Bersama berlari ke dapur menuju Sang Ibu berniat untuk mengganggu dengan rengekan
keduanya. Sang Ibu telah mengira sebelumnya dari sebelum kedua anaknya sampai didekatnya. Riuh terdengar keduanya merengek.
โIbu, Ibu, Ibuโฆ ayo makanโฆโ
โIbu, aku buatkan nasi telur mata sapiโฆโ
โAku juga Bu, tapi aku nasi gorengโฆโ
โAku dibuatkan dulu Ibu,โ
โJangan Ibu, aku dulu ajaโฆ aku kakaknya.โ
Habibah menatap sinis pada Aby, โHeh! Antri lah kak!โ dorongnya pada Aby.
Aby membalasnya, โAku yang lebih tua!โ sambil mendorong Habibah.
Habibah kembali membalas, โAku yang memesan makanan terlebih dahulu, Aby!โ
โTidak, aku juga,!โ
Sedangkan Sang Ibu merasa sangat bising dengan kedua anaknya yang terus bertengkar.
Dia pun langsung menjewer telinga masing-masing.
โIiihโฆ kalian nakal!โ ucapnya, sembari tetap menjewer telinga keduanya, Sang Ibu
membawanya ke kamar Aby.
โTunggu disini! Dan Ibu akan masak kan! Sekarang kalian bermaafan!โ ucap Aisyah,
setelah dia lepas jewerannya.
Bersamaan, keduanya malah saling acuh membuang muka. Melihatnya, jeweran Aisyah
pun kembali dilayangkan ke telinga Habibah dan Aby. Bersamaan akhirnya mereka merintih.
โAduh, aduuuhโฆโ
Aisyah melepaskannya, โBagaimana, masih tidak mau meminta maaf? Habibah?!
Aby?!โ
โIya iya! Minta maaf!!โ keduanya berbicara serempak.
โEh! Eh! Bukan begitu, Habibah dulu yang minta maaf! Kamu sebagai adiknya,โ ucap Aisyah.
โAku minta maaf!โ ketus Habibah berucap.
โIya.โ Jawab Aby.
Aisyah menggeleng, โHabibahโฆ coba minta maaf yang tulus, nakโฆ setiap manusia dianugerahi hatiโฆ dan apa guna hati bila tidak saling memaafkan?โ ucapnya.
Habibah tatap Sang Ibu sejenak, dia membenarkan dalam hati. Perlahan, diapun raih tangan Aby, dia bersalaman sembari berkata.
โMaafkan aku, kakโฆโ
Aby pun tersenyum, hingga terlihatlah lesung di pipinya, โIya, dekโฆ aku juga.โ Lalu tanpa pamit dulu, dia pun melayangkan ciuman ke pipi Habibah.
โEmmuah!โ lalu berkata, โAku sayang Habibah.โ
Sedangkan Habibah diam tercengang
tak membalas, dia hanya membalas kata-kata Aby dalam hati. Sedangkan Aisyah langsung
mengelus kepala Aby dan Habibah.
โItu baru anak yang baik.โ Lalu dia tinggalkan kedua anaknya untuk lanjut memasak.
...****************...
Bermain di kamar Aby berdua, meski tak jarang mereka bertengkar. Namun Aby tak pernah menyembunyikan rasa sayangnya pada saudara kembarnya. Berbeda dengan Habibah,
dia hanya mampu tersenyum bila Aby mengungkapkan perasaan sayangnya. Namun baru kali itu Aby mendengar Habibah membalasnya.
โAku sayang adikโฆโ ucap Aby, sembari memeluk Habibah dari belakang.
โAku juga sayang kakakโฆโ
Tok Tok Tok!
Suara ketukan pintu disertai terdengar pula suara Sang Ibu.
โBoleh Ibu masuk, nak?โ
โAh iyaโฆ masuklah Ibuโฆโ
Aby mengusapi air matanya, bersamaan dengan itu Sang Ibu pun masuk. Terlihatlah olehnya gelengan kepala Sang Ibu, Aby berusaha tersenyum.
โAh anakku, ada apa gerangan kah kau menangis, nak?โ tanya Aisyah. Sembari berjalan mendekat dengan membawakan makanan dari Habibah yang ada di meja kamar itu.
โAku teringat sewaktu kecil dulu bersama Habibah,โ ucap Aby, saat setelah
mengucapkannya, tiba-tiba saja air matanya kembali mengalir begitu saja.
