Memasuki lapangan parkir sebuah hotel bintang lima, Mas Han memperlambat laju mobilnya.
"Bener di sini tempatnya, Dek?" tanya Mas Han ingin memastikan.
Aku memandang berkeliling. Susana masih pagi. Belum banyak orang-orang yang berlalu lalang. Pandanganku berhenti pada sebuah lorong besar. Ada pintu yang terbuka lebar, dan beberapa orang kulihat mulai memasuki ruangan. Satu persatu kuamati sosok mereka. Yah, tak salah lagi. Beberapa dari sosok mereka pernah kukenali. Semakin menambah keyakinanku bahwa ruangan itulah yang akan menjadi tempat acara reuni nanti.
"Kayaknya memang ini tempatnya, Mas," jawabku, sambil terus melihat kearah lorong besar itu.
"Dek, apapun yang terjadi di sana nanti, selalu ingat aku, ya. Suamimu yang selalu setia dan menyayangimu." Mas Han membelai kepalaku. Sikapnya seolah hendak melepasku ke medan perang saja. Ah, Mas Han. Aku tidak bisa menebak apa arti tatapan matanya kali ini.
"InsyaAllah. Aku akan selalu mencintaimu dunia akhirat karena Allah, Mas," jawabku mantap. Meraih punggung tangannya dan menciumnya takzim. Mas Han membalasnya dengan mengecup keningku lembut.
"Oh, ya. Nanti mau dijemput jam berapa?" tanyanya lagi.
"Belum tau, Mas. Kalo acaranya sudah mau selesai, nanti aku telpon Mas, ya."
"Oke, Sayang." Mas Han mengangguk setuju. Aku tersenyum senang kemudian segera turun dari mobil. Setelah melepas suamiku kembali menjauh dengan mobilnya. Aku pun berjalan menuju aula hotel.
Aula ini berukuran cukup besar. Tepat di sampingnya ada kolam renang yang tepiannya langsung berada di bibir pantai. Angin pantai yang tenang, berkejaran masuk melalui dua pintu aula yang terbuka lebar. Aku tengah asyik menikmati pemandangan, ketika seseorang menepuk pundakku lumayan keras. Cepat aku menoleh. Nampak seringai lebar tanpa dosa dari wajah yang dulu sangat kukenal. Lela, sahabat karibku yang dulu duduk satu meja denganku sewaktu di kelas.
"Hai, melamun, ya. Dari tadi aku panggilin berkali-kali nggak dengar juga," sapa Lela, mengambil tempat duduk di sampingku.
"Ah, kamu ini. Dari dulu nggak berubah juga, selalu ngaggetin orang. Salam dulu kek ... atau apa gitu. Ini malah nabokin orang," sungutku, sambil mengelus pundak. Lela tertawa senang merasa berhasil membuatku terkejut tadi.
"Sorry, sobat. Assalamu'alikum, apakabar, Mawar?"
Kami berjabat tangan erat, lalu cipika-cipiki sebentar.
"Alhamdulillah, baik," jawabku kalem.
"Eh, udah danger kabar, belum?" Seketika Lela pasang wajah serius.
"Tentang apa?" tanyaku sedikit penasaran.
"Ituloh, si Amir Khan kita dulu. Denger kabar katanya mau nyari istri lagi, yang ke-empat!" seru Lela mengacungkan jarinya empat biji. Membuatku mendelik tak percaya.
"Johan maksud kamu?"
"Yah, siapa lagi." Liana menggendikkan bahunya.
"Hust ... jangan sembarangan menyebar berita hoax gitu." Aku mengibaskan tangan masih tak percaya.
"Eiiitts, siapa bilang berita hoax, ini valid kok. Apa kamu lupa, aku ini kan masih penggermar setianya sejak dulu. Jadi, apapun berita tentang dia, semuanya aku tau." Lela mencoba meyakinkanku.
"Ish, Lela. Inget, Mak. Kita ini sudah bersuami, tak elok membicarakan lelaki lain," kataku mencoba mengingatkan. Tak urung aku menjadi gerah juga dengan obrolan ini. Mendengar ucapanku, Lela malah terkekeh lucu.
"Tenang, Buk. Biar gini-gini juga, aku ini tipe istri yang setia, Say. Yah ... meskipun suamiku tidaklah seganteng dan sekaya Johan sekarang. Tapi aku tak kan pernah berpaling ke lain hati. So, jangan khawatir, ya." Lela menenangkan, demi melihatku yang terus menggeleng-gelengkan kepala mendengar celotehnya.
"Syukurlah, kalo kamu masih eling. Inget, La. Sebagai seorang istri, Syurga dan Neraka kita sekarang tergantung rhido suami. Jadi sebaiknya hindari hal-hal yang bisa menghilangkan rhido suami kepada kita." Aku jadi mendadak sok bijak.
"Iya, iya, Ustazah." Lela berlagak menuruti nasehatku. Wajahnya cemberut lucu. Tapi sedetik kemudian, air mukanya berubah lagi. Ngeyelan.
