Siang ini aku kembali menunggu Kina di depan gerbang sekolah. Aku tunggu gadis itu di dalam mobil, aku ingin segera bertemu dengannya dan bertanya kenapa semalam tiba-tiba dia pergi tanpa berpamitan padaku.
Namun hingga sore menjelang dan sekolah itu sepi dia tidak juga keluar. Sepertinya dia tidak masuk sekolah hari ini.
****
Tiga hari berlalu, gadis itu masih belum aku temukan, sekali pun aku berusaha mencari di sekolah dan di tempat kerja, tetap tidak nampak batang hidungnya.
Aku berpikir apa mungkin keluarganya ada yang benar-benar meninggal hingga dia harus meninggalkan sekolah dan pekerjaannya untuk beberapa waktu yang cukup lama.
Ah! mungkin itu hanya strateginya untuk menghindar dariku saja.
Untuk sementara waktu aku biarkan dia dalam persembunyiannya, karena aku yakin semakin aku mengejarnya semakin dia akan berusaha menghindariku.
Kali ini aku putuskan untuk tidak mencarinya, aku sedikit menjauh darinya, namun pada waktu yang tepat nanti, aku akan tiba-tiba datang menemuinya, karena jujur aku masih penasaran dengan kehidupan pribadinya.
***
Hampir tiga minggu aku tidak menemuinya, aku kira kesibukanku yang cukup menyita waktu mampu melupakan bayangan Kina, namun ternyata aku keliru, Kina gadis belia sang pemandu lagu itu terus menghantui pikiranku.
Akhirnya malam ini, di saat waktuku senggang, aku sempatkan untuk menemuinya lagi.
Seperti biasa aku mengunjungi tempatnya bekerja, aku duduk di kursi cafe seperti biasa.
Mataku mulai mencari-cari dimana gadis itu berada, namun tidak juga terlihat batang hidungnya.
Akhirnya aku putuskan untuk menemui managernya, aku ingin menanyakan tentang keberadaan gadis itu, dan saat aku baru sampai di lobbi, kulihat gadis itu sedang membersihkan lantai dengan alat pel di lorong koridor room karaoke.
Dengan sigap aku menghampirinya dan menginjak alat pel manual yang dia gunakan untuk membersihkan lantai.
Dia mulai menatapku dengan angkuh dan kesal.
"Sebenarnya pekerjaanmu itu apa? Tukang pel, pelayan, atau purel?" tanyaku sedikit mengejek.
"Aku belum lulus SMA, dan bukan lulusan S2 seperti Bapak. Jadi, tidak mungkin aku jadi manager atau direktur, kan?" jawabnya ketus seraya menarik alat pel yang aku injak dan kembali membersihkan lantai.
"Siapa bilang, salah satu mentri wanita di negara ini ada yang hanya lulusan SMP, tapi dia bisa mempekerjakan pilot dari 28 negara, menjadi pengusaha sukses, dan seorang milyuner," sahutku.
"O, iya?"
"Faktor utama mendapat pekerjaan bagus bukan tergantung ijazah, tapi karena kerja keras, semangat, dan keyakinan juga."
Gadis itu melirikku dengan tersenyum datar, seraya melangkah meninggalkanku tanpa sebuah jawaban.
Aku kembali mengejarnya.
"Hai! Kenapa malam itu kamu meninggalkanku?" tanyaku lagi dengan membuntutinya.
Dia terlihat tidak memperdulikanku.
"Jika aku bilang pada bosmu kalau kamu bersikap acuh pada pengunjung , kamu bisa dipecat."
Seketika gadis itu menoleh dan menatapku dengan mulut mendesis kesal.
"Mau aku layani apa Bapak?" tanyanya kemudian.
"Kalau mau pesan kopi bisa langsung duduk di depan sana, kalau mau pesan room bisa langsung ke resepsionis, kalau mau buang air... Silahkan, di sini!" katanya dengan mata melotot sembari menunjuk toilet yang hendak dia bersihkan.
Entah kenapa melihat ekspresi kesalnya membuat hatiku bahagia. Jujur aku betah berlama-lama dekat dengannya, meski dia ketus dan angkuh padaku.
"Okey! Lanjutkan pekerjaanmu, aku tunggu kamu di tempat biasa!" kataku kemudian dengan tersenyum ke arah gadis yang mukanya ditekuk itu.
Aku melangkah meninggalkan lorong room karaoke, aku tidak ingin membuang waktu, segera aku menghubungi manager tempat ini dan meminta agar gadis itu menemaniku.
Selang beberapa menit gadis itu pun datang menghampiriku.
"Bagaimana pekerjaanmu, sudah selesai?" tanyaku basa-basi.
Kulihat dia hanya tersenyum sinis.
"Terima kasih sudah mau menemaniku!"
Aku tersenyum manis.
"Kamu terlihat semakin cantik!" godaku dengan terus melihat wajah cemberutnya.
Gadis itu kembali mendesis dan menghela napas kasar.
"Kalau seandainya melempar kopi ini di wajah Bapak tidak membuatku dipecat, aku akan melakukannya," ketusnya.
Aku tersenyum tipis, melihat wajah cemberutnya, membuat hatiku semakin bahagia.
"Semakin kamu marah semakin terlihat cantik," pujiku dengan senyum nakal sembari menyentuh dagunya.
Dihempaskannya tanganku dari dagu mungil itu.
Aku lihat dia semakin marah padaku, namun aku cukup menikmatinya, karena jujur aku semakin suka dengan sikap angkuh dan judesnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Kinan Rosa
dasar si om jahil
2022-12-06
0
Muhammad Alwi
bagus cerita nya aku mampir thor
2022-01-03
1
eka yustina
monolog trs si
2022-01-02
0