Aisyah langsung terdiam. Dia pun berusaha mengalihkan pikiran anaknya. โYa sudah,
ayo makan duluโฆโ
โAku boleh makan tanpa di suapi?โ
Dengan sedikit terpana mendengarnya, Aisyah pun berikan makanan itu pada Aby,
โSilahkan, nakโฆโ ucapnya. Aby pun makan perlahan-lahan, sembari mengingat sosok
adiknya. Dan ingatan tadi, terputar kembali begitu saja.
โBenarkah? Apa bukti bila kau juga sayang aku?!โ tantang Aby, dengan tetap masih memeluk Habibah dari belakang.
Mendengarnya, Habibah langsung melepaskan pelukan Aby, dimana hal itu sempat membuatnya terkejut. Namun dia tak tahu apa yang dilakukan Habibah.
โEmmuah!โ Habibah kecup pipi Aby. Saat itulah semakin dibuat terkejut lah Aby oleh Habibah. Lalu Habibah berkata,
โAku sayang kakak, itu buktinya.โ
Mendengarnya, langsung dipeluk lah Habibah oleh Aby, begitu erat.
โIya aku percaya bahwa kau juga sayangโฆ semoga tak kau lupakan, dekโฆโ
โAku takkan lupakan, kakโฆโ
...****************...
Di tengah lapangan terus berlari menuju tempat pembayaran administrasi kampus.
Namun sayangnya, setelah dia sampai di tempat, TU telah mengutus tentang pembayaran administrasi kampus pada masing-masing kosma di kelas.
Betapa payahnya dia, dia pun menelisik ke lapangan. Hanya melihat kanan kiri tuk menghibur kedua matanya, yang sejatinya sembari berharap akan ada kosma kelasnya, yang berjalan kesana kemari.
Namun nihil yang ada. Setelah dirasa kepayahannya sedikit mereda, dia pun
memutuskan untuk kembali ke kelas. Saat perjalanan melewati lapangan yang begitu luas
untuk kedua kalinya, seseorang tiba-tiba berjalan berdampingan tepat di samping kirinya.
โKu lihat sepertinya kau tersesat.โ Ucapnya tiba-tiba.
Langsung menoleh lah dia, โAhmad?โ betapa terkejut dia kini dengan siapa yang
dilihatnya.
Yang disebut namanya hanya menganggukkan kepala. Namun dia masih belum yakin,
kembali dia bertanya untuk kedua kalinya,
โAhmad Habibi??โ
Akhirnya Ahmad pun menjawab, โIya Syauqi!โ sembari dia pukul lengan Syauqi, setelah
itu juga langsung berpelukan lah keduanya.
โOh, Ahmadโฆ sejak kapan kau menjadi seorang mahasiswa?!โ tanya Syauqi.
โAku semester lima, qiโฆโ jawab Ahmad. Kini mereka duduk berhadapan berteman
secangkir kopi di kantin kampus.
Syauqi menganggukkan kepala, โOohโฆโ sembari menjawabnya.
โKalau kamu? Sepertinya kamu senior ku?โ
โSudah dari dulu!โ sahut Syauqi.
Ahmad pun terbahak, โDasar wajah tua!โ ucapnya.
โBiarlahโฆ sudah pantas ke pelaminan iniโฆโ candanya. Syauqi pun kembali meneguk
kopinya.
โAh kau! Memangnya sudah ada calon?โ
โHemโฆ pikirkan itu nanti.โ
โLalu kau nikah dengan siapa? Kebo?!โ
Keduanya pun terbahak.
Lalu Ahmad mengalihkan pembicaraannya ke topik lain. โSekarang kamu tinggal dimana?โ
Sedangkan mendengar pertanyaan Ahmad, Syauqi langsung meletakkan cangkirnya dan
memekik,
โAh itu yang mau aku tanyakan padamu, Ahmad.โ
โAku tetap di pondok, Syauqiโฆโ
โPondok yang dulu?โ
โIya, gakโฆ Pondok yang berada tepat di belakang kampus iniโฆโ
โOoohโฆโ sambil mengangguk.
โLah kamu gimana? Jawab jugalah pertanyaan ku.โ Sela Ahmad.
โOh iya, lupa! Sekarang aku tinggal bersama bibi kuโฆ usai skripsi nanti aku check out!โ
โKenapa gak sekalian wisuda?โ
โAku rindu seseorang di sanaโฆโ
โPacarmu yang dulu?โ Ahmad coba menebak. Syauqi menggeleng.
โLantas?โ
โAku tak tahu dia di mana, tapi aku ingin kembali saja. Mungkin saja Allah mentakdirkan kita sama-sama kembali?โ
Mendengarnya, Ahmad pun tersenyum sembari mengangguk.
