Rahasia Hati

๐“˜๐“ท๐“ฐ๐“ฒ๐“ท ๐“ด๐“พ ๐“ถ๐“ฎ๐“ท๐“ช๐“ท๐“ฐ๐“ฒ๐“ผ ๐“ญ๐“ช๐“ต๐“ช๐“ถ ๐“ผ๐“ช๐“ญ๐“ช๐“ป ๐“ถ๐“ช๐“พ๐“น๐“พ๐“ท ๐“ญ๐“ช๐“ต๐“ช๐“ถ ๐“ถ๐“ช๐“ซ๐“พ๐“ด๐“ด๐“พ, ๐“ญ๐“ฒ๐“ผ๐“ฎ๐“ฝ๐“ฒ๐“ช๐“น ๐“ด๐“พ ๐“ต๐“ฒ๐“ฑ๐“ช๐“ฝ ๐“ญ๐“พ๐“ท๐“ฒ๐“ช ๐“ฑ๐“ช๐“ท๐”‚๐“ช

๐“ถ๐“ฎ๐“ท๐“ช๐“ถ๐“น๐“ช๐“ด๐“ด๐“ช๐“ท ๐“ซ๐“ช๐“ฑ๐”€๐“ช ๐“ญ๐“ฒ๐“ป๐“ฒ๐“ด๐“พ ๐“ฝ๐“ช๐“ด ๐“น๐“ช๐“ท๐“ฝ๐“ช๐“ผ ๐“ช๐“ญ๐“ช!

๐“‘๐“ฎ๐“ท๐“ช๐“ป๐“ด๐“ช๐“ฑ ๐“ฒ๐“ฝ๐“พ? ๐“๐“ด๐“พ ๐“ซ๐“ฎ๐“ป๐“ฝ๐“ช๐“ท๐”‚๐“ช ๐“ญ๐“ช๐“ต๐“ช๐“ถ ๐“ฑ๐“ช๐“ฝ๐“ฒ, ๐“ฑ๐“ช๐“ท๐”‚๐“ช ๐“น๐“ช๐“ญ๐“ช ๐“ฑ๐“ช๐“ฝ๐“ฒ. ๐“ฃ๐“ช๐“ด ๐“ซ๐“ฎ๐“ป๐“ช๐“ท๐“ฒ ๐“ด๐“พ ๐“พ๐“ท๐“ฐ๐“ด๐“ช๐“น ๐“ญ๐“ฎ๐“ท๐“ฐ๐“ช๐“ท ๐“ด๐“ช๐“ฝ๐“ช, ๐“ฝ๐“ช๐“ท๐“ฐ๐“ฒ๐“ผ๐“น๐“พ๐“ท ๐“ฝ๐“ช๐“ด ๐“ผ๐“ช๐“ถ๐“น๐“ช๐“ฒ ๐“ด๐“ฎ ๐“ซ๐“พ๐“ถ๐“ฒ. ๐“š๐“ช๐“ป๐“ฎ๐“ท๐“ช ๐“ช๐“ด๐“พ ๐“ถ๐“ช๐“ต๐“พ ๐“ซ๐“ฒ๐“ต๐“ช ๐“ซ๐“ฎ๐“ป๐“ฝ๐“ช๐“ท๐”‚๐“ช ๐“น๐“ช๐“ญ๐“ช ๐“ฝ๐“ช๐“ท๐“ช๐“ฑ, ๐“ญ๐“ฒ๐“ช ๐“ผ๐“ฎ๐“ต๐“ช๐“ต๐“พ ๐“ฝ๐“ช๐“ท๐“ฐ๐“ฐ๐“พ๐“ท๐“ฐ ๐“ญ๐“ฎ๐“ท๐“ฐ๐“ช๐“ท ๐“ผ๐“ฎ๐“ฐ๐“ช๐“ต๐“ช ๐“ช๐“น๐“ช ๐”‚๐“ช๐“ท๐“ฐ ๐“ด๐“พ๐“ต๐“ช๐“ด๐“พ๐“ด๐“ช๐“ท, ๐“ถ๐“ฎ๐“ท๐“ช๐“ฑ๐“ช๐“ท ๐“ผ๐“ช๐“ด๐“ฒ๐“ฝ ๐“ซ๐“ฒ๐“ต๐“ช ๐“ฑ๐“ช๐“ฝ๐“ฒ ๐“ช๐“ด๐“พ ๐“ซ๐“ฎ๐“ป๐“ญ๐“ธ๐“ผ๐“ช ๐“ญ๐“ฒ ๐“ช๐“ฝ๐“ช๐“ผ๐“ท๐”‚๐“ช.

