Barang-barang sibuk tuk di kemas ke dalam tas besarnya. Persiapan dengan rasa sedikit
tergesa, itu yang selalu di rasakan setiap waktu-waktu akan pulang ke kampung halaman, sedikit tak dia sukai pula hal itu.
Dia raih ponselnya yang ada di kantong roknya. Dia sesegera mungkin untuk hubungi
kekasihnya, tuk ketahui bagaimana kepastiannya, apakah dia akan di antar Syauqi sampai
stasiun atau dia biarkan saja berangkat sendiri.
โHallo, assalamuโalaikumโฆ sudah siap-siap?โ
Habibah langsung bertanya, saat ada telpon dari Syauqi setelah dia kirim satu pesan padanya.
โWaโalaikumsalam, sudah kok sayangโฆโ
โSudah mandi juga berarti?โ sedikit ragu Habibah menanyakannya, dia tahu Syauqi seperti bagaimana kebiasaannya.
โHeโemโฆ dingin sayangโฆโ
โPakai jaket, ya sudah aku tunggu yaโฆโ
โIyaโฆ oh iya sayang, gak keberatan kan kita jalan-jalan dulu?โ
โIya sayang, terserah! Selagi aku masih ada di siniโฆโ
โMakasih sayangโฆโ
Setelah di tutup telpon keduanya, Habibah langsung berganti pakaian. Sekitar lima belas
menit dia menunggu kedatangan Syauqi, tak lama kemudian, datanglah dia.
โBagaimana pakaianku?โ tanya Habibah, menunjukkan pakaian yang di pakainya. Gamis
berwarna hijau dan bermotif putih itu baru di pakainya. Sengaja dia pakai bila hendak
berpulang ke kampung halamannya.
Syauqi yang melihatnya sembari tersenyum-senyum kagum dengan perbedaan
penampilan Habibah saat itu yang terkesan berbeda.
โTampak anggun, sayangโฆโ ucap Syauqi.
Habibah pun tersenyum, terlihat jelas kabut dingin di pagi buta itu langsung terhangatkan
oleh senyuman yang memerah di pipinya.
โYang benar?โ
โIyaโฆ beneran!โ
Lagi-lagi bila tersipu langsung melayang lah pukulan manja Habibah di lengan Syauqi.
Dan Syauqi pun hanya menyisakan senyuman.
โYa sudah ayo berangkat!โ seru Habibah, lalu dia membonceng pada Syauqi.
Motor pun melaju kencang meninggalkan rumah yang Habibah tempati. Tak lupa dia kunci rumah itu. Namun satu hal terlupa. Awalnya Syauqi sebenarnya ingin menanyakan hal itu, namun dia lebih terbius oleh kegembiraan yang terpancar dari wajah manis kekasihnya, sehingga dibatalkan lah niatan itu. Dan Habibah sejak saat itu seolah menjadi orang pikun.
Sesampainya di depan stasiun, motor pun menghentikan lajunya. Syauqi mulai bingung.
Hendak dia bawa jalan-jalan kemanakah Sang kekasih tercintanya? Dia masih berhenti.
Habibah yang tak terlalu betah berada di atas motor yang tak berlaju pun, akhirnya bertanya
juga.
โKenapa sayang?โ
โGak papaโฆ hanya bingung sajaโฆ mau kemana kita? Stasiun masih sepiโฆ kalau ke rumah makan pun di pagi buta seperti ini belum ada yang bukaโฆ bagaimana?โ
Terlihatlah Habibah juga berpikir akan hal itu setelah mendengar penjelasan kekasihnya.
Dia mengangguk-angguk paham. Namun tak berapa lama kemudian, dia pun mengusulkan,
โKita di ruang tunggu stasiun sajalahโฆโ ucapnya.
โHemโฆโ Syauqi pun tampak berpikir, dia menatap ke kejauhan, sedikit memicingkan kedua tatapannya. Kemudian dia mengangguk,
โIyalahโฆ ayo!โ dia menyetujui akhirnya. Motor pun kemudian Syauqi parkir kan. Berdua
akhirnya memilih bukan jalan-jalan, namun duduk-duduk di kursi tunggu yang ada di dalam stasiun.
Lama berbincang-bincang berdua, namun tiba-tiba teringat lah Habibah pada hal yang
terlupakan.
โAstaghfirulloh!โ pekik Habibah akhirnya saat mendengar ucapan Syauqi yang membuatnya teringat sesuatu.
โKenapa sayang?โ Syauqi terheran.
โAku lupa! Aku belum pamitan dengan Syahdu, ya Allahโฆ astaghfirullohโฆโ berkali๏ฟพkali dia sesali.
โIya sayang, tadinya aku mau ingatkan hal itu, namun sepertinya tadi memang kamu terlalu senang, jadi aku mengurungkan niatku untuk bertanya,โ
โAduhโฆ benarkah?โ Habibah tetaplah merasa bersalah. Dengan segera, dia raih ponselnya dan mengirimkan pesan singkat pada Syahdu.
