Seharusnya masih hidup

Pengeboran minyak lepas pantai di Kabupaten Indramayu sedang berlangsung.

Dan hari ini seorang Insinyur senior sedang bertugas di sana, dia dengan timnya sedang memeriksa dan mengamati proses pengeboran minyak yang sedang berlangsung.

Pria itu bernama Fuad Rahardian, insinyur senior yang bertugas di rig tempat pengeboran minyak lepas pantai di daerah Kabupaten Indramayu.

Dia bekerja seharian di tengah laut dan tentu saja sangat sulit untuk menerima sinyal telekomunikasi, sehingga Fuad hampir tak pernah membawa ponselnya.

Dia bekerja dari jam delapan pagi sampai jam lima sore, dan biasanya kembali ke mess karyawan. Dia termasuk suami yang jarang pulang karena istrinya tinggal di kota Cirebon.

Jarak antara Indramayu dan Cirebon sekitar satu sampai satu jam setengah, Fuad memiliki rumah yang ditinggali istrinya di Cirebon.

Asmila istrinya yang dia nikahi lima tahun lalu adalah seorang wanita karier yang sukses di bidang Asuransi Jiwa.

Saat ini posisi Asmila adalah seorang Direktur yang memiliki kantor dan tim sendiri, dan sudah sering mendapatkan penghargaan dan juga hadiah bonus perjalanan ke luar negeri.

Orangnya cantik, ramah dan selalu penuh semangat. Hanya sayang selama ini mereka belum dikaruniai keturunan, tapi Fuad tidak pernah mempermasalahkan.

Fuad juga sadar dirinya juga jarang di rumah bersama istri, lalu istrinya juga sering pergi keluar kota untuk seminar atau memberikan pelatihan dan motivasi.

Siang itu ketika Fuad sedang sibuk meneliti kedalaman pemboran bawah laut, tiba-tiba ada sebuah kapal dari kantornya datang.

"Pak Fuad, maaf Bapak harus segera ke kantor karena ada tamu menunggu. Penting sekali Pak," kata petugas yang menjemputnya itu.

"Tamu siapa ? rasanya aku tak ada janji dengan siapapun juga," ujar Fuad merasa aneh.

"Pak, ada Polisi dua orang menanti di kantor pimpinan. Jadi bapak harus segera kesana," kata petugas tadi lagi menjelaskan.

Fuad sebenarnya merasa bingung karena dia tak merasa punya salah, tapi sekarang ditunggu oleh Polisi.

Koordinator timnya segera memintanya ikut dengan petugas tadi, agar Fuad mendapatkan penjelasan mengenai kedatangan Polisi yang mencarinya.

Lalu Fuad ikut dengan petugas tadi naik kapal menuju ke pantai dan segera berjalan ke ruang pimpinannya.

"Nah datang juga, ayo masuk saudara Fuad. Ini ada bapak berdua dari Kepolisian," kata Pak Nugraha selaku atasannya langsung.

Fuad menyalami kedua Polisi tadi dan lalu dia duduk di kursi yang sudah disediakan di ruangan itu.

"Begini Pak Fuad, mohon maaf kami mau menyampaikan berita duka. Istri anda Asmila Maryana telah meninggal dunia karena kecelakaan di kota Palembang".

"Sebuah Travel bus yang ditumpangi istri anda jatuh ke jurang dan tenggelam ke dalam sungai. Sopir dan semua penumpang tidak ada yang selamat, termasuk istri anda. Saat ini jenazah istri anda masih berada di rumah sakit Kepolisian Palembang," kata Polisi yang duduk dihadapan Fuad menjelaskan apa yang telah terjadi.

"Pak, maaf istri saya benar bernama Asmila Maryana, dan saya kira nama seperti itu pasti banyak yah. Karena setahu saya, istri saya sedang mengikuti seminar di Jakarta. Jadi tak mungkin ada di Palembang," kata Fuad sambil tersenyum sinis kepada Polisi tadi.

"Begini Pak Fuad, kami juga belum tahu pasti. Tapi dari data yang kami dapat dari Kepolisian Palembang adalah begini adanya, silahkan bapak melihat semua berkas ini," kata Polisi tadi sambil menyodorkan berkas yang mereka bawa kepada Fuad.

Lalu Fuad membuka map berisi berkas data istrinya, di dalam map itu dia melihat ada foto kartu penduduk dan juga tanda pengenal perusahaan atas nama istrinya.