๐“๐“ด๐“พ ๐“น๐“พ๐“ท ๐“ถ๐“ช๐“ต๐“พ ๐“ซ๐“ฒ๐“ต๐“ช ๐“ซ๐“ฎ๐“ป๐“ฝ๐“ช๐“ท๐”‚๐“ช ๐“น๐“ช๐“ญ๐“ช ๐“ฑ๐“พ๐“ณ๐“ช๐“ท, ๐“ฝ๐“ฎ๐“ป๐“ต๐“ฎ๐“ซ๐“ฒ๐“ฑ ๐“ซ๐“ฒ๐“ต๐“ช ๐“ถ๐“ฎ๐“ท๐“ช๐“ท๐“ฐ๐“ฒ๐“ผ ๐“ซ๐“ฎ๐“ป๐“ผ๐“ช๐“ถ๐“ช ๐“ญ๐“ฎ๐“ท๐“ฐ๐“ช๐“ท ๐“ป๐“ฒ๐“ท๐“ฝ๐“ฒ๐“ฑ๐“ช๐“ท๐“ท๐”‚๐“ช, ๐“ญ๐“ฒ๐“ช ๐“ผ๐“ฎ๐“ต๐“ช๐“ต๐“พ ๐“ซ๐“ช๐“ท๐“ฝ๐“พ ๐“ช๐“ด๐“พ ๐“ฝ๐“ฎ๐“ฝ๐“ช๐“น ๐“ซ๐“ฒ๐“ผ๐“ช ๐“ถ๐“ฎ๐“ต๐“ฒ๐“ฑ๐“ช๐“ฝ ๐“ด๐“ฎ๐“ฒ๐“ท๐“ญ๐“ช๐“ฑ๐“ช๐“ท, ๐“ฝ๐“ฎ๐“ฝ๐“ช๐“น ๐“ซ๐“ฒ๐“ผ๐“ช ๐“ถ๐“ฎ๐“ท๐“ฐ๐“ฑ๐“ฒ๐“ป๐“พ๐“น ๐“พ๐“ญ๐“ช๐“ป๐“ช ๐“ผ๐“ฎ๐“ฐ๐“ช๐“ป, ๐“ญ๐“ฒ๐“ช ๐“ผ๐“ฎ๐“ต๐“ช๐“ต๐“พ ๐“ฝ๐“ช๐“ท๐“ฐ๐“ฐ๐“พ๐“ท๐“ฐ ๐“ด๐“ฎ๐“ซ๐“ฎ๐“ป๐“ช๐“ฝ๐“ช๐“ท ๐“ซ๐“ฎ๐“ซ๐“ช๐“ท ๐“ญ๐“ช๐“ป๐“ฒ ๐“ท๐“ช๐“ฏ๐“ช๐“ผ๐“ด๐“พ ๐“ฝ๐“พ๐“ด ๐“ญ๐“ฒ๐“ช ๐“ผ๐“ฒ๐“ถ๐“น๐“ช๐“ทโ€ฆ

๐“๐“ด๐“พ ๐“ผ๐“ช๐“ท๐“ฐ๐“ช๐“ฝ ๐“ถ๐“ช๐“ต๐“พ ๐“น๐“ช๐“ญ๐“ช ๐“ช๐“ท๐“ฐ๐“ฒ๐“ท, ๐“ญ๐“ฒ๐“ช ๐“ผ๐“ฎ๐“ต๐“ช๐“ต๐“พ ๐“ถ๐“ช๐“ถ๐“น๐“พ ๐“ด๐“ฎ๐“ป๐“ฒ๐“ท๐“ฐ๐“ด๐“ช๐“ท ๐“ช๐“ฒ๐“ซ๐“ด๐“พ ๐“ฑ๐“ฒ๐“ท๐“ฐ๐“ฐ๐“ช ๐“ฝ๐“ช๐“ด ๐“ต๐“ช๐“ฐ๐“ฒ ๐“ช๐“ญ๐“ช, ๐“ญ๐“ฒ๐“ช ๐“ผ๐“ฎ๐“ต๐“ช๐“ต๐“พ ๐“ผ๐“ฎ๐“ณ๐“พ๐“ด๐“ด๐“ช๐“ท ๐“ฑ๐“ช๐“ฝ๐“ฒ ๐“ญ๐“ช๐“ท ๐“น๐“ฒ๐“ด๐“ฒ๐“ป๐“ช๐“ท ๐“ญ๐“ฒ ๐“ผ๐“ฎ๐“ฝ๐“ฒ๐“ช๐“น ๐“ซ๐“ฎ๐“ซ๐“ช๐“ท ๐“ช๐“ญ๐“ชโ€ฆ

