Setelah menerima bantuan secara simbolis dariku, gadis itu turun dari panggung, sementara aku masih diminta untuk memberikan sambutan.
Entah kenapa timbul rasa penasaran yang besar di hatiku untuk bertemu dengannya. Segera aku turun dari podium, dan mencari gadis itu setelah acara pemberian sambutan selesai.
Bola mataku mulai berkeliaran mencari-cari di sekeliling aula dimana gadis itu berada, namun entah kenapa batang hidungnya tidak nampak di tempat ini.
Segera aku keluar dari gedung itu menyusuri lorong sekolah untuk mencari Kina, seorang pemandu lagu yang baru saja mewakili teman-temannya menerima bantuan untuk sekolahnya dariku.
Namun, hingga sampai di kelas paling ujung aku tidak juga menemukannya, entah dimana dia, mungkinkah dia bersembunyi dariku karena malu, ya bisa saja, karena jika sampai aku membuka identitasnya di depan semua teman dan guru, ada kemungkinan dia akan mendapatkan teguran, serta peringatan untuk dikeluarkan dari sekolah ini.
Aku membalikkan langkahku untuk kembali ke aula karena sudah tidak menemukannya, namun disaat aku melangkah menuju aula tiga orang remaja berjalan dari arah yang berlawanan denganku, kulihat Kina berjalan diantara mereka.
"Kina!" sapaku.
Aku menghentikan langkah mereka dengan berdiri di hadapan tiga orang siswi SMA tersebut.
"Kina?"
Ketiga gadis belia itu mengerutkan dahi sembari mengangkat bahunya. Mereka saling menoleh satu sama lain.
"Siapa kina?" tanya salah seorang gadis yang berdiri tepat di hadapanku.
"Kamu!" sahutku dengan menunjuk wajahnya.
"Aku?"
Gadis itu menyentuh dadanya.
"Maaf ya, Pak! Nama saya, Kirana Salsabila," jelas gadis itu dengan menunjukkan nama dada yang terpasang di atas saku baju seragamnya.
Kubaca tulisan itu. Ya, tertera nama Kirana Salsabila di sana, namun entah mengapa aku masih tidak percaya meski gadis itu berusaha meyakinkan aku kalau dirinya bukanlah Kina.
"Kamu yakin, kamu bukan Kina?" tanyaku lagi.
Gadis itu mengangguk sembari berkata, "Iya Pak, saya bukan Kina, saya Kirana Salsabila."
"Permisi, Pak!" pamitnya kemudian dengan tersenyum sopan.
Jika dilihat dari kesantunan sikapnya bisa jadi dia memang bukan Kina sang pemandu lagu, namun kenapa wajah kedua gadis itu begitu sama, apa mungkin mereka memang orang ya berbeda, sungguh hatiku masih dipenuhi tanda tanya.
****
Aku masih berpikir tentang Kina saat berada di dalam mobil. Bayangan gadis belia itu sangat menggangguku, hingga aku tidak dapat fokus ketika hendak menghadiri rapat dengan rekan bisnisku.
Jujur tidak bisa aku tahan rasa penasaranku ini, rasa penasaran kepada Kina seorang pemandu lagu yang wajahnya sangat mirip dengan Kirana Salsabila siswi berprestasi SMA Cendekia Bangsa.
Sejenak aku coba menepiskan pikiranku tentang Kina, karena aku harus berkonsentrasi dan fokus dengan pekerjaanku. Setelah semua pekerjaan selesai, untuk menjawab rasa penasaran ini, aku segera menuju tempat karaoke yang semalam aku kunjungi bersama beberapa temanku.
Tepat jam tiga sore aku sudah berada di tempat itu.
"Sore pak! Mau pesan room?" sapa seorang resepsionis di lobby rumah karaoke itu.
"Mmmm, boleh, tapi sebelumnya aku mau ketemu Kina terlebih dahulu, bisa 'kan?" pintaku.
Kulihat resepsionis perempuan itu berbisik pada seorang laki-laki yang berdiri di sebelahnya.
"Maaf pak, Kina bekerja di Cafe kita, dan Cafe kita bukanya malam hari dari jam 19.00 sampai jam 24.00, jadi mungkin nanti malam bapak bisa ke sini lagi!" saran laki-laki itu padaku.
"Oooh, baiklah, terimakasih!" sahutku seraya beranjak dari tempat itu untuk kembali lagi ke kantor.