Fuad juga melihat foto istrinya terpampang jelas pada setiap foto kartu tadi, juga ada beberapa foto kartu nama dan pin kecil berlogo perusahaan tempat istrinya bekerja juga tertera nama istrinya yang selalu disematkan di pakaian kantor istrinya. Dia membaca dengan jelas nama yang tertera di pin itu yaitu Asmila Maryana.

"Istri saya ijin berangkat ke Jakarta pada hari minggu pagi, dan saya yang mengantarkannya ke stasiun kereta api. Dia berangkat dari stasiun Cirebon pukul sembilan pagi, dia berkata kepada saya akan ada acara makan siang dengan Direktur Utamanya di Jakarta".

"Istri saya menelepon saya hari minggu siang pukul satu, dia berkata sudah tiba di Jakarta dan saat itu sedang menuju hotel untuk makan siang bersama Direktur Utama dan juga bersama Komisaris perusahaannya," Fuad berkata sambil wajahnya memerah dan bibirnya bergetar.

"Jadi tak mungkin dia bisa ada di Palembang, saya tak paham mengapa bisa begini," lanjut Fuad sambil mulai menangis.

Pak Nugraha segera menenangkan dirinya, beliau menepuk bahu Fuad agar dan memintanya beristigfhar.

"Betul pak, kejadian tersebut sekitar pukul lima sore dan benar travel bus itu membawa penumpang dari bandara di Palembang menuju ke arah kota," kata Polisi tadi kembali menjelaskan.

"Saya masih tak habis pikir pak, istri saya jelas ke Jakarta untuk seminar selama seminggu ini. Mengapa bisa ada di Palembang dan mengapa bisa sampai terjadi kecelakaan. Asal bapak Polisi tahu, dia wanita karier yang terkenal, tak mungkin dia bisa pergi keluar dari jadwalnya," Fuad begitu terpukul sekali dengan kenyataan ini.

"Pak Fuad, mohon maaf agar bisa segera menandatangani berkas ini, agar jenazah dapat segera dikirim ke kota anda," ujar Polisi tadi memintanya menanda tangani berkas tadi.

Sambil menanda tangani berkas, Fuad masih bersikukuh tak percaya kalau istrinya sudah meninggal.

"Saya yakin istri saya masih hidup".

Kasus yang sama juga sedang dihadapi oleh Aletha, dia seorang dokter gigi terkenal di kota Semarang dan mempunyai suami seorang dosen di bidang arsitektur yang mengajar di salah satu Universitas terkenal di kota itu.

"Pak Polisi, saya ini benar istri dari Asrul Mubarok dan memang benar suami saya sedang pergi ke kota Palembang karena ada pekerjaan di sana. Tapi saya tidak bisa terima pernyataan anda kalau suami saya meninggal bersama dengan istri muda dan bayinya," ujar Aletha sambil berurai air mata.

"Tapi benar bu, Asrul Mubarok telah menikah lagi dengan Jena Anindia. Ini ada surat keterangan pernikahannya dan juga ada surat keterangan kelahiran dari salah satu rumah sakit di Jakarta. Dan menurut keterangan keluarga Jena Anindia yang sudah berhasil kami konfirmasi, bahwa suami anda dan istrinya sedang dalam perjalanan mengantarkan pulang istrinya ke Palembang," terlihat Polisi tadi juga bingung menyampaikan kasus ini kepada Aletha.

"Lalu bagaimana dengan jenazah suami saya, dimana sekarang berada?"tanya Aletha sambil menangis.

"Maaf bu, jenazah suami ibu beserta dengan jenazah Jena Anindia dan bayi mereka sudah dibawa oleh keluarga almarhumah Jena di Palembang. Dan menurut rencana akan segera dimakamkan hari ini," Polisi tadi menjelaskan lagi.

"APA!!!!!"teriak Aletha dengan kencang, sehingga perawat yang sejak tadi mendengar langsung mendekati Aletha yang terlihat gemetar.

"Aku ini istrinya, bahkan aku belum melihat bagaimana kondisi jasad suamiku. Berani sekali mereka menguburkan suamiku tanpa ijin dariku," Aletha meraung sambil terus berkata-kata.

Perawat yang ada di ruangan itu segera memegang bahu Aletha, dan benar saja Aletha tampak sudah tak bisa berpikir apapun lagi. Dia menangis sejadinya di pelukan perawat tadi.