๐“ฃ๐“ช๐“ด ๐“ถ๐“พ๐“ท๐“ฐ๐“ด๐“ฒ๐“ท ๐“ต๐“ช๐“ฐ๐“ฒ ๐“ช๐“ด๐“พ ๐“ซ๐“ฎ๐“ป๐“ฝ๐“ช๐“ท๐”‚๐“ช ๐“น๐“ช๐“ญ๐“ช ๐“ถ๐“ฎ๐“ป๐“ฎ๐“ด๐“ช, ๐“ช๐“ด๐“พ ๐“ฑ๐“ช๐“ท๐”‚๐“ช ๐“ถ๐“ช๐“ถ๐“น๐“พ ๐“ซ๐“ฎ๐“ป๐“ฝ๐“ช๐“ท๐”‚๐“ช ๐“น๐“ช๐“ญ๐“ช ๐“ฑ๐“ช๐“ฝ๐“ฒโ€ฆ

๐“‘๐“ฒ๐“ช๐“ป๐“ต๐“ช๐“ฑ ๐“ฑ๐“ช๐“ท๐”‚๐“ช ๐“ฑ๐“ช๐“ฝ๐“ฒ ๐”‚๐“ช๐“ท๐“ฐ ๐“ซ๐“ฎ๐“ป๐“น๐“ฒ๐“ด๐“ฒ๐“ป ๐“ฝ๐“ฎ๐“ท๐“ฝ๐“ช๐“ท๐“ฐ ๐“ช๐“น๐“ช ๐“ญ๐“ช๐“ท ๐“ซ๐“ช๐“ฐ๐“ช๐“ฒ๐“ถ๐“ช๐“ท๐“ชโ€ฆ

๐“‘๐“ฒ๐“ช๐“ป๐“ต๐“ช๐“ฑ ๐“ฑ๐“ช๐“ท๐”‚๐“ช ๐“ฑ๐“ช๐“ฝ๐“ฒ ๐”‚๐“ช๐“ท๐“ฐ ๐“ถ๐“ฎ๐“ป๐“ช๐“ผ๐“ช๐“ด๐“ช๐“ท๐“ท๐”‚๐“ชโ€ฆ

๐“‘๐“ฒ๐“ช๐“ป๐“ต๐“ช๐“ฑ ๐“ฑ๐“ช๐“ท๐”‚๐“ช ๐“ฑ๐“ช๐“ฝ๐“ฒ๐“ด๐“พ ๐“ผ๐“ช๐“ณ๐“ช ๐”‚๐“ช๐“ท๐“ฐ ๐“ถ๐“ฎ๐“ท๐“ช๐“ท๐“ฐ๐“ฒ๐“ผ ๐“ซ๐“ฒ๐“ต๐“ช ๐“ผ๐“ช๐“ด๐“ฒ๐“ฝ ๐“ถ๐“ฎ๐“ต๐“ช๐“ท๐“ญ๐“ชโ€ฆ

๐“๐“ด๐“พ ๐“ฝ๐“ช๐“ด ๐“ฒ๐“ท๐“ฐ๐“ฒ๐“ท ๐“ถ๐“ฎ๐“ท๐”‚๐“ช๐“ด๐“ฒ๐“ฝ๐“ฒ ๐”‚๐“ช๐“ท๐“ฐ ๐“ต๐“ช๐“ฒ๐“ท. ๐“’๐“พ๐“ด๐“พ๐“น ๐“ผ๐“พ๐“ญ๐“ช๐“ฑ ๐“ด๐“ฎ๐“ผ๐“ช๐“ต๐“ช๐“ฑ๐“ช๐“ท๐“ด๐“พ. ๐“’๐“พ๐“ด๐“พ๐“น ๐“น๐“พ๐“ต๐“ช ๐“ช๐“ด๐“พ ๐“ณ๐“ช๐“ญ๐“ฒ ๐“ซ๐“พ๐“ป๐“ธ๐“ท๐“ช๐“ท ๐”‚๐“ช๐“ท๐“ฐ ๐“ผ๐“ฒ๐“ช๐“น ๐“ถ๐“ช๐“ผ๐“พ๐“ด ๐“ญ๐“ช๐“ต๐“ช๐“ถ ๐“๐“น๐“ฒ ๐“๐”‚๐“ชโ€ฆ

๐“‘๐“ฒ๐“ช๐“ป๐“ต๐“ช๐“ฑ ๐“ด๐“ฎ๐“ญ๐“พ๐“ช ๐“ฝ๐“ช๐“ท๐“ฐ๐“ช๐“ท ๐“ฒ๐“ท๐“ฒ ๐“ถ๐“ฎ๐“ป๐“ฎ๐“ท๐“ฝ๐“ช๐“ท๐“ฐ ๐“ต๐“ฎ๐“ถ๐“ช๐“ฑโ€ฆ

