Bangun subuh bukan kebiasaan Putri namun alarm yang memekik nyaring sedari tadi membuatnya harus bangkit dari tempat tidur.
Ia berjalan malas menuju lemari pakaian. Dengan sedikit berjinjit Putri meraih smartphone miliknya dan mematikan alarm yang memekakkan telinga itu.
Semalam Putri sengaja meletakkan smartphone miliknya di atas lemari. Sudah kebiasaan buruk baginya untuk mematikan alarm dengan setengah sadar kemudian tidur kembali jika smartphone itu ia letakkan tak jauh dari jangkauannya.
Taktik jitu ini ia lakukan agar terhindar dari kesiagaan dan melalaikan kewajiban sakralnya, kepada sang Pencipta.
Setelah mematikan alarm. Putri bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Sebelum jin qorin membisikkan buaian manis, ia harus segera menyegarkan diri guna untuk melaksanakan kewajibannya pada sang pencipta.
Di kamar sebelah, Ares tak henti-hentinya mengumpat. Bagaimana tidak, pagi yang biasanya tenang dan damai harus ternodai dengan bunyi alarm yang mampu memecahkan gendang telinga itu.
Ia yang tengah membaca kitab suci Al-Quran hampir kehilangan detak jantungnya mendengar alarm dari kamar sebelah.
***
Setelah menyambut terbitnya sang surya dengan kegaduhan yang di timbulkan oleh alarm Putri. Ares menggedor pintu kamar sebelah bak orang kesetanan.
Tidak lama kemudian Putri keluar dengan pakaian yang semalam ia pakai dengan rambut kusut berantakan.
Tidak perlu di jelaskan, siapapun yang melihat kondisi Putri saat ini. Sudah pasti tahu bahwa dia belum mandi.
Ares bergidik ngeri. Sudah pasti dia ilfil dengan gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu.
Yang benar saja? bagaimana bisa seseorang menyukai gadis jorok sepertinya. Orang setengah waras pun enggan.
"Kenapa? " tanya Putri malas.
"Kita sarapan setelah itu ada hal penting yang harus aku bicarakan! "
Tanpa menunggu jawaban Putri. Ares berlalu pergi entah kemana.
***
Putri Qabil Alghani POV
Apaan sih pagi-pagi uda kayak maling aja gedor-gedor pintu, mana make perintah-perintah segala. Pagi-pagi udah ngerusak mood orang aja. Males banget. Pengen aku tonjok tuh orang, terus aku banting ke lantai! Biar tau rasa. Rese'nya kebangetan.
Ganteng sih ganteng tapi kalo rese gitu mending cari suami baru dah. Mana aku paling malas mandi pagi. Gak papa lah dari pada kualat. Udah dosa masuk neraka lagi. Negri amat hidup!
Setelah selesai dengan kekesalanku. Aku berjalan malas menuju kamar mandi. 30 kemudian aku baru keluar. Walau aku malas mandi. Setelah masuk kamar mandi dan ketemu air. Entah kenapa ritual mandi yang aku lakukan banyak banget. Bertahap gitu. Gak usah di ceritain entar lama.
***
Setelah berpakaian dengan setelan rumahan yaitu baju kaos oblong serta celana selutut. Aku segera turun sebelum monster berdarah dingin itu mengamuk.
Terlebih tadi malam aku shock banget, mana pakaianku cetek gitu. Meskipun dia udah jadi suami aku. Aku masih agak risih tampil terbuka seperti semalam. Gak rela aku dia liat uratku eh maksudnya aurat!
Entah kenapa tangga ini sangat menggoda di mataku. So bod*h amat kalau monster itu marah. Tanpa pikir panjang aku langsung merosot ke bawah dan mendarat dengan sempurna. Setelah itu aku melenggang ria ke meja makan.
"Lama banget, " celetuk suamiku ini saat aku baru duduk di hadapannya.
Aku hanya pura-pura tuli dan bertanya ke bi Lia, asisten rumah tangga kami.
"Masak apa bi? "
"Nasi goreng bu. "
"Panggil Putri aja bi, ketuaan saya di panggil ibu! "
"Tapi bu...."
"Gak papa bi! "
"Yau udah panggil non Putri saja ya? " usul bibi pasrah.
"Ya udah deh bi' itu aja. " Jawabku pasrah.
Ya kali aku mau di panggi ibu. Di pikirnya aku emak-emak yang udah punya anak gitu?
Setelah berdebat dengan bibi masalah panggilan. Aku segera meminta bibi memanggil pak Agus. Dia tukang kebun rumah ini. Umurnya udah tua banget. Tidak lama kemudian bibi beserta pak Agus tiba.
"Ayo duduk bi' pak," kataku yang di sambut gelengan oleh mereka.
"Gak papa bi' kita sarapan bareng biar rame! "
Aku segera bangkit dan mendudukkan pak Agus dan bibi di samping kiri kananku. Setelah itu aku mengambil nasi goreng untuk pak Agus dan bi Lia.
"Pak mau ayam apa telur dadar? "
"Gak usah Non. " Tolak pak Agus halus.
Rasanya aku pengen nangis ingat sama kakek aku yang udah lama mangkat.
"Gak papa kok pak, " jawabku sembari mengambil paha ayam untuk pak Agus.
"Kalau bibi mau apa? "
"Gak usah Non, nanti bibi ambil sendiri! "
"Ya udah. Kalau kamu mau apa? " aku bertanya pada Ares.