โLalu, bila saat kau kembali tapi ternyata dia malah datang ke sini, bagaimana?โ
Langsung meringis lah Syauqi mendengar ucapan Ahmad,
โWaduh! Kalau itu aku juga tak tahuโฆโ
โKalau aku boleh saran, sebaiknya kamu jauhi saja pertanyaan ku dengan pengandaian mu seperti tadiโฆ mungkin saja Allah mengabulkannya.โ
Langsung terdiam lah Syauqi mendengarnya. Dia hanya mampu membenarkan dalam
hati. Namun perlahan memory masa lalunya terputar begitu saja tentang ucapan bijak dari
mantan kekasihnya yang tak mampu dilupakannya. Dia pun akhirnya menjawab.
โBila hal itu memang benar terjadiโฆ biarlah seperti itu, karena Allah mungkin memang telah menuliskan begituโฆ semuanya telah tertulis.โ
Kini Ahmad yang dibuatnya terdiam. Syauqi mengerti dengan kediaman Ahmad. Dia pun langsung menepuk lengan Ahmad, sembari berkata.
โTenanglah! Aku takkan bisa berkata seperti itu bila bukan karena diaโฆโ
โDia siapa?โ tanya Ahmad dengan penuh pertanyaan.
Syauqi terdiam sejenak. Karena telah lama dia tak menyebut-nyebut nama mantan kekasihnya itu. Ingin pula sebenarnya dia alihkan pembicaraan hingga takkan dia sebut nama mantan kekasihnya. Namun, sepertinya dia lebih berkenan untuk menyebutkannya.
โUmmu Habibah.โ Jawab Syauqi. Karena bagi Syauqi, hanya cukup dengan menyebut nama Habibah, rasa rindunya pada Habibah sedikit terobati.
Keduanya pun terdiam. Syauqi merangkai kenangan dulu saat masih bersama-sama
Habibah, tepatnya saat pertemuan terakhirnya di stasiun untuk mengantar Habibah, Ahmad
tercengang saat terdengar kembali nama seorang Habibah. Ingatannya tak kunjung pupus.
Betapa dia ingin melihatnya, hanya cukup melihat Habibah saja. Lebih-lebih bila dia bisa
benar-benar menjadi sosok yang tak terlupakan dalam hidup seorang Ummu Habibah.
...****************...
Tok! Tok! Tok!
Tangan mengetuk pintu kamar Sang Ibu. Malam itu dia tak tahu dengan apa yang dirasakannya. Mimpi yang baru saja telah menghiasi tidurnya seperti menjadi bunga. Bunga yang sangat berduri. Membuat Habibah hanya menyisakan ketakutan belaka.
โIbuโฆ Ibuโ panggil Habibah akhirnya, memberanikan diri untuk memanggil Sang Ibu.
โAda apa anakku? Masuklah, nakโฆโ ucap Sang Ibu setelah terjaga dari tidurnya.
Habibah pun langsung masuk ke kamar Sang Ibu, dan setelah itu langsung dipeluk lah
Sang Ibu dengan sangat erat. Sembari bercerita,
โAku bermimpi ada 3 ular mendatangiku, Bu. Dua dari tiga ular itu bertengkar di depanku. Satu ular pergi begitu saja, satunya lagi menggigitku, Buโฆ sedang yang tidak bertengkar hanya datang di dekatku, sangat dekat. Ular yang pergi itu aku ikuti, dan aku menangis di sana, karena ternyata ular itu tak lagi bernyawaโฆโ Habibah mengakhiri ceritanya. Lalu dia tatap Sang Ibu dengan penuh kekhawatiran.
โAku takut, Ibuโฆ apa maksud dari mimpiku?โ
Habibah terdiam sejenak, seolah sedang mengingat sesuatu. Setelah dia rasa
mengingatnya, dia kembali berkata,
โAda sebuah mawar putih di mimpiku juga, namun dia penuh dengan darah. Dia ada di
genggamanku. Tangisanku membuat darah itu mengalirโฆโ
Kini Habibah pun menangis, โAku takutโฆโ semakin erat lah pelukannya. Mendengar cerita dari mimpi Habibah yamg kedua, langsung terdiam lah Sang Ibu. Dan perlahan dibelai lah rambut Habibah dengan penuh kelembutan.