๐“—๐“ฒ๐“ท๐“ฐ๐“ฐ๐“ช ๐“ฑ๐“ช๐“ท๐”‚๐“ช ๐“๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ ๐”‚๐“ช๐“ท๐“ฐ ๐“ถ๐“ฎ๐“ป๐“ฎ๐“ท๐“ฐ๐“ด๐“พ๐“ฑ๐“ท๐”‚๐“ช, ๐“ถ๐“ฎ๐“ป๐“ฎ๐“ท๐“ฐ๐“ด๐“พ๐“ฑ ๐“ญ๐“ฎ๐“ท๐“ฐ๐“ช๐“ท ๐“ก๐“ฒ๐“ญ๐“ต๐“ธ ๐“๐”‚๐“ชโ€ฆ ๐“ช๐“ถ๐“ฒ๐“ฒ๐“ทโ€ฆ

Kedua tangannya benar-benar merentang lemah di atas lantai kamarnya, pintu kamar sengaja di kuncinya, sehingga panggilan untuknya tak ada satupun yang bisa mengganggunya.

Dia tatap langit-langit kamarnya. Dan terus saja diam, melepaskan segala pikirannya. Tak satupun ingatan maupun yang akan terjadi diingat dan direncanakannya.

Dia hanya diam. Diam tak berbicara apa-apa. Tak keluarkan suara apa-apa. Diam memejamkan kedua matanya, bukan berarti dia tidur. Diam merentangkan kedua tangannya, tuk mendapat sebuah ketenangan.

Hingga habislah seluruh permasalahan yang mengerubungi kehidupannya. Hinggalah segalanya, dan hanya ada dia dan Allah di hatinya. Saat perlahan dia buka kedua pejaman matanya.

โ€œHabibah, ada di dalamkah kau, nak?โ€ satu panggilan untuknya, sedikit membuatnya

cukup terkejut. Habibah pun langsung beranjak dari atas lantai dan berjalan menuju pintu

kamar.

Habibah membukakan, saat itu pulalah terlihat olehnya Sang Ibu telah berdandan begitu rapi, dia pun langsung bertanya,

โ€œHendak kemanakah kau, Ibu?โ€

Sang Ibu tersenyum, โ€œKe rumah Bibimu,โ€

โ€œUntuk apa, Bu? Bukankah jauh? Lalu Ibu hendak kesana dengan siapa?โ€

โ€œAda keperluan saja, nakโ€ฆ jauh tak jadi masalah, Ibu sendiri juga tak apa, nakโ€ฆโ€

โ€œAh Ibu semakin membuatku khawatirโ€ฆโ€ ucap Habibah. Tersenyumlah Sang Ibu, dan perlahan dibelailah Habibah sembari berkata,

โ€œDengarlah, nakโ€ฆ InsyaAllah Ibu akan baik-baik saja, bila hal itulah yang engkau percayai tuk terjadiโ€ฆ Namun, bila memang kau percaya yang sebaliknya, InsyaAllah hal itu pulalah yang terjadiโ€ฆโ€

Terdiamlah Habibah mendengarnya. Dia membenarkan segala kata-kata Sang Ibu, dan

bukankah itu sering dia ucapkan dulu sewaktu masih di penjara suci? Mengapa kini dilupakannya begitu saja? Begitu banyakkah problem yang menyelimutinya, hingga seolah

tak ada yang mampu selesaikan? Hanya Habibah dan Allah yang tahu.

Sang Ibu pun pergi, sebelumnya dia ciumi tangan Sang Ibu. dan menjawab salamnya.

Dia tatap kekejauhan, dimana kini hanya menyisakan jejak kepergian Sang Ibu. lalu dia

kembali masuk ke dalam rumah, seketika itu teringatlah dia pada seseorang.

โ€œAstagfirullah!โ€ pekiknya.

Seketika gejolak di hatinya begitu membingungkannya. Antara ego dan hati. Namun langkah kakinya pun membiarkan egonya untuk mengalah akan segalanya. Baginya yang lalu biarlah berlalu. Meski terkadang, sebagai kodratnya, selalu membuatnya lupa akan prinsip hidupnya.

Tanpa harus mengetuk pintu, dia langsung buka engsel pintu hingga terbukalah pintu kamar itu. Sebelum benar-benar dia memasuki kamar, dia siapkan sudah sebuah senyuman yang telah lama di simpannya, yang lama seolah terkubur, yang telah lama hilang.

โ€œAssalamuโ€™alaikumโ€ฆโ€ ucapnya, setelah sempurna terbukanya pintu, tak lepas pula senyuman yang telah dipersiapkannya pun terlihat.

โ€œWaโ€™alaikumsalam.โ€ Hanya itulah yang di dengar Habibah. Dia tahu maksud dari jawaban salam sebeku itu. Baginya keterkejutan yang dia dapati. Kini dari seorang Aby Mahbub adalah suatu kewajaran. Dia merindukan Aby.

Langsung berlarilah dia ke pelukan Aby, setelah dia dengar jawaban salam dari Aby. Tanpa menunggu izin dari Aby bahwa dia ingin memeluk Aby. Dan seketika itu pulalah

semakin lengkap sudah keterkejutan yang mengerubung hati dan pikiran Aby.

