Tiga malam sudah aku mendatangi rumah karaoke itu, namun tidak aku dapatkan Kina menepati janjinya untuk menemaniku bernyanyi.
Aku dengar dari managernya tiga hari ini dia tidak masuk bekerja karena alasan sakit, aku tidak tahu apa alasannya tidak masuk bekerja karena benar-benar sakit, atau hanya ingin menghindariku saja.
Jujur sikap Kina yang seperti itu membuat aku semakin yakin kalau sebenarnya Kina dan Kirana adalah orang yang sama, hingga membuat aku semakin penasaran dengan kepribadiannya.
Siang ini di sela-sela kesibukan di kantor, aku sempatkan diri untuk mendatangi sekolah gadis pemandu lagu rumah karaoke itu. Kuparkir mobilku di luar gerbang sekolah, tepat jam dua siang ketika semua siswa mulai berhamburan keluar, mataku mulai menyelidik memperhatikan semua siswi yang keluar, kalau-kalau Kina ada di antara mereka.
Beberapa menit setelah mataku mencari keberadaannya, kulihat gadis itu keluar dari gerbang sekolah bersama dua orang temannya, dan tak lama kemudian kedua temannya meninggalkannya karena sudah ada yang menjemput.
Gadis itu berjalan sendiri di trotoar.
Aku segera menghidupkan mobilku dan melaju pelan mengikutinya, kemudian aku keluarkan kepalaku ke luar jendela mobil untuk memanggilnya.
"Kina!"
Gadis itu menghentikan langkahnya, sepertinya dia menahan diri untuk menoleh ke arahku. Sikapnya membuat aku yakin bahwa Kirana adalah Kina. Segera aku lajukan mobil kembali untuk lebih mendekatinya.
"Tiiin!!"
Aku membunyikan klakson saat mobilku sudah berada di sampingnya. Kulemparkan senyum paling manis ke arahnya, dan kulihat dia membalas senyumku dengan angkuh, sungguh aku semakin penasaran dengan sikap gadis belia itu.
Segera aku tepikan mobil dan bergegas keluar untuk menghampirinya.
"Aku antar pulang ya!" kataku sembari menjejeri langkahnya.
"Maaf Pak, Terimakasih!" sahutnya.
"Pak?"
Aku tersenyum geli.
"Mmmmm.... Baru kemarin malam kamu memanggil aku mas, sekarang memanggilku, pak?" tanyaku dengan senyum nakal.
"Maaf Pak, saya tidak faham maksud bapak?" jawab Kina dengan terus melangkah seolah menghindariku.
"Kina, sudahlah! Tidak usah berpura-pura lagi, aku sudah tau kalau kamu adalah kina," kataku.
"Maaf, saya Kirana, saya Kirana, Pak. Bukan Kina."
Gadis itu mencoba meyakinkanku kalau dia bukanlah Kina.
"Bapak atau Om mungkin salah orang, maaf!" katanya dengan tersenyum tipis sembari berlari meninggalkanku menyebrangi jalan.
Jujur rasa penasaranku semakin besar, semakin dia mengatakan kalau dia bukanlah Kina semakin aku ingin segera mengungkapkan kebenarannya kalau Kina dan Kirana adalah orang yang sama.
*****
Malam ini setelah pekerjaanku selesai, aku kembali ke rumah karaoke, aku tunggu Kina sang waiters yang terkadang merangkap sebagai pemandu lagu itu. Seperti biasa, aku temui manager cafe dan meminta agar Kina melayaniku.
Aku tunggu gadis itu di kursi yang pernah aku duduki beberapa malam yang lalu, malam disaat gadis itu menolakku.
Tidak lama kemudian gadis itu datang membawa secangkir kopi, kopi yang sudah aku pesan pada saat aku menemui managernya tadi.
"Malam, Mas!" sapanya ramah, sembari duduk di hadapanku.
Entah kenapa aku berpikir dia hanya pura-pura ramah padaku, karena terlihat jelas senyum yang dia tunjukkan adalah senyum yang terpaksa.
"Sudah siap menyanyi untukku?" tanyaku dengan senyum penuh hasrat padanya.
"Mmmm... Maaf! Sebenarnya saya bekerja di cafe ini sebagai pelayan, jika ada tamu yang ingin saya temani, tapi saya tidak bersedia untuk menemaninya, saya juga bisa menolak, dan manager saya juga memberikan kebebasan akan hal itu," jelas Kina padaku dengan ramah.
"Jadi saya minta maaf! Malam ini saya tidak ingin menemani siapapun," tegasnya.
"Saya permisi dulu, ya!" lanjutnya seraya beranjak meninggalkanku.
Segera aku beranjak dari kursi dan menarik pergelangan tangannya.
"Kenapa? Kenapa tidak mau menemaniku? Apa karena kamu takut aku mengetahui kalau sebenarnya kamu adalah Kirana?" tanyaku dengan menatap matanya.
"Mmm... Maksud, Bapak?" jawabnya dengan tenang.
Sungguh kalimat tanyanya membuat aku semakin geregetan.
"Hmmmm... Bapak?" tanyaku dengan tersenyum sinis dan semakin menatap tajam mata gadis yang biasa memanggilku 'Mas' di tempat ini.
"Mmmm... Maksud saya, Mas," jawabnya gelagapan dengan menghindari tatapanku.
"Sudah! Berhenti berpura-pura di depanku, sebenarnya kamu dan Kirana adalah orang yang sama, kan?" tanyaku sedikit kesal, berharap dia mengakui identitasnya.