๐ฐ๐๐๐ ๐๐ข๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐ข๐๐๐โฆ ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐โฆ ๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐.
๐ฐ๐ ๐๐๐๐๐2 ๐๐๐๐โฆ ๐๐ ๐๐๐๐ข๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐2. ๐๐ ๐๐ ๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐๐.. ๐๐๐๐
Dengan sangat menyesal, dia kirim satu pesan itu. Sedangkan Habibah masih tetap saja gelisah. Tak biasanya dia seperti itu. Syahdu selalu menjadi orang pertama yang dia pamiti di setiap dia hendak berjauhan dengan sahabatnya itu. Dia tetaplah bingung meski telah kirimkan sebuah pesan permintaan maaf. Tak berapa lama ada balasan dari Syahdu.
๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐! ๐ฟ๐๐๐๐๐๐ข๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐!
Langsung cemas lah, sekujur tubuhnya pun langsung tak tenang. Habibah tunjukkan
pesannya pada Syauqi, berharap akan ada saran dari Syauqi bagaimana lebih baiknya balasan
Habibah pada pesan Syahdu yang seperti itu.
โCoba kamu suruh saja Syahdu untuk datang ke sini sayangโฆ dari pada kamu bingung begitu. Bila dia tak mau apa boleh buat.โ
โKamu tak mau antarkan ku sayang?โ
Syauqi menggeleng. Habibah tak enak rasa untuk mengulang pertanyaannya. Dia tahu
kekasihnya telah rela mengantarkan hanya demi dirinya, meskipun dalam keadaan masih
lelah datang dari bekerja langsung mengantarnya. Tak dia pikir panjang-panjang kembali, dia langsung ikuti saja saran dari Syauqi.
๐๐ข๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐โฆ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐, ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ข๐๐๐๐ ๐/ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐ & ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐โฆ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐ข๐๐๐๐โฆ
๐๐ ๐๐๐๐๐โฆ ๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐ ๐/ ๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐โฆ
Meski cemas tetap mengerubung. Setidaknya hati telah sedikit tenang dengan saran dari
Syauqi. Namun, dia tetap berharap ada balasan meski kenyataan belum ada. Lama, dan
sedikit lama Habibah harapkan balasan dari Syahdu. Beberapa detik kemudian,
๐ท๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐โฆ ๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐โฆ
Terkejut lah bukan kepalang dia baca pesan dari Syahdu saat itu juga. Langsung terperanjatlah dia dari duduknya, hingga Syauqi pun langsung bertanya,
โKenapa sayang?โ
Dengan perasaan yang tak dapat lagi di ungkapkan seperti apa bahagianya dia dapati
pesan dari Syahdu, dia hanya mampu menjawab tergagap.
โDiaโฆ dia di depan sayangโฆโ
โSyahdu?โ
Habibah hanya mengangguk. Kegembiraan yang tak dapat terlukiskan, di raut wajahnya
menyampaikan hal itu.
โYa sudah sih,โ
โTapi dia minta jemput,โ
โYa sudah jemputโฆโ dengan santai Syauqi menjawab, karena dia tahu kekasihnya sangat bahagia. Dan Habibah pun tanpa basa-basi lagi dia langsung berjalan ke depan. Saat itu jugalah, perasaan berkecamuk, antara bahagia, haru, sayang, senang melihat kedatangan Syahdu. Hal itu semua tergambar dari sikap keduanya yang tiba-tiba saja terkesan dingin menghangatkan, bukan hangat mendinginkan!
โSyahdu sayangโฆ.โ Langsung di peluklah Syahdu olehnya, โAku tak menyangka, sungguh-sungguh tak menyangka kamu benar-benar datangโฆโ
Sedangkan kegembiraan yang tergambar dari Syahdu berbeda, dia menghentak, โSsst!
Sudah diamlah! Cium aku!โ ucapnya.
Habibah pun ciumi pipi kanan kiri Syahdu. Lalu Syahdu melanjutkan kata-katanya, โAku
pergi ini demi kamu! Tanpa izin ibuku, aku berangkat nekat tauk! Aku sayang sama kamu!โ
โAku jauh lebih menyayangimu Syahduโฆโ dan kembali dia peluk Syahdu. Kemudian berdua masuki ruang tunggu. Sambil berkata-kata lah Habibah tentang kekasihnya. Karena dia menyadari, baru saat itu jugalah Syahdu tahu wujud seorang kekasih Habibah, Syauqi.
โDialah kekasihku, Syauqiโฆโ bisik Habibah.
โMana?โ bisik Syahdu pula. Berdua hanya berani berbisik-bisik.
โYang berjamper merah.โ
Dari kejauhan Syauqi sendiri telah ketahui pasti, bahwa akan dikucilkan lah dia. Namun dia memang yang menyarankan, dia pun dengan lapang dada membiarkan kekasihnya
berbincang dengan selainnya, toh dia hanyalah sahabat.
