopir gue juga udah dateng Bye! " Ucap Zahra lalu pergi.

"Gue juga duluan yak, jangan kangen! " Fani pun pergi karena ibu nya sudah datang.

"Na Lo pulang naik apa? " Tanya Caca pada Daviena yang sedari tadi diam.

"Taksi online"

"Caca! " Panggil seseorang dari dalam mobil.

"Eh gue udah di jemput, duluan ya hati-hati lo! " Teriak Caca seraya berjalan ke mobil yang menjemput nya tadi.

Kini tinggal lah Daviena sendiri, tak lama kemudian taksi yang di pesan Daviena pun datang. Selama perjalanan Daviena terus memikirkan ibu nya.

***

Tak membutuhkan waktu yang lama, kini Daviena sudah berada di depan gerbang tinggi dari rumah nya.

"Eh Non udah pulang? Nyonya juga udah ada di dalam" Sapa penjaga gerbang itu seraya tersenyum ramah.

"Hem" Daviena segera melangkahkan kaki nya masuk ke pekarangan rumah, dan ia pun mendorong pintu besar rumah nya.

Ia pun berjalan menuju tangga, terlihat lah ibu nya yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah.

"Aku pulang! " Ucap Daviena seraya melangkahkan kaki naik ke tangga.

"Gimana sekolah kamu hari ini? " Tanya Siska tanpa menatap Daviena. Pertanyaan Siska mampu membuat tubuh Daviena menegang seketika, tenggorokan nya kelu dan ia pun memaksa untuk bersuara.

"Biasa mah" Ucap Daviena lirih lalu kembali melanjutkan langkah nya yang tertunda.

Kini Daviena sudah berada di kamar nya, ia sedang membaca setelah membersihkan diri. Ia membaca buku tentang seni karena ibu nya menuntut begitu.

"Viena sekarang udah sore, sebaik nya kamu makan dulu" Ucap Siska yang tiba-tiba sudah berada di ambang pintu.

"Ya" Ucap Daviena lalu ia keluar dan segera ke ruang makan, sementara Siska masuk ke kamar Daviena untuk memeriksa nilai.

Daviena pun makan dengan sup yang dia sukai. Ia makan dengan tenang, sementara Siska kini wajah nya merah padam menahan amarah.

Braak

Pintu Kamar Daviena di tutup dengan keras, segera Siska turun ke ruang makan dengan langkah tergesa-gesa.

"Daviena Dian Raharsya!!! " Teriak Siska menggelegar membuat Daviena terdiam.

"Sini kamu! "

Sreet

Crasshh

Plakk

Brukh

Begitu sampai di ruang makan, Siska segera menarik kursi yang di duduki Daviena hingga sup panas di tangan nya itu tumpah ke pergelangan tangan Daviena dan membuat pergelangan tangan Daviena sedikit melepuh.

Tanpa memedulikan hal itu, Siska segera menampar Daviena hingga ia jatuh tersungkur di lantai.

Srakk

"Apa ini hah?! " Bentak Siska seraya melempar Buku yang di tangan nya itu ke kepala Daviena dengan kasar.

Sedangkan Daviena hanya diam menatap kosong ke arah buku yang di lempar Siska. Karena tamparan Siska yang begitu keras membuat sudut bibir Daviena terluka.

"Kenapa bisa salah?! Berapa kali mamah bilang, TELITI LAGI!! Kenapa kamu ceroboh? Bagaimana bisa soal mudah kaya gini kamu salah? " Bentak Siska dengan amarah yang semakin memuncak.

"Bukan nya bikin orang tua bangga! Ini malah bikin MALU!! " Teriak Siska tepat di telinga Daviena sehingga membuat telinga Daviena berdengung.

"Apa yang kamu lakukan Siska!? " Teriak seseorang dengan suara berat nya yang menggelegar, orang itu adalah Haris ayah dari Daviena.

"Anak kamu tuh! Soal gampang kaya gini aja salah! Bilang apa aku sama temen-temen" Ucap Siska dengan tangan di lipat di dada.

"Wajar lah kalo dia salah, nama nya juga manusia pasti memiliki kelalaian" Ucap Haris menasehati.

"Ya ga bisa gitu! Harus nya dia lebih teliti lagi, kalo soal kaya gini aja ga bisa, malu aku sama orang-orang" Ucap Siska sarkas dengan nada penuh penekanan.

"Ga usah mikirin kata orang, Daviena itu udah selalu jadi yang terbaik, dia masih muda wajar kalo melakukan kesalahan" Ucap Haris marah dengan istri nya.

"Kamu itu Mas! Terus aja belain anak kesayangan kamu! Liat noh, anak dari temen-temen aku aja bisa banggain orang tua nya, kalo kaya gini Daviena mah malu-maluin tau ga? " Bentak Siska lalu pergi keluar, sedangkan Haris segera menghampiri Daviena.

"Kamu ga papa? Mending obatin dulu luka kamu ini, udah yuk jangan dengerin kata mamah kamu. Viena itu udah banggain papah, jadi mau bagaimana pun kamu, kamu tetap lah anak papah yang berharga. Mengerti? " Ucap Haris seraya membantu Daviena bangun.

"Emang salah Vivi kok! " Ucap Daviena lirih seraya terus menundukkan kepala nya.

"Enggak! Vivi ga salah, mamah kamu aja yang keterlaluan. Udah yuk makan sama papah" Ucap Haris yang di Angguki oleh Daviena.

...----------...

Jangan lupa dukung author melalui...

Like

Vote

Rate

Favorit

Ada yang ingin berteman lebih jauh dengan author? Yuk hubungi author....

Author orangnya care kok, ga mudah tersinggung, bisa cepat akrab dan sedikit blak-blakan.

IG: @lrnrrhmnia1412 (Follow yak, Author follback kok)

WA: +6282123981798(Lira Nur) (Untuk para wibu pecinta anime, author punya group yang selalu share file video anime baik movie ataupun the movie, Seperti Naruto, One Pick Man, Black Clover, Battle Trough Heaven dll. Silahkan hubungi admin yang juga author sendiri untuk yang tertarik. Kalau mau berteman dengan author juga ga masalah sih~hihihi)

FB: Nurrahmania Art(Terima pesanan gambar sketsa wajah buatan author sendiri. Bagi yang berminat silakan hubungi. :')

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!