Surat menyurat sebagai syarat untuk ke kantor urusan agama, masih sedikit terlambat sampai di kantor Urusan Agama, itu bisa di susul kemudian, karena jadwal pernikahannya sudah jauh-jauh hari di atur.
Jadi pengucapan ijab Kabul sesuai dengan rencana semula dan berjalan lancar, hanya sekali Jonathan mengucapkannya dengan lancar dan tegas.
Raisa mereka semua seperti mimpi, kedua orang tuanya berharap pernikahan putri satu-satunya akan berjalan baik dan awet sampai maut yang memisahkan, walaupun menikah dengan mendadak dan tidak terduga tetapi nasib pernikahannya tidak akan seperti itu.
Resepsi pernikahan diadakan hari itu juga, yang mengenal dan mengetahui hubungan antara Jonathan dan Monalisa, mereka tentu saja terkejut, kenapa bisa mempelai wanitanya berubah, tetapi tentu saja mereka tidak berani bertanya langsung, hanya terdengar bisik bisik dan kasak kusuk dibelakang, tetapi pihak keluarga mencoba tidak memperdulikannya, yang tidak tau apa yang terjadi, tentu saja tidak perduli, mereka cukup datang, makan, bersalaman dengan yang punya hajat sembari mengucapkan selamat dan do'a yang sudah membumi, pulang.
Jonathan cukup pintar untuk menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, dia bisa terlihat bahagia dan selalu tersenyum pada semua tamu, berbeda dengan Raisa, ia terlihat sangat tertekan, bukan hanya sekali dia permisi untuk alasan ke toilet, dan setiap ia kembali masuk kedalam kamar khusus untuk pengantin hari itu, setiap itu pula ia menangis.
Perias pengantin sebenarnya kesal karena harus bolak balik memperbaiki riasan wajahnya, tetapi dia cukup mengerti dengan perasaan sang mempelai wanita dadakan itu.
Bagaimana ia tidak tahu, yang konsultasi dan
memenya beda, kenapa saat acara resepsi, pengantin berbeda, mirip cerita di sinetron atau di novel novel.
Menjelang jam lima sore, pesta sudah usai, saatnya kembali ke rumah, wajah tertekan Raisa semakin terlihat.
Raisa hanya duduk diam di ruang tengah rumah Ibu Lastri yang sekarang sudah menjadi mertuanya.
Ia ingin mandi dan tidur, badannya capek sekali, Ibu Lastri masih ada urusan dengan keluarga besarnya, dan Jonathan juga masih menerima panggilan melalui ponselnya, sepertinya teman yang di undang tidak bisa datang dan meminta maaf, itu beberapa kata yang bisa Raisa curi dengar.
Merasa sangat gerah dan badannya yang lemas, bagaimana tidak... semalaman Raisa tidak dapat tidur memikirkan pernikahan yang tidak terduganya ini.
Raisa bangkit dari duduknya, mulai melangkahkan kakinya menuju ke rumah belakang.
Pergerakan Raisa tertangkap oleh ekor mata Jonathan, cepat tangannya mencekal pergelangan tangan Raisa, Jonathan pun mengakhiri panggilan dari temannya.
" Mau kemana, Rai ? "
" Gerah bang, mau mandi " jawabnya jujur.
Jonathan faham Raisa mau kemana.
" Didalam kamar kita ada kamar mandi, kenapa harus mandi diluar ? mau mandi ke rumah ayahmu ? " mendengar kata ' kita ' membuat bulu bulu halus dipermukaan kulit Raisa meremang.
" Bajumu semua sudah di pindahkan oleh mbok Narti tadi saat kita ditempat acara, Abang yang menyuruh, maaf tidak meminta persetujuan mu, kamu kan sekarang sudah jadi istri Abang, aneh kan kalau kamu masih tinggal bersama orang tua mu "
Raisa semakin merinding mendengar perkataan Jonathan, Raisa seakan tidak mengenal Jonathan sama sekali, nada bicaranya juga lembut, tidak seperti yang Raisa kenal selama ini.
Melihat Raisa yang mematung tidak bergerak, Jonathan tersenyum.
" Ayo...Abang temani kamu naik ke atas " Jonathan sedikit memaksa agar Raisa menggerakkan kakinya.
" Rai, jangan takut, kita belum akan melakukan seperti yang pengantin lain lakukan, Abang juga mungkin belum bisa, karena sebelumnya Abang menganggapmu sebagai adik Abang sendiri, biarkan sampai perasaan kita berkembang secara alami, mungkin baru saat itu..." Jonathan tersenyum tidak melanjutkan ucapannya.