Dengan lembut pula, Aisyah pun berkata โLahaula wala quwwata illa billahโฆ tiada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan Allahโฆ berdoโalah, nakโฆ tak ada yang bisa tahu takdir dan tak ada yang bisa merubahnya setiap manusia, kecuali dengan doโaโฆ serahkan segalanya kepada Allahโฆ Insya Allah! Semuanya tak akan buruk, Insya Allah! Semua akan baik-baik sajaโฆโ
Setelah Habibah tenang, dan Aisyah pun juga telah tenang, dia pun berkata, โTidurlah di
samping Ibu, nakโฆ besok Insya Allah Ibu bangunkanโฆโ
Habibah pun mengangguk. Lalu dia pun tidur dengan Sang Ibu di kamarnya Sang Ibu.
Malam pun berlalu. Di pagi harinya, Habibah bangun lebih awal dibanding Aisyah. Dia pun
bangunkan pula Sang Ibu.
Setelah Sang Ibu bangun, Aisyah langsung beranjak dari tempat tidurnya sambil
memekik โAstagfirullah!โ lalu hendak berlalu dari hadapan Habibah. Namun Habibah pun
menahannya,
โIbu mau kemana?โ
Aisyah pun menoleh, โBangunkan Abyโฆโ
Sedang saat ini juga, Habibah pun turun dari tempat tidur Sang Ibu, berjalan mendekat
hingga berada tepat di hadapan Sang Ibu, dia pun berkata lirih,
โBiar aku saja yang bangunkan kakakโฆโ ucap Habibah dengan tersenyum. Sedangkan
mendengarnya, tercengang lah Aisyah. Habibah melanjutkan,
โIbu ambil air wudhu, aku yang akan bangunkan kakakโฆ kita jamaah,โ ucapnya.
Terharu lah Aisyah mendengarnya. Dia pun mengangguk dengan penuh kepercayaan, dan
langsung beranjak ke kamar mandi. Dan Habibah saat itu juga berjalan menuju kamar Aby, tanpa terasa satu tetes air mata mengalir di pipinya. Dia segera mengusapnya. Terasa sesak di dadanya.
Dia menyadari dengan keputusannya. Dan dia tahu Sang Ibu pasti juga mengerti keadaannya.
Dia ketuk pintu kamar Aby dengan lembut tanpa mengeluarkan kata-kata apapun. Dia
masih belum berani kembali menyebut nama kakaknya, sedangkan entah berapa lama
kemudian, setelah dia berikan tiga kali ketukan, ada satu sahutan dari dalam,
โIya Ibuโฆ aku sudah bangun,โ
Habibah pun membuka perlahan pintu kamar itu, dan setelah dia tangkap sosok Aby, dan Aby pun menatap dirinya, tak lama kemudian Habibah kembali menutup pintunya sesegera mungkin. Dan dia pun percepat langkahnya menjauhi kamar Aby.
Terkejut lah Aby dengan apa yang dilihatnya. Dia sangat-sangat tak percaya dengan hal
itu. Seorang adiknya berani untuk menatapnya untuk yang pertama kalinya setelah bertahun๏ฟพtahun tak pernah berkumpul lagi. Dia seolah menjadi sesak sejenak, melihat sosok
Habibah yang telah datang ke kamarnya untuk membangunkannya.
Saat Habibah memasuki kembali kamar Sang Ibu, Sang Ibu pun langsung memanggilnya, menyadarkan Habibah dari keterkejutannya.
โAyo, nakโฆ kau jadi imamโฆโ
Habibah pun tersenyum. Dia ingin mengelak, namun keterkejutannya menghalanginya,
buat dia tak mampu menjawab apapun selain dengan berikan senyuman. Dan dengan Sang Ibu, Habibah kembali mendapatkan ketenangan dari Allah. Dan dengan Sang Ibu, untuk yang
kedua kalinya Habibah merasa tak lagi di sesakkan oleh keadaan.
...****************...
Hari telah berlalu begitu cepat. Kini datanglah senja yang menghiasi hari, memenuhi gagasan langit di angkasa. Habibah datang dari melakukan pekerjaannya yang mulia, membantu Ibu. Dengan keringat yang masih terlihat sisa-sisanya, dia duduk sejenak di luar rumah, berharap akan ada hembusan angin senja yang mampu mengejutkan tubuh dan pikirannya.
Sang Ibu datang kepadanya dengan membawa segelas susu putih kesukaannya. Dia pun
tersenyum. โMakasih, Ibuโฆโ ucapnya, sembari meneguk susu buatan Sang Ibu.
โBagaimana perkembangannya, nak?โ tanya Sang Ibu. Setelah duduk tepat di samping
Habibah.