Dan saat pelukan hangat dari seorang Habibah kembali dirasakannya, baru saat itulah dia kembali bisa mendengar suara, sebuah suara yang sangat lama tak pernah didengarnya.

โ€œAku rindu kakakโ€ฆ aku sayang kakakโ€ฆ maafkan aku, kakโ€ฆโ€ terasa tercekatlah Habibah mengucapkannya setelah ketiga kalimat itu mampu terungkap. Lengkap sudahlah tangisannya tuk bisa menahannya. Kini deraslah sudah tangisan Habibah seolah tak ada lagi penghalang baginya.

Sedangkan apa yang terjadi pada Aby, tak jauh berbeda dengan apa yang terjadi dengan Habibah. Air matanya mengalir secara tiba-tiba. Dia tak mampu menjawab apa pun. Meski ingin sekali dia berkata-kata, namun yang dialaminya lebih tak mampu melakukannya.

Sakitnya menahannya. Aby hanya bisa membalas pelukan hangat seorang Habibah. Aby memeluknya dengan sangat erat dan tersedu.

Begitu lama keduanya beradu tangis dalam pelukan hangatnya kerinduan. Seolah hal itu

menjadi alasan untuk keduanya tak ingin melepaskan pelukan itu. Namun banyaknya yang ingin Habibah sampaikan, dia pun akhirnya mau melepaskannya.

Namun yang terjadi setelah keduanya telah usai berpelukan, tanpa mengeluarkan kata๏ฟพkata, Habibah langsung membantu kakaknya untuk menaiki kursi roda. Dan dia pun mendorongnya.

โ€œAkankah kau membawaku ke suatu tempat?โ€ Tanya Aby, memecahkan kediaman antara keduanya.

Mendengarnya, langsung tersenyumlah Habibah, โ€œTak ada yang tahu, kakโ€ฆ aku pun tidak. Biarlah Allah yang biarkan langkah kaki ini membawa kita kemanaโ€ฆโ€ jawab Habibah.

โ€œKau yakin akan membuatku berubah?โ€ Tanya Aby lagi.

Sedikit bingung lah Habibah mendengar pertanyaan Aby yang dia sendiri kini sedang

dipertanyakan oleh hatinya, namun Habibah berusaha bisa menjawabnya.

โ€œInsyaAllah.โ€ Sembari berusaha untuk tersenyum.

Habibah menghentikan langkahnya, setelah berada tepat di dalam taman rumahnya.

Sedangkan Aby, mendapati Habibah membawanya ke taman. Langsung menahan tawa lah Aby. Memang benar kini Aby hampir lupa dengan adanya taman di belakang rumahnya, namun setidaknya dia juga pernah ketahui keberadaan taman itu.

Padahal dia telah berpikir Habibah akan membawanya ke suatu tempat, dimana tempat itu tak pernah diketahuinya.

Saat Habibah tahu bahwa Aby kini sedang menahan tawanya, langsung bertanyalah dia.

โ€œAda yang lucu, kak?โ€

Sedangkan Aby langsung menjawab, โ€œKurasa kau pun tahu di sisi mananya yang ingin

membuatku tertawa.โ€

Habibah menyungging senyum sinis. Dia pun berjalan sedikit menjauhi Aby dan dia pun

mulai menunjukan pada Aby apa yang sebenarnya ingin ditunjukannya. Dan saat itulah

Aby tercengang melihatnya. Baru pertama kali itu Aby melihat sebuah hal yang bukan hanya ada di dongeng, namun di kehidupannya.

Taman yang begitu tertata rapi, tatanan yang tak ada perubahan sedikitpun dari sejak

keduanya masih kecil. Dimana terdapat pohon-pohon yang berjajaran rapi itu tiba-tiba

bergerak. Pohon yang sejenis berkumpulan dengan sendirinya secara perlahan. Tanah di

sekelilingnya seolah berputar dengan sendirinya secara perlahan.

Ada dua pohon besar yang awalnya berhadapan dengan jarak lebih dari 100 meter, kini telah berdampingan hanya menyisakan jarak sejauh 2 meter. Kedua pohon besar itu membelah seolah hancur, namun perlahan kedua pohon itu tiba-tiba membentuk sebuah jembatan yang memisahkan antara taman dan ladang.

Dimana ada aliran air diantara taman dan ladang. Hingga dengan jembatan itulah kini dia lihat mampu untuk ke ladang yang berada di selatan aliran air itu.