Aku gak tau mau panggil dia apa. Lagian baru tadi pagi dia bicara sama aku mana make gedor-gedor pintu segala kek orang mau ngegusur rumah.
"Terserah! " jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari handphone dalam genggamnya.
Dengan malas aku mengambil nasi goreng serta paha ayam untuknya. G*la ni orang! Apa jangan-jangan dia gak sadar bi Lia sama pak Agus lagi duduk di hadapannya. Aku benar-benar kesal dengannya.
Setelah acara pembagian nasi goreng buat mereka usai. Kami pun sarapan dengan nikmat. Hanya ada suara gemencing sendok dan piring yang terdengar, selain itu semua bisu.
***
Achmad Ares Mahendra POV
Baru kali ini aku bertemu seorang majikan yang mengajak asisten rumah tangganya sarapan bersama, satu meja pula. Aku sih diam saja melihat tingkah Putri ini. Males buat ikut campur urusan dia yang tukang rusuh.
Saat dia nanya. "Kamu mau apa? "
Rasanya tuh aku kayak orang asing padahal ini kan rumahku. Rumah yang aku beli pakai uang dari hasil memeras keringat para karyawanku.
Tanpa memandangnya aku langsung bilang terserah. Mana ada tuan rumah di perlakukan bak tamu asing. Sifatnya itu keterlaluan sekali!
Setelah sarapan aku langsung meninggalkan meja menuju ruang keluarga. Kulihat Bi Lia tengah membereskan meja makan, sementara pak Agus rebutan cuci piring dengan Putri.
Aku gak habis pikir sama tuh anak. Buat apa coba punya pembantu kalau dia masih kerja. Meskipun cuma cuci piring. Aku benar-benar gak ngerti gimana pola pikirnya.
Setelah berapa lama, Putri menghampiriku dan bertanya.
"Tadi mau ngomong apa? "
"Ikut aku, " jawabku sambil berlalu menuju ruang kerja.
"Duduk! " aku memintanya duduk di hadapanku.
Kemudian menyerahkan selembar surat perjanjian padanya. Di sana telah aku bubuhi tanda tangan di atas materai 6.000. Tinggal tunggu dia tanda tangan maka perjanjian sempurna!
"Apa ini? " tanyanya.
"Baca saja. Bisa baca kan? " jawabku ketus.
Setelah beberapa saat membaca, dia tertawa terbahak-bahak. Ngeselin kan dia. Nyesel deh aku mau di jodohin sama dia.
"Wah tampang aja yang cakep tapi otak kamu kolot juga ya? kita gak lagi main sinetron dan juga gak lagi dalam drama kolosal. Atau jangan kamu lagi mainin peran salah satu novel romantis masa kini, yang temanya nikah kontrak?
Ngapain sih buat perjanjian konyol kayak gini.
Kalau gak suka sama aku tinggal bilang aja! Gampang kok. Aku gak masalah, lagi pula dari awal aku sudah tahu kalau kamu terpaksa menikah dengan aku, dan aku mengerti akan hal itu. Karena aku juga dipaksa waktu itu, sampai harus dibius segala!
Kamu pasti berfikir aku suka sama kamu, sehingga dengan sukarela menikah denganmu. Maaf saja, aku menerima hal ini karena memanfaatkan kesempatan.
Jika menikah dengan orang yang memiliki kemungkinan 0,0001 persen menyukaiku maka aku tidak akan menerima perjodohan ini. Karena bisa repot nantinya.
Aku ingin bebas dan tidak di recoki soal pernikahan di usia ini tahu. Dengan kata lain aku memanfaatkanmu! Cerdas kan aku? " tuturnya panjang lebar dan entah kenapa aku merasa menjadi orang tol*l di hadapnnya!
Tanggapannya membuatku shock sekaligus heran nih cewek manusia apa bukan sih. Gak sakit hati! apa jangan-jangan gak punya hati. Aku pikir tadi dia bakalan nangis sesenggukan. Taunya malah ketawa. Dia kira aku lagi bercanda apa?
"Tapi gak papa deh toh tawarannya lumayan. Mana sini pulpen! "
Mendengar jawaban berikutnya membuatku berfikir dia gadis yang matre. Aku rasa dia mau menerima perjodohan ini karena tau aku kaya raya. Bod*h amatlah yang jelas dia sudah tanda tangan.
Sekarang aku sudah lega setidaknya masalah aku dengannya sudah rampung dan gak akan ada masalah di kemudian hari. Jika dia macam-macam. Aku akan memenjarakan dia dengan adanya surat perjanjian ini.
"Terima kasih dan senang bekerja sama dengan anda! " ujarnya sambil mengulurkan tangan.
Aku dengan malas membalasnya.
"Permisi! " katanya lagi sambil meninggalkan ruanganku.
Gila! aku gak habis pikir dengan dia kok santai amat. Mana make bilang senang berkerjasama. Apa aku yang terlalu drama. Aku merasa sangat bod*h berhadapan dengan tukang rusuh sepertinya.
************
TBC
Giman-gimana?
Suka gak dengan ceritanya?
Mohon dukungannya ya ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
asisten dadakan berkunjung lagi..😘
mampir juga yuk
semangat kak💪
2021-01-18
0
pinnacullata pinna
aku mampir lagi, ceritanya seru kok, banyak promo aja thor dan iklan iklan dimana2 hehehe
semoga viewer nambaj ya thor,.aku juga fakir viewer niy 😂
btw mampiir ya thor ke novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏☺️☺️
2021-01-12
0
A4
👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏
2021-01-09
0