Habibah kembali tersenyum, โAlhamdulillahโฆ kacang mulai tumbuhโฆ cabai mulai menghijau, Insya Allah seminggu lagi panen kedua tumbuhan ituโฆโ
Aisyah tersenyum, senang mendengarnya. Sedikit lama keduanya terdiam dalam kesunyian, Habibah tetap sambil menghabiskan susu putih buatan Sang Ibu. Lalu perlahan Sang Ibu memecahkan segala kesunyian itu, dimana sebelumnya dia tarik nafas panjang dan menghembuskan nya.
โKita hidup, bagaikan tumbuhan-tumbuhan yang kini kau tanamโฆ dia hidup dengan bantuan tangan-tanganmuโฆ Allah menghidupkannyaโฆ dia tumbuh sempurna, berkembang indah dan pesat, karena ketelatenan dan kesabaran yang ada dari dirimuโฆ kita pun begitu, kita akan indah pada saatnya, bila kita ditumbuhkan dengan kasih sayang dan kesabaran dari orang yang telah dititipi kita oleh Allahโฆโ ucap Sang Ibu.
Saat habislah susu putih di gelasnya, saat setelah dia dengar kata-kata Sang Ibu, saat itulah dia dibuat tercengang, melayangkan pikirannya pada apa yang dijelaskan Sang Ibu lewat kata-katanya itu, dengan tanpa sedikitpun berkedip.
Dia pahami kata-kata Sang Ibu, dengan lamunannya dia bertanya-tanya apa maksud Sang Ibu mengucapkan hal itu. Karena selama ini, dia dengar segala nasehat Sang Ibu dan masing๏ฟพmasing terdapat maksud tersendiri.
Habibah pun bertanya,
โBolehkah aku tahu apa maksud dari semua itu, Bu?โ ucapnya dengan hati-hati, dia tak
ingin menyinggung perasaan Sang Ibu.
Sedangkan setelah mendengar pertanyaan Habibah, langsung tersenyumlah Aisyah. Dan
perlahan, dia pun menjawab.
โKau benar anakku, setiap kata diucapkan pasti akan ada maksud di dalamnyaโฆโ Aisyah
diam sejenak, lalu melanjutkannya, โKetahuilah, nakโฆ bahwa aku memiliki dirimu bukan
dengan jalan yang mudah, aku memilikimu karena aku memiliki harapan di dalamnya, aku
memilikimu dengan merawat mu penuh kasih sayang serta seluruh jiwa raga kesabaran aku
persembahkan, aku memilikimu semata tak lain hanya ingin yang terbaik untukmu, karena
aku memilikimu semata hanya mengharapkan Ridlo Allah dari sejak kelahiran mu hingga
nanti kembali mu kepadaNyaโฆโ
Dengan tatapan sayu Habibah ingin sekali memeluk Sang Ibu. Aisyah ketahuilah akan
hal itu, dia menahan dengan isyarat tangannya, Habibah pun tersipu, dia mengangguk dan
langsung beranjak masuk rumah, lalu membersihkan dirinya.
Setelah malam tiba, Habibah hanya terdiam di kamarnya. Dia telah siapkan struktur
kegiatan malamnya saat itu. Menulis. Segala tentang yang ada di hati dan pikirannya.
๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐ณ๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐ธ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐.
๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐. ๐ท๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐.
๐ผ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ข๐. ๐ฐ๐๐ ๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๏ฟพ๐๐๐๐๐ฝ๐ข๐, ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ฝ๐๐ข๐, ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ข๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ฝ๐ข๐.
๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ฝ๐ข๐, ๐๐๐๐๐๐๐ ๐ธ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ฝ๐ข๐. ๐บ๐๐๐๐๐๐๐๐ฝ๐๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ข๐.
๐บ๐๐๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐. ๐๐๐๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐ฝ๐ข๐. ๐ฐ๐๐ ๐๐๐๐ข๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐. ๐ฑ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐. ๐ท๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐.
๐ผ๐๐๐๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐โฆ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐๐. ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ข๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ผ๐.
๐บ๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐-๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ข๐ ๐ด๐๐๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ข๐. ๐ฑ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ผ๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐๐ข๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐โฆ ๐ฐ๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ข๐ ๐ด๐๐๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐, ๐ข๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐บ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐
๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐โฆ
๐ธ๐๐๐ข๐๐ฐ๐๐๐๐!
Kedua mata terpejam sempurna, pena masih di sela-sela mengapitnya jemari. Nafas
terhembus secara perlahan. Ketenangan pun mulai dirasakan tanpa ada yang merencanakan
lagi.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ulul Princessnyaa Ummi
ceritanya kayak gimana gitu,aqnya kurang paham
2021-03-24
2
Evi Andriani
bahasanya masyaalah cantik.
2021-02-12
3
๐ปRuby Kejora
3 like mendarat
2021-02-11
2