Setelah berada di tengah-tengah antara Syauqi dan Syahdu, dan setelah Syahdu membisikkan sesuatu pada Habibah, dia pun langsung berkata pada Syauqi.
โSayang dia ingin berkenalanโฆโ
โIya bolehโฆ.โ
โSyahduโฆโ ucap Syahdu, memperkenalkan diri. Dia tatap sejenak Syauqi sembari
menganggukkan kepala sedikit, tanda perkenalannya, lalu dia kembali pada posisi semula.
Syauqi membalas perkenalan itu sebagaimana yang Syahdu lakukan, sembari berucap,
โSyauqiโฆโ
Percakapan antara Syahdu dan Habibah pun terjadi, Habibah menjadi tetaplah serba salah. Meski dia telah di persilahkan oleh Syauqi untuk berbincang saja dengan sahabatnya.
Karena Syauqi tahu, pasti mereka akan sangat rindu nantinya pada Habibah, seperti apa yang
akan dirasakannya pula nantinya.
...****************...
โPeluk aku,โ ucap Syahdu.
โKan tadi udah?โ jawab Habibah.
โLagi! Untuk terakhir kali sebelum liburan berakhir.โ
Habibah pun langsung memeluk sahabatnya. Seketika rasa sayang pun langsung menyelimuti, sekelebat bayang-bayang berkata, andai dia bisa memeluk Syauqi juga di depan semua orang.
Namun hal itu segera di buangnya. Dia hanya bisa cium tangan Syauqi dengan rasa tunduk padanya. Sembari berkata dalam hati, โAku sangat menyayangimu sayangโฆ.โ Dia tatap Syauqi, Syauqi pun begitu, dia tahu maksud tatapan Habibah. Dalam hati, Syauqi juga berkata, โI love you sayangโฆ I love you
Habibahโฆโ dan di depan Syahdu, Syauqi memberanikan diri mencium tangan Habibah.
Seketika bercampur aduk lah perasaan yang di rasakan Habibah. Syahdu tersenyum cemburu melihatnya. Dia juga sangat menyayangi Habibah. Setelah Syauqi lakukan hal itu, tepat saat Habibah hendak melangkah, dia panggil Habibah. Dan langsung saja dia peluk kembali sahabatnya.
โHati-hati wahai sahabatโฆ kamu bukan hanya sahabat, tapi kamu saudarakuโฆ bukan hanya itu, tapi kamu kakakkuโฆโ
๐๐ถ๐ถ๐ถ๐ต๐ต!! ๐๐ถ๐ถ๐ถ๐ต๐ต!!!
Suara terompet, layaknya hal itu kebanyakan orang menyebut, itulah suara teropong
kereta yang berbunyi membangunkan Habibah dari tidur sejenak nya, di mana hingga membuat ponselnya terjatuh di lantai kereta.
Bayang-bayang yang beberapa lama berlalu dan menjadi kenangan itulah, yang tak bisa di lupakan nya pulalah, yang telah membuat dirinya terlelap meski sejenak.
Malu yang ada saat terbangun dilihati oleh dua orang penumpang kereta yang duduk tepat berhadapan dengan bangku yang diduduki nya. Dia pun hanya bisa berkata-kata sendiri
beralasan untuk meyakinkan dua orang yang melihatnya bahwa dia sangat tak sadar.
โHeheโฆ ngantuk sekaliโฆ sampai jatuh,โ dia sedikit sisakan tawa tersipu nya.
Namun hal itu tetaplah secuplik dari sekian kehidupan di dunia baginya. Dia tetap harus
selalu coba pahami, meski tak jarang dia alami keluputan. Tak lama kemudian, stasiun tujuannya pun telah sampai. Dia segera berkemas untuk turun dari kereta.
Seketika itu dimana sejuta kegugupan dan kekhawatiran yang awalnya dia rasakan pun
hilang begitu saja, menginjak tanah tempatnya di besarkan sangatlah menenangkan, meski dia tahu tempat itu tidaklah lebih baik dari tempat dia menuntut ilmu. Dia terus berjalan sempoyongan karena terlalu lama duduk, sembari melihat-lihat isi kabar di ponselnya.
Saat di lihatnya, ada satu pesan masuk sari Sang Ayah, dia pun memutuskan untuk langsung menelpon.
โHallo, assalamuโalaikum, ayah dimana?โ tanyanya, sambil tetap berjalan.
Dan setelah usai, sekaligus dia tahu dimana ayahnya menunggunya, dia pun langsung
menuju tempat itu. Dan setelah dia dapati Sang Ayah, perasaan pun langsung kembali
bercampur aduk. Dengan ribuan peraturan pribadi Sang Ayah, dia kembali mendengarnya,
bukan hanya setiap dia di datangi. Terkesan membosankan, namun baginya tetaplah
Ayahnya. Yang telah mampu membesarkannya dengan peraturan-peraturan yang jauh dari
kesejatian seorang Ayah di kota maupun desa.