Aku semakin yakin bahwa Kina dan Kirana adalah orang yang sama, apalagi setelah mendengarkan penjelasan seorang resepsionis tadi, bahwa Kina bekerja di malam hari, tentu dia melakukan pekerjaan di malam hari, karena di siang hari dia harus belajar di sekolah.
***
Malam ini aku memutuskan untuk kembali ke rumah karaoke itu, entah kenapa keinginanku untuk bertemu Kina semakin besar, gadis belia itu benar-benar membuat diriku penasaran.
Tepat jam delapan lebih tiga puluh menit aku sudah berada di tempat itu, kulihat di luar lobby rumah karaoke sudah terhampar kursi-kursi yang memenuhi halaman beratapkan langit dan bintang-bintang.
Ternyata cukup asyik juga suasana malam di tempat ini, beberapa kali datang ke sini, aku tidak pernah memperhatikan indahnya suasana cafe dengan desain terbuka yang ada di balkon lantai dua luar ruangan.
Kulihat saat itu Kina sedang membersihkan salah satu meja dengan lap di tangannya. Aku segera menghampiri dan duduk di meja yang dia bersihkan.
"Malam Kina! Bisa temani aku menyanyi!"
Aku tersenyum ke arahnya, sementara gadis itu masih terlihat membersihkan meja yang ada di hadapanku dengan sesekali menyemprotkan cairan pembersih di atasnya.
"Ehm..."
Terdengar dia mendehem.
"Aku batuk pilek," katanya sembari tersenyum renyah ke arahku.
"Mungkin lain kali saja, ya?" lanjutnya seraya berlalu meninggalkanku.
Sepertinya gadis itu mulai menghindariku, sikap yang dia tunjukkan membuat aku semakin yakin kalau dia adalah gadis SMA yang aku temui tadi pagi.
"Kina!" seruku menghentikan langkahnya.
"Kamu Kirana, kan?" tanyaku dengan menghadang langkahnya.
"Kirana siapa, ya?"
Gadis itu pura-pura bodoh.
"Kina, sudah! Mengaku saja kalau sebenarnya kamu adalah Kirana, anak SMA yang tadi pagi bertemu denganku."
Aku mencoba mengulik ingatannya, dan berusaha memaksa dia untuk mengakui identitasnya.
"Maaf! Aku Kina, aku bukan Kirana."
Tegasnya seraya beranjak meninggalkanku.
Segera aku tarik lengannya.
"Tenang saja, aku tidak akan mengatakan pekerjaanmu ini pada pihak sekolah, jadi kamu tidak perlu malu untuk mengakuinya!" kataku dengan tersenyum meyakinkan gadis itu.
"Sekarang! Kamu temani aku menyanyi! Okey!" lanjutku dengan melingkarkan tanganku ke pinggangnya.
"Maaf! Anda salah orang!" jawab gadis itu dengan berusaha melepaskan pelukanku.
Terlihat kemudian dia meninggalkanku dengan wajah kesal.
****
Sikap Kina yang seperti itu, semakin membuat diriku penasaran, aku tidak kehilangan akal, aku segera menghubungi manager cafe dan rumah karaoke ini, untuk meminta agar Kina menemaniku.
Tidak lama kemudian Kina pun menghampiri mejaku. Aku yang saat itu sedang meneguk kopi yang sudah aku pesan, menyambut kedatangannya dengan senyuman.
Gadis itu duduk dengan tenang di hadapanku.
"Bagaimana Kina? Mau menemani aku malam ini?" tanyaku dengan tersenyum nakal.
"Aku kasih tips dua kali lipat," tambahku.
"Atau, kamu minta bayaran berapa, nanti aku kasih?" tawarku.
"Mmmm... Masalahnya, malam ini saya kurang enak badan, Mas? Saya tidak kuat lama-lama di ruang ber-AC, mungkin besok malam saja ya, Mas saya temani."
Gadis itu tersenyum manja seraya menyentuh tanganku.
Kina berusaha menolak ajakanku dengan kalimat ramahnya, meski aku tahu sebenarnya dia terpaksa. Aku yakin dia melakukan semua itu karena takut ditegur oleh managernya, atau karena takut ketahuan olehku tentang identitas pribadinya.
"Okey! Besok ya!" jawabku.
"Mmm.... Iya," Kina mengangguk dengan tersenyum.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Kinan Rosa
kak buat kina menjadi wanita yang tegas dan berani, dan tentunya baik
2022-12-06
0
Bayu Arto
kayakx bagus ne crritax
2021-11-07
0
mami Fauzan
seru juga nie
2021-03-16
0