"Maaf! Anda salah!" elaknya dengan masih mengukir senyum tenang, seolah ingin meyakinkanku kalau pemikiranmu adalah salah.
Gadis itu mencoba melepaskan genggaman tanganku yang begitu erat memegang pergelangan tangannya.
Dia masih saja tidak mau mengaku, aku rasa dia benar-benar takut kalau identitasnya diketahui olehku, mungkin dia mengira kalau aku akan menyebarkan pekerjaannya ini pada pihak sekolah dan guru-gurunya.
"Kamu tidak perlu takut! Sekalipun kamu mengatakan yang sebenarnya kalau kamu adalah Kirana, aku tidak akan pernah mengatakan hal ini pada gurumu atau pada temanmu, kalau ternyata siswi yang berprestasi di sekolah itu adalah seorang purel, atau pemandu lagu, atau pelayan cafe di klap malam," kataku dengan getir seraya melepaskan pergelangan tangannya.
Gadis itu tersenyum sinis sembari berbalik meninggalkanku tanpa sebuah jawaban.
Aku pandangi langkahnya, entah kenapa ada rasa bersalah di hatiku setelah mengatakan hal menyakitkan itu padanya, melihat dia pergi meninggalkanku tanpa sebuah kata, dan melihat binar matanya yang berkaca-kaca saat mendengar kalimat menohokku.
***
Aku menghela nafas panjang, segera aku tinggalkan tempat itu setelah Kina hilang dari pandanganku.
Tidak kusangka rasa bersalah kepada Kina terus mengikutiku, menggangguku, mengusik ketenanganku, hingga membuat aku berkeinginan untuk kembali menemui gadis itu, gadis belia sang pemandu lagu.
Keesokan harinya aku kembali meluangkan waktu untuk menemui Kina, aku kembali mendatangi sekolahnya, sebuah sekolah menengah atas yang terletak sekitar delapan kilo meter dari kantorku.
Seperti biasa, tepat jam dua siang aku sudah berada di depan gerbang sekolahnya.
Saat kulihat gadis itu keluar, segera aku menghampirinya.
"Kina!" seruku dengan menyentuh lembut lengannya.
Gadis itu menghempaskan tanganku, dan menoleh ke arahku tanpa sebuah kata.
"Maaf! Kirana," kataku kemudian sembari tersenyum dan melepaskan genggamanku.
Gadis itu masih saja diam, matanya seolah menyimpan kekesalan padaku, dia melangkah dengan acuh tanpa memperdulikanku.
"Kirana aku minta maaf, mungkin kata-kataku semalam sudah menyakiti hatimu!"
Aku meminta maaf padanya dengan terus mengikuti langkahnya.
"Kirana, ayolah! Kita berteman, ya!" pintaku dengan senyum merayu.
"Berteman?" tanyanya dengan menghentikan langkah.
"Maaf, aku ini anak SMA, jadi aku tidak mungkin berteman dengan bapak-bapak, atau om-om, seperti anda."
Gadis itu menoleh dengan menatapku angkuh.
Sungguh kalimat menohoknya sangat menyinggung perasaanku.
Aku bergegas menyusul langkahnya yang kembali meninggalkanku.
"Apa kamu bilang? Kamu tidak mau berteman dengan om-om?" tanyaku.
"Mmmm... Jadi kamu tidak mau berteman dengan om-om kalau lagi memakai seragam sekolah," ketusku dengan senyum mengejek.
"Dan kamu mau berteman dengan om-om, kalau sudah pakai baju pelayan cafe," tandasku kesal.
Seketika gadis itu menghentikan langkah, dan kembali menoleh ke arahku. Terlihat tangannya mengepal seolah menahan amarah yang membuncah.
Ya Tuhan, lagi-lagi kata-kataku telah menyinggung perasaannya.
"Maaf!" kataku kemudian.
Gadis itu membuang nafas keras, dan kembali melangkah tanpa menghiraukanku.
"Ayolah Kirana, aku minta maaf!"
Aku berusaha meminta maaf dengan terus mengekor di belakangnya, lalu dengan cepat aku menghadang langkahnya.
"Haaaaaaaaah!!!!"
Tiba-tiba gadis itu berteriak.
"Kenapa sih? Kenapa anda, Om, Bapak, Tuan, Mas, selalu menggangguku?" pekik gadis itu.
"Aku ini purel, pemandu lagu, pelayan cafe, bekerja di klap malam, jadi apa Saudara, Bapak, Tuan, masih ingin berteman denganku?" teriaknya lagi dengan mata tajam menatapku.
Aku tercengang, gadis itu tanpa sadar telah menunjukkan identitas aslinya padaku, ternyata benar dugaanku selama ini, kalau Kina dan Kirana adalah orang yang sama.
"Jadi dugaanku benar, kamu adalah Kina, dan Kina adalah Kirana?" tanyaku dengan mengangkat kedua alis.
"Iya!" teriak gadis itu.
"Puas??" katanya sembari berjalan cepat meninggalkanku dan berlari menyebrangi jalan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Agastya Priyambada
dulu waktu smp aq pernah kenalan sama orang mengaku anak sma pake nama palsu, apesnya pas jaki pulang skul ketemu orang itu dan dia panggil aq dgn keheranan ha2. aq pura2 gak kenal ha2. abis itu dia penisirin ngikutin pulang hadeh mgkn itu hukuman krn bohongin orang lain
2021-02-15
0
Risma Rismaini
msh stay
2021-01-14
1