โAssalamuโalaikum,โ dia ucapkan salam. Tak lupa dia ciumi tangan Sang Ayah, tanda tunduk patuhnya pada Sang Ayah.
โWaโalaikumsalamโฆ tunggu di mobil, aku akan belikan mu minumโฆโ ucap Sang Ayah.
Habibah tersenyum. Dalam hati dia memekik,
โDialah Ayahkuโฆโ
Meski mengaturnya dengan ribuan larangan, seolah mengekang, dia tetap bangga pada
Sang Ayah. Terus dia tatap Ayahnya yang berjalan semakin menjauhi, tepatnya pergi ke
warung untuk membelikannya sebotol air mineral. Hanya itu. Bukanlah sesuatu yang
sekiranya akan membahayakan putrinya. Tak lama kemudian, mobil pun melaju dengan
kecepatan sedang. Sang Ayah sungguh mengerti.
Karena memang dialah Sang Ayah.
Habibah menelisik ke luar jendela, melihat sekeliling luar mobil, itulah desanya. Tempat
dia di besarkan. Sangat ramai namun tak berpolusi. Berbeda dengan kota tempatnya menuntut ilmu. Di sepanjang perjalanan menuju rumah, Sang Ayah tiada henti bercakap dengan
Sang Ibu, melalui telpon. Itulah keluarga Habibah, satu sama lain, sangat memperhatikan. Dia menyadari semua itu, termasuk kesalahan-kesalahannya selama ini pada perhatian keduanya.
Dalam lamunannya, Sang Ibu membuat lamunannya buyar, saat ada pesan dari Sang Ibu buatnya, saat di telpon dalam percakapan Sang Ayah dan Ibu.
โNak, Ibumu berkata bahwa dia telah masak kan telor ceplok dan mie untukmuโฆ Ibumu ingin kau cepat sampaiโฆ kedatangan mu telah di tunggu..โ ucap Sang Ayah.
โBenarkah?โ sedikit terkejut senang Habibah mendengarnya, lalu dia melanjutkan,
โSampaikan pada Ibu bahwa aku akan segera sampai Ayahโฆโ jawabnya. Ayahnya mengangguk, dan langsung di sampaikanlah salam darinya pada Sang Ibu.
Dan sesampainya di rumah, semua terjadi seperti biasa, dia cium tangan Sang Ibu.
Dengan perasaan yang sulit tergambarkan pula, dia peluk Ibunya. Sedangkan Sang Ibu untuk
menutupi hal itu, beliau langsung menyuruh Habibah untuk segera ke ruang makan. Senyum bahagianya maupun riang di hati, tak dapat dia sembunyikan.
Dan dari hal itu dia akhiri seperti biasanya, mengambil secarik kertas dan menodainya
dengan bubuhan tinta hitam di atasnya
๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ข๐๐๐๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ข๐โฆ
๐ณ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ข๐๐๐๐๐๐ข๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ข๐. ๐ท๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐โฆ ๐๐๐๐ข๐ ๐ฐ๐๐๐๐.. ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐โฆ
๐ฟ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐,
๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐. ๐ณ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐,
๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐.
...****************...
Tak ada kabut yang menutupi sedikitpun. Namun perjalanan yang di tempuhnya selalu terasa lambat. Di setiap sisinya padahal telah banyak yang membantunya, tapi hanya dia yang
harus terjang seorang diri badai kehidupan yang bergelombang begitu pasang. Selalu dia coba
berdoโa, walau dia tahu betapa hina dirinya di hadapan Tuhan-Nya, dan walau dia juga tetap
berusaha percaya dan merayu pada Yang Kasih.
Menjalani kehidupan yang hanya membuatnya selalu iri terhadapnya tak lagi dapat di pungkiri, nasehat agar dia sabar tak hanya sekali dia dengar dari Sang pujaan hati. Berkali dia
coba adukan bahwa dia iri pada setiap insan yang di tangkap oleh penglihatannya selalu
menampakkan kelebihan dari pada dirinya, bahwa pula dia inginkan hal yang sama kembali
tak hanya sekali Sang pujaan hati menasehati untuk sabar, karena sesungguhnya hidup itu
Anugerah. Itu yang di dengarnya dari Sang pujaan hati.
Selama bersama Sang pujaan hati tak pernah dia ingat hal lain kecuali dia. Baginya dia separuh jiwanya. Setiap yang dilakukannya kini pun hanya demi Sang pujaan hati. Hingga
membuatnya sempat terheran pada suatu waktu, dimana untuk yang pertama kalinya
sesenggukan tangisan dia alami hanya karena mengingat dan membayangkan Sang kekasih.
Tak pernah di alami sebelumnya menangisi seorang wanita.