Raisa hanya diam mendengarkan, ia merasa lega setelah mengetahui selanjutnya apa yang akan terjadi.
" Kalau kamu tidur di tempat orang tua mu seperti biasa, dan Abang juga disini seperti belum menikah, bagaimana bisa hubungan kita akan berkembang, pernikahan ini sama sama mengejutkan bagi kita, tetapi Abang tidak menganggapnya main main, kita sama sama berjuang ya, Rai ! " seperti orang bodoh, Raisa hanya mengangguk.
Raisa masuk ke kamar mandi dengan membawa baju ganti, Jonathan harus bisa mengendalikan perasaannya agar Raisa tidak ketakutan.
Jonathan sebenarnya sangat frustrasi, tetapi tidak mungkin ia membawa bawa Raisa untuk ikut dengan kekacauan perasaannya.
Raisa bersedia menikah dengannya demi menghindari rasa malu yang akan di tanggung keluarganya saja, itu sudah merupakan pengorbanan yang besar bagi gadis muda itu.
Semula Jonathan akan memberikan kejutan pada Lisa jika setelah menikah akan langsung di boyongnya ke rumah minimalis yang sudah di beli dari tabungan selama bekerja dan di persiapkan sebagai kejutan sebagai hadiah pernikahan, tapi kini semua hanya tinggal angan angan.
Jonathan tidak mungkin langsung membawa Raisa kesana, pasti wanita itu akan stress.
Mengingat Lisa, Jonathan sangat membenci wanita itu dan keluarganya sekarang.
Keluarga Lisa juga tidak ada yang berniat untuk meminta maaf dan menjelaskan tentang pembatalan pernikahan, mereka menganggapnya semua permainan ? Jonathan benar benar sangat membenci mereka sekeluarga, kalau bisa seumur hidupnya, ia tidak bertemu dengan mereka selamanya.
Wajah Jonathan mengeras dan memerah menahan kemarahan sekaligus kebencian, saat mendengar bunyi handle pintu kamar mandi di putar, Jonathan mencoba menetralkan kembali wajahnya.
Jonathan bergantian menggunakan kamar mandi dan ia tidak mau berlama-lama di dalam kamar mandi ia segera keluar.
Dilihatnya Raisa yang tertidur dengan posisi duduk dan bersandar di kepala ranjang, di kamar Jonathan memang tidak ada sofa, yang ada hanya meja rias dengan beberapa produk perawatan untuk pria dan satu kursi bundar.
Handuk kecil masih melingkar di leher Jonathan, karena rambutnya masih basah, tidak ada niatnya untuk membangunkan Raisa atau merubah posisinya menjadi berbaring, karena sebentar lagi magrib.
Biarlah ia tidur sejenak, pasti ia capek dan mengantuk, kau pasti tadi malam tidak bisa tidur kan Rai, sama sepertiku, aku juga tidak bisa tidur.
Jonathan tersenyum getir, ia terus menatap Raisa, wajah mu memang tidak secantik wanita itu, Rai, tetapi kau manis, hati mu juga baik, badan mu juga tidak setinggi dia, tetapi toleransi mu, menerima permohonan ku tanpa syarat, nilai mu jauh diatas dia, Rai.
Ketika sudah mulai terdengar adzan Maghrib berkumandang, Jonathan membangunkan Raisa dari tidur sejenaknya.
" Rai " panggil Jonathan pelan menyentuh punggung tangan Raisa.
Pelan Raisa membuka kelopak matanya, begitu melihat Jonathan, ia terjengkit kaget.
" Ini Abang, ingat kita baru menikah " Jonathan mengingatkan status mereka karena dari sorot mata Raisa, ia terlihat kebingungan terbangun di depannya ada Jonathan, dan di kamar yang asing baginya.
" Kita sholat, itu... sudah terdengar adzan kan ? " Jonathan tersenyum tenang.
" Ambillah wudhu, kita sholat berjamaah ya ! "
Tanpa mengucapkan apa-apa, Raisa berjalan ke kamar mandi.
*
*
*
🌾🌾🌾🌾🌾
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Onin Ajah
kasian juga raisa
2024-09-16
0
rahayu puji
sabar ya raisa...../Sob//Sob//Sob/
2024-02-20
0
kia
haduh perasan Ken gimana ya
2022-04-15
0