Lalu teman lainnya yang ada di klinik segera menghambur masuk ke ruangan prakteknya, kemudian mereka meminta penjelasan kepada Polisi tadi dan betapa terkejutnya semua setelah mendengarnya.

"Suster Nana, sepertinya kita harus memanggil dokter Haris karena sekarang tak mungkin dokter Aletha menangani pasien dengan kondisi seperti ini," kata petugas administrasi meminta perawat untuk segera menghubungi dokter pengganti yang tak lain masih adik tingkatnya Aletha.

Beruntung dokter Haris yang belum lama lulus itu bisa menggantikan dokter Aletha sementara waktu.

Lalu Aletha diantar pulang ke rumah oleh teman kerjanya di klinik, dan pasien yang sudah lama menanti diberitahu oleh perawat Nana kalau kondisi dokter Aletha sangat tidak memungkinkan untuk memeriksa pasien.

Tapi mereka semua diminta untuk menunggu karena dokter pengganti akan segera tiba.

"Saya mengikuti berita itu loh, jadi di mobil itu ada lima penumpang dewasa, satu bayi merah dan satu sopir, semuanya meninggal tenggelam," kata seorang ibu yang mengantar anaknya untuk periksa gigi.

"Iya saya juga melihat berita itu, tapi suami dokter Aletha yang mana yah?"tanya seorang lain yang juga mengantar saudaranya periksa gigi.

"Bisa jadi yang duduk di samping sopir karena yang duduk di belakang tampaknya semuanya pasangan suami istri. Aduh kasihan yah, mana bawa bayi pula," komentar yang lain yang sama menanti di ruang tunggu pasien.

"Iya miris yah, katanya mobil itu melaju kencang lalu tak terkendali, masuk ke jurang terbanting-banting beberapa kali baru tercebur ke sungai dan tenggelam".

"Kalau kata saudara saya yang kebetulan tinggal di Palembang, rumornya itu mobil adalah travel bodong. Dan penumpang juga tidak semua suami istri, bahkan katanya ada salah satu korban itu penipu ulung. Tapi entahlah saya juga cuma dapat gosip dari saudara di sana, dan sedang heboh beritanya".

"Oh masa sih, seram sekali yah ceritanya. Tapi suami dokter Aletha yang mana belum jelas yah".

"Entahlah, Wallahu a'lam, kita tidak tahu benar atau tidaknya berita yang beredar".

Teman kerja dan perawat mendengar apa yang sedang diceritakan para pasien atau yang menemaninya, yang pasti di ruang tunggu klinik gigi itu ramai membicarakan berita tentang kejadian di Palembang sana.

Semua pasien yang merupakan langganan tetap dokter Aletha, semua sama sekali tak menyangka kalau dokter cantik, ramah dan handal itu ternyata suaminya menjadi salah satu korban.

Keesokan harinya Soraya dan kedua anaknya tengah menanti ambulans yang akan membawa jenazah suaminya ke kediaman mereka.

Sudah banyak kerabat yang datang, bahkan mertua dan orang tua Soraya juga sudah hadir di sana.

Semua bersedih karena kehilangan sosok Mario Maliangkay, dia orang yang pintar, ramah dan bersahaja.

Bahkan di gereja tempat beliau beribadah, Mario adalah salah satu penatua. Dulu dia diangkat menjadi penatua gereja karena dikenal kalau Mario adalah orang yang bijak dan penyayang keluarga.

Rumah tangganya baik, pekerjaannya sukses, istrinya dosen bahasa sastra Inggris dan kedua anak gadisnya selain cantik juga semuanya pandai di sekolahnya.

Hampir semua orang yang mendengar Mario meninggal, merasa terpukul dan kehilangan bahkan sosok Mario hampir menjadi buah bibir baik di lingkungan atau gereja sebagai orang yang sangat baik.

Tak sedikit orang yang mengidolakan bapak Mario Maliangkay, bahkan dirinya selalu dijadikan contoh kalau ada pasangan muda menikah.

"Contohlah keluarga Pak Mario Maliangkay, sukses bekerja dan rumah tangga bahagia karena beliau selalu mendahulukan Tuhan dalam rumah tangganya".

Itulah yang sering didengar kalau mendengar nama Mario Maliangkay dan keluarganya.

Tapi sekarang Soraya berada dalam kebimbangan, dia memang harus ikhlas kalau suaminya saat ini sudah tiada.