Apapun bila dia hendak melakukan sesuatu, tak pernah lepas untuk ketahui pula apa yang dilakukan Sang kekasih. Baginya hal kecil yang sering di tanyakan akan lebih mengena
di hati di banding hal besar hanya sekali untuk di ketahui. Dan dia tahu kata-katanya mampu
membius obat cinta pada Sang kekasih. Dan hal itu baginya bukan suatu rayuan, tak ingin dia
merayu seperti pertama dulu, karena kini yang ada hanya kesungguhan hati.
Dia tak pernah merasa menyesal dengan apapun yang dilakukannya bila telah karena
Sang pujaan hati. Rela segala kesusahan dia terjang. Senyuman tetap berusaha dia ciptakan,
meski yang dia inginkan senyuman itu ada hanya bila Sang kekasih berada di dekatnya.
Benar sudah apa yang mereka jalani penuh dengan liku-liku dan terhiasi suka. Tak ada
ketakutan lagi bagi keduanya untuk mengenal lebih dekat lagi dari sebelumnya. Kata-kata
mesra bukan lagi sekedar istilah, tapi suatu pelengkap hubungan yang mereka kini jalani.
Siang malam di hiasi kelelahan tak lagi dia peduli, bila setiap deru nafasnya hanya ada Sang kekasih.
๐ค๐ถ๐ถ๐พ ๐๐ช๐ซ๐ฒ๐ซ๐ช๐ฑ
๐๐ฑ๐ถ๐ช๐ญ ๐๐ช๐ซ๐ฒ๐ซ๐ฒ
Hingga tak jarang nama keduanya di tulis di setiap angan-angan sepinya, dalam lamunan
panjangnya.
Mungkin baginya terlalu indah Sang kekasih di bandingkan dengan seorang Ahamd, seperti dirinya. Dia selalu menyadari itu. Tak malu pula selalu dia sindir kan hal itu di setiap dia hubungi Sang kekasih lewat seluler miliknya. Terkadang dia bersyukur dengan kehidupannya kini, karena dengan adanya perubahan zaman itulah dia bisa mengenal Sang kekasih. Meski dia sadar, dia tak pernah bisa lepas dengan adanya perubahan itu. Yang menjadi temannya, kekasihnya, bila di lihat oleh pandangan mata sejatinya hanyalah sebuah ponsel genggam. Sedangkan dia tak inginkan hanya sekedar suara dan gambar yang dia lihat.
Dan bila dia selalu ingat, dia akan tersenyum dengannya, terlebih mengingat suara lembut Habibah dan kata-kata Habibah di setiap mendengarnya.
...****************...
๐บ๐๐, ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐โฆ ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐, ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐โฆ ๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ข๐๐๐๐ ๐๐
๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐, ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ถ๐๐๐ ๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐, ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐ข๐๐๐โฆ
Dia pun sadar bahwa hal itu tak mungkin keluar dari suatu kepura-puraan. Dia yakin. Dia percaya. Sejak saat dulu, saat itu, sampai sekarang. Bahwa mungkin Habibah di takdirkan untuk hadir dalam kehidupannya.
โHabibahโฆ Habibahโฆ tahajjud, nakโฆโ
Langsung terperanjat lah Habibah dari tidurnya. Dia langsung terduduk, terkejut bukan karena suara Sang Ibu yang membangunkannya untuk solat tahajjud. Namun, karena mimpi
dialah yang membuatnya terkejut.
Sang Ibu membuka pintu kamarnya, sembari bertanya, โSudah bangun?โ
โSudah buโฆโ jawabnya, masih dengan suara yang terdengar berat.
โYa sudah, langsung wudhu dan jangan lupa solatโฆโ
Habibah mengangguk, Sang Ibu meninggalkannya tanpa menutup kembali pintu kamar Habibah. Sedangkan Habibah masih terngiang akan mimpinya, dia sejenak merenungi apa gerangan hal itu. Namun, kemudian dia segera menuruti nasehat Sang Ibu.
โMungkin akan lebih baik bila aku berdoโa padaNyaโฆโ ucapnya.
Dia pun beranjak ke kamar mandi dan solat tahajjud pun dia laksanakan setelahnya. Usai
segalanya dilakukan, termasuk solat shubuh. Dia bingung hendak berbuat apa bila tak ada yang menyarankan.
โIbu mau kemana?โ tanya dia.
โSeperti biasa, nakโฆโ
โAku ikut ya buโฆ plisโฆโ pinta Habibah.
Sang Ibu mengiyakan. Habibah pun memutuskan untuk mengisi hari-harinya dengan
membantu Sang Ibu. Dia tahu apa yang kini di rasakan nya.
๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐. ๐ท๐๐๐ข๐ ๐ฐ๐๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐. ๐ฐ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐? ๐ณ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐โฆ
Setetes air mata jatuh membasahi kertas yang telah dia jadikan sebagai tempat satu๏ฟพsatunya yang mau menampung tulisannya.
