Putri Qabil Alghani POV
Gila nih ari-ari! kok bisa masuk kamar sih? tadi kan kuncinya udah aku lelepin. Oh lupa, ini kan rumah dia. Merasa di tel*nj*ngi, pas dia narik selimut. Gila aura dia parah, ngalahin dark demon.
Bahkan aku berani bilang auranya lebih mencekam dari seorang pembunuh. Sebenarnya sih aku bisa bela diri. Tapi gimana aku mau membela diri kalau sudah jelas tersangkanya adalah aku sendiri.
Aku jadi keringat dingin mikirin kemungkinan terburuknya. Gak apa deh kalau dia ceraiin aku sekarang. Asal jangan di mutilasi di tempat.
Tuh kan dia jalannya aja kayak hantu. Mana pake duduk di sisi ranjang segala lagi. Emang sih aku gak bisa liat karena sekarang aku lagi munggungin dia. Tapi aku yakin banget dia lagi duduk. Menurut indra perasaan yang aku miliki.
"Hey maafin aku ya. Aku gak marah kok. Tadi cuman mau nanya kenapa ke kamar? apa kamu butuh sesuatu?" suara si ari-arimelunak. Lembut banget kek seorang kekasih idaman.
Aku hampir melompat dari tempat tidur saat dengar dia gak marah. Tapi "Hoek...." aku mau muntah dengar dia barusan. Perhatian sekali!
Aku masih gak merespon sampai dia pegang dahi aku dan bilang.
"Kamu gak apa kan? kamu gak lagi sakit kan? kita ke dokter ya!"
Huaa aku benar-benar mual mau muntah. Parah! Sumpah deh gak kebentok ni orang kok bisa berubah gini.
"Gak usah. Aku gak papa kok. Emm beneran kamu gak marah?" Tanyaku memastikan.
"Ya aku gak marah kok," jawabannya masih lembut.
Aku langsung melompat kegirangan. Jelas lah aku girang. Baru aja aku selamat dari maut.
"B*ngs*t! aku nyesel banget baik-baik sama curut kayak kamu!" umpatnya kesal.
Gila baru aja baik kayak malaikat. Sekarang udah mode iblis aja!
"Apa sih ari-ari. Ngapain lama-lama di kamarku? buat udara kamar ini tercemar aja." ketusku.
"Siapa juga yang mau lama-lama sama curut br*ngs*k kayak kamu!" sengitnya marah.
"Terus ngapain masih di sini?" nih orang mulutnya sadis amat.
Dengan langkah lebar Ares langsung keluar dari kamarku sambil membanting pintu. Tapi gak papa lah yang penting hari ini aku masih hidup.
"Hahaha!" aku menghentikan tawa kemenanganku saat mengingat satu-satunya hal yang selalu bersamaku sedari SMA.
Smartphone aku, masih bisa di selametin gak? tadi aku dengar bunyi "krek" waktu si ari-ari pegang jidat aku. Moga-moga aja masih utuh.
Huaaa layarnya retak eh bukan retak lagi tapi ancur berantakan. Mana gak bisa di idupin lagi. Awas aja tuh si ari-ari, aku bakal balas dia. Kalau perlu dia yang bakal aku retakin!
***
Author POV
Sebelum makan malam. Ares melemparkan sebuah gaun pesta lengkap dengan high heels di hadapan Putri.
"Pakai itu. Jam 8 kita berangkat!" ujar Ares kemudian melangkah pergi.
Putri cukup peka untuk tahu bahwa Ares menginginkan dirinya untuk menemani ke sebuah pesta. Namun dia tidak tahu pesta jenis apa yang akan mereka hadiri.
Tanpa membuang waktu, Putri segera bersiap. Dia tidak akan mengingkari kontrak dengan Ares. Meskipun kontrak itu lelucon baginya, tapi tetap saja mengingkari perjanjian adalah sebuah penghianatan. Setidaknya itu yang ia pegang teguh.
Hampir satu jam Putri habiskan untuk berdandan dan lagi ia harus mengenakan sepatu hak tinggi. Dia sudah terbiasa memakai sepatu, tapi sepatu sneaker bukan sepatu hak tinggi. Mendingan dia pakai sepatu laras dari pada sepatu hak tinggi seperti saat ini.
Dengan langkah perlahan Putri keluar dari kamarnya. Sementara di lantai dasar terlihat Ares sedang menunggunya di depan tangga. Putri tidak bisa berbuat macam-macam dengan tangga sekarang ini. Ia hanya mampu melangkah perlahan menuruni tangga.
Ares tampak menganga dan terpesona memandangi Putri dari atas sampai bawah. Namun untung hal ini tidak di sadari oleh orang yang bersangkutan. Jika iya, maka ego Ares akan tercoreng saat ini juga.
"Aku harap kamu tidak mempermalukanku!" bisik Ares tepat di telinga Putri.