โ€œSetiap hari aku kesana, kakโ€ฆ pergi ke ladang untuk membantu Ibu. Dulu sewaktu kita

masih kecil, kita tak pernah tahu bagaimana cara Ibu berladang? Kita juga tak pernah tahu

sejatinya apa yang tersembunyi? Dan ternyata inilah yang ada. Bila kita berdiri tepat di

tengah-tengah gundukan tanah di taman ini, akan terbentuklah jembatan pemisah antara

keduanya.โ€ Jelas Habibah pada Aby.

Lalu Habibah pun bertanya,โ€Terkejutkah kakak dengan semua ini?โ€

Dimana saat itu juga, tersadarlah Aby dari keterkejutannya yang panjang. Dia pun

menoleh pada Habibah, dia bertanya, โ€œApa?โ€

Tersenyumlah Habibah, jelas saja hal itu membuktikan baginya tanpa harus Aby jawab,

secara tidak langsung dia telah menjawab bahwa dia bukan hanya terkejut, namun seolah tak percaya.

โ€œAda apa kak? Kakak baik-baik saja, kan?โ€

Sambil tersenyum, โ€œIyaโ€ฆ baik-baik saja,,, dan beginilah!โ€ terdiam lah dia sejenak, lalu kembali berkata, โ€œTerimakasih.โ€ Ucapnya tiba-tiba.

Langsung digenggam lah tangan Aby oleh Habibah setelah mendengarnya. โ€œKakak

memang harus ketahui hal ini juga, bukan? Dan kenapa harus berterimakasih?โ€

โ€œTerimakasih karena kau telah mampu membuatku tersenyumโ€ฆโ€

Dan tersenyumlah Habibah. Begitu pula Aby, hingga menampakan lesung di pipinya.

Seketika itu, menyeruak lah kegembiraan yang Aby rasakan, hanya melihat senyum Habibah.

...****************...

Sepeda motor terus saja melaju lurus hingga sampailah tepat di tempat parkir kampus.

Setelah dia parkirkan dengan tepat, tatapannya pun menelisik ke sekitarnya. Yang dia lihat

begitu ramai namun sunyi.

Masing-masing sibuk dengan sendirinya. Meski jalanan terlihat begitu penuh. Perlahan dia menggeleng, lalu dia pun mulai beranjak menjauhi tempat parkir dan menuju ke kelasnya.

Di tengah perjalanan, kedua tatapannya seketika mengerut begitu merasa terheran. Dia

pun langsung berjalan mendekat. Dia mencoba menyapa dengan sebuah salam.

โ€œAssalamuโ€™alaikumโ€ฆโ€

Sedangkan langsung menjawab terkejut lah seseorang yang telah dia ucapkan salam

olehnya.

โ€œWaโ€™alaikumsalamโ€ฆโ€

Dia coba memberikan sebuah senyuman terbaiknya, dimana hingga tampaklah lesung di

pipinya, lalu dia pun berkata dengan cara se sopan mungkin.

โ€œIbu sepertinya sedang membutuhkan bantuan? Bisakah saya bantu?โ€

โ€œSubhanallah!...โ€ pekiknya, lalu berkata,โ€Iya, nakโ€ฆ aku ingin ke sini, tepatnya temui tempat yang bisa membantu pendaftaran anak saya dengan jalur beasiswa hafal Qurโ€™an 30 Juzโ€ฆ tapi aku gak tahu dimana tempatnya?โ€

โ€œSubhanallahโ€ฆโ€ pekiknya lirih, setelah mendengar niat mulya seorang Ibu di depannya.

Lalu dia pun berkata, โ€œIbu langsung ke ruang TUโ€ฆ bila Ibu tidak tahu tempatnya, bolehkah

saya bisa antar?โ€

โ€œAllahu akbar!โ€ pekik Ibu itu lagi, lalu kembali melanjutkan, โ€œKau selalu menawarkan

diri, nakโ€ฆ seharusnya aku yang membutuhkan bantuanmu, nakโ€ฆโ€

Tersenyumlah dia, sembari berkata, โ€œTak ada hal itu, Buโ€ฆ bila Allah memang telah menuliskan bahwa memulyakanNya salah satunya dengan cara memulyakan yang lebih tuaโ€ฆโ€

โ€œBarakallah!โ€ pekik Ibu itu lagi.

Kembali tersenyumlah dia, terlebih setelah mendengar pertanyaan Ibu itu, โ€œBolehkah aku

tahu siapa namamu, nak?โ€

โ€œAhmad Habibi, panggil saja Ahmadโ€ฆ, Ibu siapa?โ€™

โ€œAisyah Ahibbaโ€ฆ panggil saja aku layaknya Ibumu, nakโ€ฆ tanpa memanggil namaโ€ฆโ€

โ€œBaiklah Ibu, mari saya antarโ€ฆโ€ dia sembari tersenyum. Aisyah pun ikut tersenyum.

Seusai Aisyah diantarkan oleh Ahmad, Aisyah pun langsung berterimakasih padanya dan

mengatakan bahwa dia tak tahu harus membalasnya dengan bentuk apa.