...****************...
Jalanan di lewati, masih sepi di pagi buta. Dia sudah terbiasa dengan hal itu. Karena setiap pagi tujuan satu-satunya berjalan mengelilingi kampung sebenarnya hanya satu, hanya untuk melewati depan rumah seorang wanita yang telah berani-berani mempermainkan hati dan perasaannya. Hanya untuk melihat bagaimana keadaan wanita itu. Hanya untuk ketahui apa yang terjadi di sekeliling wanita itu. Hanya untuk, ingin membuktikan kata-kata wanita itu.
Bahwa dia hidup tak akan lama lagi, meski dia ataupun wanita itu tahu, hidup dan mati hanya
ada di tangan Allah. Bahwa bila benar-benar terjadi apa yang di ucapkan wanita itu, dia akan benar-benar melakukan yang di sarankan wanita itu atau malah acuh tak acuh.
โEntahlah!โ pekik Ahmad. Saat dalam berjalannya hanya di penuhi dengan terkaan yang tak pasti.
Dan di setiap melewati depan rumah wanita itu, dia pasti tak tenang hati. Kini langkahnya tinggal tiga rumah lagi untuk sampai tepat di depan rumah wanita itu. Dan setelah sampai tepat di depan rumah wanita itu,
๐๐ฆ๐จ๐ฉ!
Langsung mengerut lah kedua alisnya. Dan segera menggerutu dalam hati,
โKemana dia? Mengapa rumahnya tergembok rapat seperti itu? Mungkinkah dia pulang?
Kini Ahmad hanya mampu menerka-nerka dalam hati. Dia benar-benar tak tahu dengan
apa yang terjadi. Padahal dia melewati depan rumah wanita itu untuk yang terakhir kali,
sekalian untuk berpamitan sebelum usai liburan.
Karena saat itu juga, dia takutkan satu hal.
Bahwa penghuni rumah itu tak kembali.
Namun segera di buanglah firasat itu. Karena dia ingin, bila ucapan wanita itu memang benar-benar terjadi, minimal dia bisa pandang wajah wanita itu untuk yang kesekian kalinya,
meski dalam keadaan telah tak bernyawa.
Itulah yang dia inginkan. Meski dia terkesan beku di setiap berpapasan. Meski dia terkesan pikun dengan apa yang telah terjadi antara keduanya.
Namun sejatinya, dia hanyalah manusia biasa. Yang juga tak sebegitu mudah melupakan hal yang telah tertulis.
Dia pun mempercepat langkahnya untuk kembali ke pondok tempatnya menimba ilmu,
setelah tahu ternyata tujuannya tak tersampaikannya dengan memuaskan. Dan dia sesegera mungkin mengurusi untuk kepulangannya mengisi hari liburnya.
...****************...
Keseharian yang di isi dengan hal yang seperti biasanya dilakukan. Hal yang di dapatkan
tak seperti di dapatkan biasanya. Perasaan yang bergejolak di rasa tak seperti biasanya.
Tetaplah semua itu berusaha dilakukan masing-masing jiwa yang hidup tak menetap di satu tempat saja.
Seperti yang kini terjadi dengan Habibah. Dia tak pernah sekalipun mengurusi kehidupan
jiwa lain, namun kini dia lakukan. Untuk sementara menggantikan pekerjaan Sang Ibu.
Habibah setiap pagi tak lagi ke pasar menjadi benalu Sang Ibu.
Namun dia pergi ke ladang untuk mengurusi tanam-tanaman yang di tanam di sana.
Kacang, cabe, dan kecambah. Dia menanam dan menyirami tanaman itu setiap hari. Dia lakukan dengan senang hati, meski akan banyak hal yang bisa membuatnya berubah.
Terutama dari kesehatan kulitnya. Meski begitu, dia tetap di bantu Sang Ibu untuk mencegah hal itu terjadi. Sehingga setiap hari dia mengkonsumsi vitamin dan perawatan untuk kulitnya di setiap bangun tidur.
Sepulang dari menggantikan pekerjaan Sang Ibu untuk sementara, dia langsung mandi dan
kemudian melaksanakan solat dhuhur. Dan selebihnya dia pun kembali berdua dengan alat
tulisnya. Tak lepas pula ponsel di dekatnya.
Saat di lihatnya ponsel di genggaman, terdapat banyak pesan masuk. Dia langsung telpon pesan dari satu orang itu.
โHallo, assalamuโalaikumโฆโ
โWaโalaikumsalam sayangโฆ dari mana saja?โ
โCapek, dari ladang sayangโฆโ
โNgapain?โ
โBantu pekerjaan Ibu sajaโฆโ
โBagaimana kabar sayang di rumah?โ
โPayah! Kangen berat!โ ucap Habibah, sembari dalam hati melanjutkan, namun rinduku bukan padamuโฆ pada Ahmad.