"Eh, tapi aku jadi penasaran juga, siapa, ya, kira-kira yang akan menjadi istri Johan yang ke-empat nanti?" Lela bergumam pelan. Sedang aku tak ingin menanggapi lagi. Mendengar Johan punya istri tiga orang saja, sudah membuat kupingku panas, apalagi ini mau nambah lagi untuk yang ke-empat kalinya. Hadeuh ... Si Johan emang bener-bener belum berubah. Masih tetap Playboy Cap Buaya Darat. Aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaan istri-istrinya sekarang. Jika mengetahui tingkahnya yang belum berhenti berpetualang untuk menahlukkan wanita incarannya. Dalam hati aku sempat berharap semoga apa yang dikatakan Lela tentang Johan tadi, semuanya tidak benar.
"Hai, Jenny. Ke sini sebentar." Lela melambaikan tangannya ke arah Jenny, yang duduk tak jauh dari kami. Jenny yang tengah asyik cekikikan bersama gengnya dulu, segera menoleh lalu bergegas mendatangi kami. Setelah cipika-cipiki, dia pun duduk di antara aku dan Lela.
"Ada apa, La?"
"Coba lihat hape kamu," pinta Lela, tanpa basa-basi. Jenny mengeluarkan Androidnya yang canggih, sepertinya keluaran terbaru.
"Mau apa?" Jenny sedikit bingung.
"Sini, aku pinjam sebentar, ya."
Tampak lincah jari-jemari Lela membuka akun facebooknya. Sejenak kemudian memperlihatkan dan membacakan status terakhir Johan sebelum acara reuni ini. Isi postingan itu, mencurahkan perasaan kekaguman dan kerinduannya kepada seseorang yang pernah membuatnya jatuh cinta, dan seseorang itu adalah teman sekelasnya dulu. Dia menyebut namanya sebagai Edelweiss. Sempat terlihat olehku foto selfie Johan dengan hampir mencapai dua ribuan like. Semuanya rata-rata dari akun kaum Hawa. Aku menghela napas. Sesak. Wajah bening itu masih seperti yang dulu, bahkan semakin tampan kurasa.
"Tuh, kan, nggak percaya. Dia tengah mencari cinta pertamanya, kalee." Lela berkata penuh semangat.
"Iya, betul. Aku selalu mantengin statusnya. Kayaknya do'i lagi galau, tuh!" Jenny menimpali tak kalah seru.
"Eh, tapi ngomong-ngomong siapa perempuan yang disebut Edelweiss itu, ya? Secara di kelas kita nggak ada yang bernama Edelweiss, kecuali mendekati ...?" Jenny menggantungkan kalimatnya, seperti tengah berpikir keras. Bola matanya berputar liar, bagai detektif dadakan versi Emak-emak militan. Maklum, di kelas kami dulu, Jenny memang terkenal paling ember dan biang gosip. Dia selalu punya berita tentang apa saja yang lagi ngetren. Termasuk semua gosip-gosip panas tentang Johan. Seperti biasa aku hanya menyimak dalam diam. Menyembunyikan perasaanku yang tak menentu. Apakah ini cemburu? Entahlah. Aku tak ingin mengenali perasaanku lebih jauh. Apalagi sekarang aku sudah bersuami. Wajib bagiku untuk menutup semua celah sekecil apapun jendela di hatiku untuk lelaki lain. Itu tekadku.
"Kecuali mendekati ... apa Jenny?" tanya Lela semakin penasaran.
"Mendekati ke arah nama sebuah bunga ... ah ya bunga! Tak salah lagi. Jangan-jangan Edelweiss itu, kamu Mawar. Karena namamu menyebutkan sebuah nama bunga, ya, nggak?" Jenny menunjukku. Jantungku serasa melompat mendengar tebakannya barusan.
"Iya, bisa jadi. Rasanya di kelas kita dulu yang belum pernah dipacari Johan, di antaranya Mawar. Apalagi Mawar cantik, pendiam, pintar dan selalu juara lagi. Ya, kan?" tambah Lela. Sekonyong-konyong mereka berdua memandangku dengan tatapan menyelidik. Seakan hendak mencari kebenaran. Nyaliku langsung menciut. Wajahku memanas, entah karena malu atau marah. Kepalaku jadi berdenyut mendengar pembicaraan yang semakin ngawur dan nggak jelas begini.
"Nggak mungkinlah. Aku sama dia kan selalu musuhan. Bahkan kami tak pernah saling bertegur sapa, juga sering buang muka jika berjumpa," bantahku sedikit gugup. Apa yang aku katakan memang begitu kenyataannya. Aku dan Johan tak pernah berteman. Lagi pula jika Johan menyukaiku, pasti dia akan mendekatiku, bukan malah memusuhi dan menjauhiku. Beberapa saat kemudian, kami bertiga terdiam. Asyik dengan pikiran masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
nobita
benar ini sesuai dg kisah nyata.. riilll.. biasanya setelah reunian... saling bertukar nomor ponsel... trs cattingan... curhat... nyaman dg teman lama... merasa di perhatian... trs mengabaikan rumah tangganya... lalu bercerai... seperti itu menurutku.. aah jd curhat thor
2023-06-20
0
Watilaras
aku lik fav dlu...nanti baru baca bab per bab... semangat lagi kak..baru 1 novel y 🥰🥰🥰 ayo semangat
2021-10-19
0
Soni Handoko
kalo aq nggak pernh mau reunian. dlu pernh suami mau ngajak renuian tp aq nggk mau krna mantan ny juga psti dtg krna merka satu kelas dlu ku bilang sm suami nanti temn2 mu psti bahas masa kalian ujung2ny qt bertengkar n q emosi.
2021-06-29
0