โ€œAh, Ibu terlalu berlebihanโ€ฆ anggap saja semua yang telah terjadi sebagai bonus kelelahan dari yang Ibu rasakan,โ€ ucap Ahmad.

โ€œSungguh terpuji, nakโ€ฆ andai saja bila kau menjadi menantuku, nakโ€ฆโ€

Tersenyumlah Ahmad, โ€œAmiin, InsyaAllahโ€ฆโ€

Kembali tersenyumlah Ahmad, โ€œUcapan Ibu adalah doโ€™a, bila Allah menghendaki, aku pun tak bisa mengelaknyaโ€ฆโ€ ucap Ahmad, lalu dia melanjutkan,

โ€œKalau boleh saya tahu, Ibu memiliki berapa anak?โ€

โ€œAda dua, nakโ€ฆ putra dan putriโ€ฆ mereka kembar.โ€

โ€œSiapa nama putra Ibu?โ€

โ€œAby Mahbub.โ€

Terdiamlah Ahmad mendengar jawaban Aisyah. Dia pun membatin, โ€œBukankah dia yang waktu ituโ€ฆโ€ dan seketika itu pula pikirannya pun melayang tak berkedip.

Tin! Tin! Tin!

Tiiiiinnโ€ฆ

Brakh!

โ€œWoy! Hei kau!โ€

โ€œAyoโ€ฆ! Ayo! Tolong diaโ€ฆโ€

โ€œLaporkan polisi! Tangkap sopir pick up!โ€

โ€œTapi, tadi saya melihatnyaโ€ฆโ€

โ€œSudah biarlah Allah urusan motor yang telah menabrak dahulu itu! Yang penting sudah

jelas yang melindas langsung kaki korban, dari pick up itu! Dan serahkan pada polisiโ€ฆโ€

โ€œAh betapa bodohnya aku bisa menabrak seseorang hingga terjadi kecelakaan pick up?!

Allahโ€ฆ aku sangat berdosa, apa yang harus kulakukan?โ€

โ€œSiapa nama korban?โ€

โ€œAby Mahbub, Pak polisiโ€ฆโ€

โ€œAby Mahbub?!.. Oh tidak! Kenapa Aby?! Aku harus segera pergi. Semoga kelak aku

bisa membalas yang kulakukan tanpa sepengetahuanmu, Allahโ€ฆ ridloi hamba.โ€

โ€œNakโ€ฆโ€ Aisyah memanggil.

Seketika langsung tersadarlah Ahmad dari lamunannya, dan dia mencoba tersenyum.

Pikirannya bercampur aduk. Meski dia tahu nama Aby Mahbub bukan hanya putra dari Ibu Aisyah di depannya. Namun entah apa yang membuat hatinya meyakini Aby Mahbub putra Aisyah.

โ€œIya Ibuโ€ฆโ€ jawabnya kemudian.

โ€œMengapa kau tak bertanya juga nama putriku? Kenapa hanya nama putrakuโ€ฆ?โ€

Kini tertawalah Ahmad sembari menjawab,

โ€œKarena saya berpikir, tak mungkin aku

melamar putra Ibuโ€ฆ Bila aku bertanya tentang putri Ibu, begitu terkesan bahwa diriku ingin

melamar putri Ibuโ€ฆ heheheโ€ฆโ€

โ€œAh, nak Ahmad bisa sajaโ€ฆโ€

โ€œTapi, Buโ€ฆ aku ingin tahu juga siapa nama putri Ibu?โ€

โ€œNama putriku sederhana, nakโ€ฆ bahkan sering terdengarโ€ฆโ€

โ€œUmmu Habibah.โ€

Degh!

Seolah kedua nama yang telah disebutkan Aisyah tak ada lagi selain nama-nama yang untuk kedua kalinya membuat Ahmad terkejut. Namun kini benar-benar lemas lah sekujur tubuhnya, langsung menelan ludah lah dia. Dia tak mampu gambarkan kini suasana hatinya sendiri.

Sedangkan saat itu juga, Aisyah berpamitan sehingga semakin lengkaplah

kegalauannya.

Dia hanya mampu pandangi langkah menjauhnya Aisyah, seusai menjawab salam dari Aisyah. Terus saja dia pandangi hingga ke ujung mata memandang sampai tak lagi terlihat titik-titik jejaknya.

...****************...