โBenarkah?โ
โIya sayangโฆโ
โAku jugaโฆโ ucap Syauqi.
Sedangkan Habibah mendengarnya, langsung menelan ludah lah dia. Dan terus berkata๏ฟพkata dalam hati, aku rindu Ahmad, sangat rindu diaโฆ
โHalloโฆโ
โAh, iya!โ jawab Habibah.
โKenapa diam?โ Syauqi bertanya-tanya. Dia pun hanya bisa menerka-nerka.
โSayang,โ
โIya,โ
โKalau kita nanti putus gimana ya?โ tanya Habibah. Langsung terkejut lah Syauqi
mendengar ucapan kekasihnya,
โkenapa tanya seperti itu sih?!โ
โYa tak apa, hanya saja seperti apa?โ
โAh gak tahu! Dan gak mau tahu!โ jawab Syauqi.
Habibah tahu, dia menyayangi Syauqi. Dan Syauqi jauh lebih menyayanginya. Namun,
dia selalu merasa seolah khianati hubungan keduanya yang sedang di jalani. Karena dia selalu mengingat Ahmad, bukan Syauqi. Selalu rindukan Ahmad, bukan Syauqi. Dan hanya mencintai Ahmad sebuah cinta pertamanya, bukan Syauqi yang hanya sekedar sayang
padanya.
โHallo!โ
โAh, iya!โ kembali Habibah di kejutkan.
โMengapa diam terus?โ Syauqi pun mulai terheran. Dia kembali hanya bisa menerka-nerka.
โNggak kokโฆ tak apaโฆโ
โApa sayang sakit? Pertanyaannya pun dari tadi aneh.โ
โNggak sayangโฆ mungkin aku kecapean sajaโฆโ
โYa sudah istirahat ya sayangโฆโ
โHeโem.โ
โAssalamuโalaikumโฆโ
โWaโalaikumsalamโฆโ
๐๐ถ๐ต ๐ต๐ถ๐ต ๐ต๐ถ๐ต....
Habibah hanya mempu menghela nafas. Setiap mendengar kekhawatiran dari Sang kekasih, saat itu pula air matanya ingin sekali menetes. Namun air mata itu tampaknya lebih suka memenuhi pelupuk matanya saja.
Tiba-tiba pintu terbuka,
Habibah pun menoleh, ternyata Sang Ibu.
โTak tidur?โ
โIya, mau kok bu..โ
โYa sudah, kamu pasti capekโฆโ
Habibah tersenyum, sembari perlahan Sang Ibu menutup pintu kamarnya kembali.
Habibah pun tak mampu lagi kini menampung air matanya, air mata itu kini membasahi kedua pipinya. Hatinya terasa seperti teriris gergaji. Begitu terasa terpotong-potong, sangat
menyakitkannya. Yang membuatnya sakit bukan karena Syauqi jauh darinya, bukan juga
karena Syauqi yang menjadi kekasihnya. Tapi, karena sampai saat ini dia tak kunjung busa
lupakan Ahmad Habibi. Seseorang yang telah terukir di atas batu kehidupannya.
...****************...
Jemari tak kunjung berhenti permainkan ponsel di genggamannya. Berkali menampilkan
pesan-pesannya waktu silam. Tak ada rasa bosan membaca tulisan di layar ponselnya dari
ketikan seseorang itu. Seseorang yang telah membuatnya sampai kini masih terheran-heran.
Setelah dia baca, sampai akhir pesan-pesanannya, dia ulang kembali membacanya dari pesan awal. Sampai telah dia hafal kalimat yang tertulis di sana. Tak kunjung lelah pula dia mengulanginya.
Bila ada satu pesan masuk, dia hanya membaca dan membalasnya bila perlu. Bila tidak, dia tak akan membalas. Lalu kembali dia baca pesan yang dari tadi telah di bacanya.
Bila ada sedikit rasa bosan, dia buka hal lain yang membuatnya bisa melihat seseorang itu. Setiap hal tentang dia tak bisa dilupakannya, karena satu hal. Dia telah membuatnya heran. Terheran untuk kedua kalinya.
โApa yang kau lakukan?!โ pertanyaan yang mengejutkannya, lengkap dengan satu pukulan yang menunjukkan sapaan, tepat di pundaknya. Diapun langsung menoleh,
โAh! Ku kira siapa kau!โ jawab Ahmad.
โDiam terus, melamuni apa?โ tanya Syauqi.
โAda dehโฆ kepo lu!โ
Syauqi pun duduk tepat di depan Ahmad. Dia pun sedikit mendekat dan sedikit berbisik pada Ahmad.
โApa kamu mau pulang?โ
Ahmad hanya mengangguk. Syauqi kembali bertanya, โKenapa pulang? Tak ingin liburan di sini saja?!โ
Ahmad menggeleng, โGak ah! Pondok sepiโฆโ
โPondok sepi apa hatimu yang sepi?โ goda Syauqi.