Namun mengapa ada sesuatu yang janggal dalam kematiannya, hari minggu siang dia masih ingat kalau suaminya mengatakan sedang di Madura.

Tapi Polisi kemarin mengatakan kalau kejadian kecelakaan yang menimpa suaminya terjadi di Palembang.

Jarak yang sangat jauh sekali antara Madura dan Palembang, berarti ada suatu kebohongan yang sedang dibuat suaminya kala itu.

Tapi apa sebenarnya yang terjadi dia juga tak paham, dan buntutnya dia harus menutupi rahasia yang dia sendiri tidak ketahui.

Setiap orang bertanya pasti dijawab kalau suaminya memang sedang tugas di Palembang, bahkan hal ini juga dia sampaikan kepada pendeta yang akan memimpin pemakaman nanti siang.

Ambulans datang membawa jenazah Mario yang sudah dimasukan ke dalam peti mati.

Soraya dan kedua anaknya tak kuasa menahan tangis ketika peti diturunkan dari ambulans.

Beberapa kerabat tua bersepakat untuk membuka peti dan memandikan lagi jenazah karena takut belum layak untuk dimakamkan nantinya.

Lalu peti dibuka dan menyeruak bau mayat yang mulai membusuk, tapi sesuai kesepakatan keluarga jenazah akan dimandikan lagi agar layak di makamkan.

Saat itu Soraya sudah tak sadar diri ketika melihat jenazah suami nya yang terlihat membengkak seluruh tubuhnya.

Selesai dimandikan, jenazah kembali dimasukan ke dalam peti lalu ada ibadah penutupan peti dan kemudian setelah peti ditutup rapat semua orang bersama-sama berangkat menuju pemakaman.

Sepanjang jalan Soraya terus menangis, bahkan ketika peti mati sudah turun ke liang lahat, dia kembali pingsan lagi, untung Mince selalu sigap memegangi majikannya sejak dari rumah sampai ke pemakaman.

Kedua anaknya terus memberikan kekuatan kepada ibunya agar bisa kuat dan tabah menerima cobaan ini.

"Kasihan Ibu Mario, mereka itu pasangan romantis dan harmonis, tentunya mendapat kejadian ini pastinya sangat terpukul," kata seorang pelayat.

"Iya betul, kasihan sekali. Walau pak Mario itu sering keluar kota kerjanya tapi mereka itu selalu tetap harmonis. Apalagi kalau pak Mario pulang dari luar kota, wah mereka laksana romeo dan juliet, lengket terus berdua".

Itu omongan orang sekitar yang merasa iba melihat Soraya yang terlihat begitu terpukul dan terpuruk.

Sementara di kota lain juga tampak Fuad masih begitu sedih karena kehilangan istri tercintanya.

Padahal Fuad sudah berjanji kalau awal tahun depan akan mengajukan cuti panjang tanpa dibayar selama enam bulan untuk dia bersama Asmila akan berobat ke dokter.

Mereka sudah merencanakan ingin punya momongan, karena selama lima tahun pernikahan keduanya masih juga belum mendapati kalau Asmila hamil.

Fuad juga merasa tidak baik kalau hanya menyalahkan istrinya seperti yang kebanyakan orang lakukan.

Bagi Fuad mungkin dirinya juga yang bekerja terlalu keras bisa menjadi salah satu faktor memiliki bibit yang tidak bagus.

Saat ini Fuad masih menangis ketika kembali dari pemakaman istrinya.

"Fuad, sudah nak. Kamu harus iklhas, ridho semua kehendak Allah. Sudah jangan ditangisi terus kasihan jangan dibebani langkahnya," kata Ibunya Asmila sambil mengelus punggung menantu kesayangannya.

Fuad adalah menantu kebanggaan orang tuanya Asmila, di mata mereka Fuad adalah suami baik yang tidak menyalahkan Asmila anak mereka yang tak kunjung hamil.

Bahkan Fuad selalu membela Asmila ketika masih hidup, adakalanya di pertemuan keluarga suka ada celetuk soal anak. Dan Fuad selalu. membela Asmila, bahwa soal anak adalah rahasia Allah.

Kedua orang tua Asmila sangat menyayangkan kalau anak mereka masih belum sempat berhijab ketika meninggal karena kecelakaan ini.