"Kalau gak mau malu, pegangin tangan aku. Kamu pikir jalan pakai hak tinggi kayak gini gampang apa?!" ketus Putri sambil menjulurkan tangannya pada Ares.
Dengan sedikit keraguan, Ares membiarkan Putri menggandeng tangannya. Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju mobil yang akan mereka gunakan.
Jika orang lain yang melihat, maka mereka akan berpendapat bahwa dua muda mudi ini adalah pasangan romantis yang penuh kasih.
Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk tiba di hotel tempat di adakannya pesta ulang tahun putri salah satu kolega perusahaan Ares.
"Woi curut buruan, lelet amat!"
"Dasar pe'a gimana aku mau turun! Sepatu bodoh ini nyang...kut!" timpal Putri sambil bersusah payah melepaskan sepatunya yang tersangkut di antara engsel pintu mobil.
Tanpa aba-aba Ares langsung menggendong Putri dengan kedua tangannya kemudian menutup pintu mobil menggunakan salah satu kakinya. Dengan perlahan Ares menurunkan Putri dari gendongannya. Entah kenapa Putri jadi gugup dengan jantung yang lagi maratonan saat ini!
"Buruan!" pinta Ares sambil memberi celah untuk Putri menggandeng tangannya.
Putri jadi kikuk sendiri kemudian menyisipkan tangannya pada lengan Ares sambil menunduk. Mereka pun berjalan mesra menuju ke dalam gedung hotel. Saat memasuki gedung, semua mata tertuju pada mereka. Seolah ini acara mereka, bahkan yang berulang tahun pun jadi terabaikan akibat kehadiran Ares dan istrinya.
"Selamat datang bapak dan nyonya Mahendra." Sambut salah seorang yang berada di pesta tersebut.
"Terima kasih," jawab Ares berwibawa.
"Widih baru datang bro?" tanya salah seorang yang terlihat seumuran dengan Ares.
"Barusan, kamu udah lama?"
"Lumayan lah, sampai lumutan sih!"
"Songong lu, padahal betah!" cibir Ares.
"Ngomong-ngomong istri kamu cantik sayang tertutup." Bisik teman Ares.
"Ya kali bini aku mau telanjang di sini!" balas Ares sewot.
"Ya elah sensi amat bos!"
Kali ini teman Ares terfokus pada Putri yang sedari tadi diam membisu.
"Kenalin saya Jayandra sahabat Ares. Cukup panggil Jay aja!" ujar Jay memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan pada Putri.
"Panggil aja Putri!" balas Putri sambil menyatukan kedua tangannya di depan dada.
Putri tidak membalas uluran tangan Jay. Tapi Jay gak ambil pusing. Dia malah melenggang pergi dan berteriak.
"Res kamu orang yang sangat beruntung bisa memiliki istri sepertinya!"
"Sirik aja!" timpal Ares, dalam hati ia bergumam.
"Entah kenapa omongan kamu benar Jay. Aku merasa beruntung mengenalnya. Hatiku sedikit melunak setelah bersamanya, tapi emosiku semakin tinggi dibuatnya!"
"Oii... laper tahu. Emang kita mau berdiri aja di sini?"
Pertanyaan Putri membuyarkan lamunan Ares.
"Susah amat pergi aja kali ambil makan. No tuh di meja banyak. Gak usar bayar! Gratis kok!" timpal Ares setelah menata kembali pikirannya.
"Wee congek aku tau kalau itu gratis. Emangnya kalau aku terjungkal terus cium tanah air, kemudian salah satu sepatu yang aku pake nimpuk kepala orang. Emang kamu gak bakal malu?"
"Dasar curut kalau halu jangan ketinggin, kalau jatuh pasti sakit!" timpal Ares sengit.
Putri memandangi Ares kemudian mencibir.
"Ya udah ayo! Atau kamu mau di gendong sampai sana?" ujar Ares kemudian.
"Gak perlu!" tukas Putri kesal kemudian mengambil ancang-ancang untuk meninggalkan Ares.
Belum dua langkah Putri sudah hampir terjungkal jika saja Ares tidak segera memegangi pinggangnya.
"Makanya gak usah belagu kalau jalan yang benar aja gak bisa!" bisik Ares sepelan mungkin.
"B*doh!" timpal Putri dongkol.
"Katanya lapar?" goda Ares.
"Udah kenyang makan angin!" meski dongkol, Putri masih saja meladeni setiap kata yang Ares ucapkan.
"Hahaha jangan cemberut gitu, nanti cantiknya bisa ilang loh." Ujar Ares sambil menarik tangan Putri menuju meja makan yang telah di sediakan.
*********
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
👍👍👍👍
2021-01-09
0
Yuliasmi
halu jangan ketinggian karena kalau jatuh pasti sakit
@Ares2020
2020-12-04
1