โDari dulu selalu sepi kalau hati, apa kau pernah tahu aku punya pacar seperti dirimu?!
Gak kan?!โ sahut Ahmad antusias.
Syauqi menggeleng. Perlahan dia tersenyum,
โMakanya cari donkโฆ!โ
โPacarmu aja! Gimana?โ
โNgawur! Gak mau aku!โ
โAh bercanda-bercanda! Serius banget!โ
โYaiyalah! Lah kamu juga sepertinya serius!โ
โGak lah! Kenal aja sama pacarmu gak kok! Mana bisa aku dekat???โ
โSyukur deh!โ
Kini Ahmad yang sedikit mendekatkan wajahnya, โKenapa kamu seolah tak ingin
kehilangan dia?โ
Mendengar pertanyaan Ahmad, Syauqi pun tersenyum sembari menjawab, โDia berbedaโฆ dia menenangkan kuโฆ dia mengerti akuโฆโ
Mendengarnya pula, langsung mundur lah Ahmad, โTak ada yang tahuโฆ jangan terlalu
mencintaโฆ dia belum menjadi istrimu, teman! Semuanya telah tertulisโฆโ ucap Ahmad.
โMaksudmu?โ
โNanti kau akan pahamโฆโ
โAku paham, Ahmadโฆ aku bertanya apa maksudmu bilang begitu?โ
โAku hanya mengingatkan.โ
โTapi kau bukan karena suka dengan pacarku kan?โ
โUdah di bilang kenal aja gak!โ
Mendengarnya, Syauqi sedikit geram. Dia pun keluarkan ponselnya. Membuka kumpulan fotonya, lalu dia perlihatkan fotonya saat bersama Sang kekasih.
โDia pacarku!โ tunjuk Syauqi. Dan saat itu juga, langsung lemas lah sekujur tubuh Ahmad. Seolah-olah tersiram air panas yang baru di angkat dari atas kompor. Terasa luntur lah segala-galanya.
โMengapa aku bisa merasa seperti ini? Lemas sekali tubuhku? Huft! Huft! Tenang Ahmad, tenanglahโฆโ pekik Ahmad dalam hati.
Sedangkan Syauqi saat itu pula, semakin menggebu untuk menceritakan sedetail๏ฟพdetailnya kepribadian Habibah.
โDia sederhana, itu hal pertama yang ku suka. Dia tak ber-make up. Polesannya tak pernah menampakkan bahwa dia cantik. Dia cantik dan manis bagiku. Karena dia pacarku.
Namun aku yakin, kau juga akan menilainya begitu. Dari jauh, di lihat manis. Lebih dekat, baru tampaklah kecantikannya. Dia harumโฆ
wangi tubuhnya tak berparfumโฆ dia wangi alami dari tubuhnyaโฆ
Dia menenangkan, dia lebih banyak diamโฆ namun bila telah berbicara, ucapannya bak
sosok bidadari dari Surgaโฆ
Dia juga sepertimu, pernah berkata apa yang kau katakan, jangan berlebihan mencintai,
bila tak ingin hal itu menjadi benciโฆ
Dia juga tak hanya sekali menanyakan tentang hal yang tak di inginkanโฆ
Aku sangat menyayanginya dan semua yang
melekat dari dirinyaโฆ
Mungkin kamu akan merasakan apa yang aku rasakan bila mengenalnya, pasti hanya bisa
dari fisik saja. Hatinya tak tergantikanโฆ
Ah! Begitu panjang bila tentang dia, dia bagiku
selalu baik, tak ada kekasih yang jahat
bila di dekatnyaโฆโ
Syauqi pun benar-benar membuat Ahmad terdiam. Lengkaplah sudah kegelisahan Ahmad hanya dengan mendengar deskripsi seseorang yang selama ini menjadi hantu bagi hati Ahmad.
โHei, kau kenapa?โ senggol Syauqi, saat dia lihat Ahmad terdiam kaku.
Sedangkan setelah Syauqi sadarkan Ahmad dari lamunan panjangnya, dia pun langsung
berusaha tersenyum,
โAku baik-baik saja.โ
Syauqi pun pamit, sedangkan Ahmad menatap terus hingga hilanglah Syauqi dari
tatapannya. Lalu dia berjalan melanjutkan perjalanannya yang terhenti sejenak mendengar cerita tentang Habibah. Seolah tak ada daya dia berjalan menuju terminal bus. Dia hanya
mampu mengingat, selalu terngiang deskripsi Habibah tadinya. Syauqi telah mampu
membuatnya gila, meskipun bila ternyata itu hanya sejenakโฆ
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
kemilau jingga
kayaknya berat bngt.. pusing
2021-03-31
1
Ade Yayuk
Hadir..
2021-02-19
1
๐ปRuby Kejora
like mendarat
2021-02-11
1