Sempat ibunya Asmila memarahi almarhumah anaknya itu agar segera berhijab, tapi kembali Fuad selalu membela dengan mengatakan kalau Asmila belum siap jangan dipaksa dan mungkin karena tuntutan pekerjaan sehingga Asmila belum siap berhijab.

Semuanya sudah terlanjur, Asmila sudah tiada dan Fuad hanya bisa menyesali mengapa dia memberi ijin istrinya keluar kota.

Sama dengan Soraya yang ada di kota lain, saat ini Fuad juga merasa ada sedikit keanehan.

Dia masih ingat minggu pagi mengantarkan istrinya ke stasiun karena akan ada seminar di Jakarta selama satu minggu.

Tapi kenyataan istrinya meninggal karena kecelakaan di kota Palembang di hari yang sama di sore harinya.

Dia tak mengerti kenapa bisa terjadi, dalam pikirannya saat ini pasti ada urusan kantor yang begitu mendadak sehingga istrinya harus ke kota tersebut.

"Fuad, tadi ada petugas ambulans memberikan tas dan barang-barang milik istrimu. Sudah bapak simpan dikamar kalian, nanti kalau sempat periksa saja yah," kata ayah mertuanya yang sama terlihat sangat sedih karena kematian anak perempuannya.

"Iya pak, biar nanti Mida bantu Fuad membongkarnya. Sekarang kita siap-siap untuk tahlilan nanti malam yah. Jangan khawatir Fuad, nanti Mbak akan disini sementara waktu bersama Ayah dan Ibu," ujar Asmida kakak kandung istrinya Fuad.

Fuad hanya bisa mengangguk lemah karena pikirannya masih tertuju kepada almarhumah istrinya.

Aletha sedang berkumpul bersama keluarga besarnya dan juga keluarga besar almarhum suaminya.

Kedua keluarga sangat terguncang apalagi mendengar dan tahu kalau almarhum Asrul Mubarok telah dimakamkan oleh keluarga lain di kota Palembang.

Dan keluarga yang tidak mereka ketahui itu menyatakan kalau Asrul adalah suami dan ayah dari sesama korban kecelakaan yaitu seorang wanita bernama Jena dan bayinya.

"Anwar dan Dita, mbak mohon bantuan kalian berdua untuk menemani Mbak ke Palembang. Kita harus mencari tahu kebenarannya akan tragedi ini," pinta Aletha kepada adik iparnya dan istrinya, kebetulan mereka berdua adalah pasangan pengantin baru.

"Anwar siap Mbak, benar kita harus kesana mencari tahu karena keluarga juga tak mau kalau sampai almarhum mas Asrul mendapat fitnah keji," sahut adik iparnya itu karena sama dia juga merasa geram.

"Bapak setuju, cuma nanti saat kalian bertemu dengan keluarga wanita bernama Jena itu jangan sampai tersulut emosi. Sebab kalau kalian emosi tentu tak akan ada jalan keluar dari masalah ini," ujar Ayahnya Asrul menasehati mereka yang akan berangkat.

"Benar Letha, ayah juga setuju dengan mertuamu. Tolong nanti kalian bersikap dewasa dalam bertanya dan mencari kebenaran semua ini," ayahnya Aletha juga ikut menimpali.

"Edwin sayang, kamu sementara bersama Nenek dan Kakek yah. Bunda akan ke Palembang dulu bersama Oom Anwar dan Tante Dita. Kamu harus turuti apa kata Nenek dan Kakek yah sayang," ujar Aletha sambil memeluk anak lelakinya.

"Win ingin ikut bunda, Win juga mau tahu makam ayah,"rengek anaknya yang baru kelas tiga Sekolah Dasar itu.

"Nanti yah nak, kalau semua masalah sudah beres, pasti bunda akan bawa Edwin melihat makam ayah".

Aletha menjerit dalam hatinya, begitu juga Soraya dan Fuad yang berada di kota berbeda.

Andai saja waktu bisa diputar ulang, mereka ingin tidak. mengijinkan pasangannya pergi.

Seharusnya mereka masih hidup andai saja kemarin ini dihalangi untuk pergi.