Terpopuler

Comments

siska mentari

siska mentari

ku bava berulang2. sehingga paham sya . haduhhhh

2021-04-05

2

Hany ๐Ÿฉ

Hany ๐Ÿฉ

like

2021-02-12

2

lihat semua
Episodes
1 Gejolak Hati
2 Gejolak Hati 2
3 Sekuntum Harapan
4 Sekuntum Harapan 2
5 Rahasia Hati
6 Luluhnya Hati
7 Masih melekat
8 Penyamaran
9 Penyamaran 2
10 Rasa Ingin Tahu
11 Rasa Yang Telah Hilang
12 Hamba Allah
13 Persatuan Jiwa
14 Malik
15 Senyuman Terbaik
16 Kekhumulan Seseorang
17 Pesan Dari Syauqi
18 Sauqi
19 Ummu Habibah
20 Ali
21 Penyamaran
22 Teman Akrab
23 Kerinduan Hati
24 Kasih Sayang Habibah
25 Kata Hati Habibah
26 Tanpa Sadar
27 Pengakuan Cinta
28 Fii Lauhim Mahfudz
29 Rindu Habibah
30 Kasih Sayang Aby Mahbub
31 Siapakah Idris?
32 Dia Pacarku
33 Dia Tunanganku
34 Permainan Hati
35 Kejutan untuk Aisyah
36 Privat Number
37 Selalu Bersyukur
38 Kau Cantik
39 Bidadari Surga
40 Liburan Telah Usai
41 Bukanlah Pemalas
42 Syahdu dan Habibah
43 Habis Manis Sepah Di buang
44 Syakwasangka
45 Acuh Tak Acuh
46 Lupa Berkas
47 Di Bawah Rintik Hujan
48 Izin Ibu
49 Syifa
50 Janji Syauqi
51 Kerisauan
52 Agenda Habibah
53 Tatapan Ahmad
54 Hati Tentram
55 Sima' Hafalan
56 Agenda
57 Payung
58 Siapakah Polisi aneh itu?
59 Selang Infus
60 Kecelakaan
61 Ada Apa
62 Dialah Dalangnya
63 Masih Melekat
64 Di Bunuh 2 kali
65 Mencari Habibah
66 Ke Makam
67 Di Rumah Aziz
68 Sebuah Mahar
69 Istri Teladan
70 Tak Mau PHP
71 Kekhawatiran
72 Masa Lalu Kawan nya
73 Tidak Ada Yang Salah
74 Tak Usah Berterima Kasih
75 Ingin Menikah
76 Dimana Habibah
77 Lamaran Pertama
78 Mendekati
79 Kemarahan Habibah
80 Hanya Ingin Tahu
81 Karma
82 Epilog & Tentang Penulis
83 Siapa Yang Ingin?
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Gejolak Hati
2
Gejolak Hati 2
3
Sekuntum Harapan
4
Sekuntum Harapan 2
5
Rahasia Hati
6
Luluhnya Hati
7
Masih melekat
8
Penyamaran
9
Penyamaran 2
10
Rasa Ingin Tahu
11
Rasa Yang Telah Hilang
12
Hamba Allah
13
Persatuan Jiwa
14
Malik
15
Senyuman Terbaik
16
Kekhumulan Seseorang
17
Pesan Dari Syauqi
18
Sauqi
19
Ummu Habibah
20
Ali
21
Penyamaran
22
Teman Akrab
23
Kerinduan Hati
24
Kasih Sayang Habibah
25
Kata Hati Habibah
26
Tanpa Sadar
27
Pengakuan Cinta
28
Fii Lauhim Mahfudz
29
Rindu Habibah
30
Kasih Sayang Aby Mahbub
31
Siapakah Idris?
32
Dia Pacarku
33
Dia Tunanganku
34
Permainan Hati
35
Kejutan untuk Aisyah
36
Privat Number
37
Selalu Bersyukur
38
Kau Cantik
39
Bidadari Surga
40
Liburan Telah Usai
41
Bukanlah Pemalas
42
Syahdu dan Habibah
43
Habis Manis Sepah Di buang
44
Syakwasangka
45
Acuh Tak Acuh
46
Lupa Berkas
47
Di Bawah Rintik Hujan
48
Izin Ibu
49
Syifa
50
Janji Syauqi
51
Kerisauan
52
Agenda Habibah
53
Tatapan Ahmad
54
Hati Tentram
55
Sima' Hafalan
56
Agenda
57
Payung
58
Siapakah Polisi aneh itu?
59
Selang Infus
60
Kecelakaan
61
Ada Apa
62
Dialah Dalangnya
63
Masih Melekat
64
Di Bunuh 2 kali
65
Mencari Habibah
66
Ke Makam
67
Di Rumah Aziz
68
Sebuah Mahar
69
Istri Teladan
70
Tak Mau PHP
71
Kekhawatiran
72
Masa Lalu Kawan nya
73
Tidak Ada Yang Salah
74
Tak Usah Berterima Kasih
75
Ingin Menikah
76
Dimana Habibah
77
Lamaran Pertama
78
Mendekati
79
Kemarahan Habibah
80
Hanya Ingin Tahu
81
Karma
82
Epilog & Tentang Penulis
83
Siapa Yang Ingin?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!