Episodes
1 Berita duka itu benar
2 Seharusnya masih hidup
3 Saat Dosa Mengalir
4 Derasnya Aliran Dosa
5 Mario dan Soraya Masa Itu
6 Fuad, kamu yakin pada Asmila?
7 Jalan Keraguan
8 Rumah Tangga dan Amarah
9 Istri Mario Maliangkay
10 Kebahagiaan Keluarga Besar
11 Selamat Jalan Oma Elisabeth
12 Setelah Oma Pergi
13 Ada Awal dan Ada Cobaan
14 Ujian Oh Ujian
15 Kesepakatan
16 Bayi Kedua
17 Hanya Tinggal Rencana
18 Asmila Mati Juga Tak Apa
19 Belum Tentu Baik
20 Untuk Apa Juga
21 Awal Jena
22 Astaga Jena
23 Menjelang 1
24 Menjelang 2
25 Menjelang 3
26 Menjelang 4
27 Menjelang 5
28 Sebelum 1
29 Sebelum 2
30 Sebelum 3
31 H - 2
32 H - 1
33 Hari Itu 1
34 Hari Itu 2
35 Hari Itu 3
36 Hari Itu 4
37 Hari Minggu
38 Hari Senin
39 Hari Selasa di Rumah Mario
40 Hari Selasa Fuad dan Aletha
41 Rabu Pemakaman Mario
42 Rabu Pemakaman Asmila
43 Hari-hari Selanjutnya
44 Awal Hari Baru
45 Awal Hari Baru Cemburu
46 Sesal Aliong
47 Palembang
48 Persahabatan Baru
49 Beban Pikiran
50 Tak Menyangka
51 Kekesalan
52 Tawa dalam duka
53 Big Beauty Resto 1
54 Big Beauty Resto 2
55 Big Beauty Resto 3
56 Pengkhianatan Cinta
57 Kecamuk 1
58 Kecamuk 2
59 Kristy
60 Jimmy
61 Kejutan Kecil di Hari Jum'at
62 Warna Warni Hari Sabtu
63 Fix You
64 Rupa-rupa Kisah
65 Kecolongan Ciuman
66 Mulai Ada Godaan
67 Video Call
68 Peluk Cium
69 Tidak Mau Sia-sia
70 Tidak Akan
71 Saat Ramadhan 1
72 Saat Ramadhan 2
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Berita duka itu benar
2
Seharusnya masih hidup
3
Saat Dosa Mengalir
4
Derasnya Aliran Dosa
5
Mario dan Soraya Masa Itu
6
Fuad, kamu yakin pada Asmila?
7
Jalan Keraguan
8
Rumah Tangga dan Amarah
9
Istri Mario Maliangkay
10
Kebahagiaan Keluarga Besar
11
Selamat Jalan Oma Elisabeth
12
Setelah Oma Pergi
13
Ada Awal dan Ada Cobaan
14
Ujian Oh Ujian
15
Kesepakatan
16
Bayi Kedua
17
Hanya Tinggal Rencana
18
Asmila Mati Juga Tak Apa
19
Belum Tentu Baik
20
Untuk Apa Juga
21
Awal Jena
22
Astaga Jena
23
Menjelang 1
24
Menjelang 2
25
Menjelang 3
26
Menjelang 4
27
Menjelang 5
28
Sebelum 1
29
Sebelum 2
30
Sebelum 3
31
H - 2
32
H - 1
33
Hari Itu 1
34
Hari Itu 2
35
Hari Itu 3
36
Hari Itu 4
37
Hari Minggu
38
Hari Senin
39
Hari Selasa di Rumah Mario
40
Hari Selasa Fuad dan Aletha
41
Rabu Pemakaman Mario
42
Rabu Pemakaman Asmila
43
Hari-hari Selanjutnya
44
Awal Hari Baru
45
Awal Hari Baru Cemburu
46
Sesal Aliong
47
Palembang
48
Persahabatan Baru
49
Beban Pikiran
50
Tak Menyangka
51
Kekesalan
52
Tawa dalam duka
53
Big Beauty Resto 1
54
Big Beauty Resto 2
55
Big Beauty Resto 3
56
Pengkhianatan Cinta
57
Kecamuk 1
58
Kecamuk 2
59
Kristy
60
Jimmy
61
Kejutan Kecil di Hari Jum'at
62
Warna Warni Hari Sabtu
63
Fix You
64
Rupa-rupa Kisah
65
Kecolongan Ciuman
66
Mulai Ada Godaan
67
Video Call
68
Peluk Cium
69
Tidak Mau Sia-sia
70
Tidak Akan
71
Saat Ramadhan 1
72
Saat Ramadhan 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!