Menikahi Mantan Playboy

Menikahi Mantan Playboy

Bab 1 Aku Mencintaimu Dunia Akhirat

Sore selepas pulang dari tempat kerja, terlihat suamiku tengah asyik membaca koran di ruang tengah. Mendapatinya tengah duduk santai melepas lelah, terbersit niat untuk mengutarakan rencana yang telah kususun dengan matang. Namun sebelum itu, terlebih dahulu kuseduhkan kopi tak lupa sepiring gorengan sebagai penghangat suasana. Setelah semua siap sedia, perlahan aku pun duduk mendekati. Meletakkan hidangan kesukaan di hadapannya. Lama kupandangi wajah teduh yang telah menemaniku lima tahun terakhir ini. Aku merasa seperti perempuan yang paling beruntung di dunia. Bisa memiliki lelaki sholeh seperti dia. Menyadari sedari tadi aku terus menatapnya, Mas Han tersenyum nakal sambil menggoda.

"Ada apa dari tadi lihatin aku terus?" Dia bertanya seraya melirik sekilas. Seketika aku gelapan. Entah harus dari mana hendak memulainya. Aku takut nanti Mas Han tidak setuju dengan rencanaku. Akan tetapi di sisi lain, aku sudah terlanjur berjanji akan menghadiri acara reuni. Melihat Mas Han terus menatapku seakan minta penjelasan, akhirnya kuberanikan diri untuk bersuara.

“Mas, aku boleh ikut acara reuni SMA, nggak?" Aku bertanya pelan. Mas Han terdiam sesaat, menatapku lekat. Kemudian menurunkan kacamatanya sesenti. Terlihat air mukanya berubah serius, seolah hendak mengukur seberapa kuat keinginanku. Namun sedetik kemudian senyumnya kembali terkembang.

"Aku boleh ikut, nggak?" Mas Han bertanya tiba-tiba, setelah keheningan menyelimuti kami berdua.

"Sayangnya panitia melarang kami membawa pasangan atau keluarga, Mas. Alasannya supaya kami fokus saja ke agenda acara, tanpa perlu sibuk memperkenalkan dan mengurusi keluarga masing-masing. Dan ... kami semua sudah terlanjur menyepakatinya, Mas." Aku menekuri lantai sambil meremas jemariku, sedikit gugup. Entahlah aku tidak tahu, apakah suamiku merelakan kepergianku tanpa dirinya kali ini. Karena selama ini, Mas Han selalu menemaniku ke mana pun aku pergi. Selain karena merasa bertanggungjawab melindungi, dia juga sepertinya tak ingin melepasku seorang diri. Jadi aku sedikit memahami dan memaklumi jika nanti dia tak merestui rencana reuni.

Seketika Mas Han berdehem pelan, seperti tengah memikirkan sesuatu. Mungkinkah Mas Han sedikit merasa khawatir dengan kisah-kisah cinta lama bersemi kembali setelah reuni? Tak sedikit yang kudengar berujung perselingkuhan dan perceraian. Sejenak perasaan gamang menyergap menanti jawaban darinya.

Mas Han menurunkan koran yang sedari tadi dibacanya, meletakkannya di meja. Dia menggeser duduknya mendekatiku.

"Kamu yakin mau pergi sendiri, Dek?" tanyanya kemudian, melingkarkan lengannya di bahuku.

Aku mengangguk dan menatapnya penuh harap. Lagi-lagi Mas Han terdiam sebentar, namun sedetik kemudian senyumnya pun mulai mengembang. Membuat hatiku membuncah bahagia. Akhirnya hasrat untuk bercengkerama dengan teman lama akan segera terwujud.

"Baiklah, kamu boleh ikut reunian."

"Beneran, Mas?"

"Tapi kamu harus pandai-pandai membawa diri, ya, Dek. Ingat, kamu sekarang bukanlah Mawar yang pernah mereka kenal dulu. Kamu telah bersuami, dan sekarang ini sudah menjadi Nyonya Handoko, oke?"

Aku tersenyum mengiyakan, lalu memberikan kecupan sayang di pipinya. Sebagai tanda terimakasih, karena telah mengizinkanku untuk menghadiri seorang diri acara reuni nanti.

--------

Esoknya, sebelum berangkat untuk menghadiri acara reuni. Aku mematut diri di depan cermin, menyapukan bedak tipis-tipis, tanpa Make Up, tanpa lisptik. Selanjutnya merapikan jilbab, kemudian berputar ke kiri dan ke kanan. Memastikan penampilan. Sebagai seorang perempuan sudah sewajarnya untuk selalu tampil sempurna. Asalkan tidak berlebihan atau terlihat mencolok di pandang mata. Terakhir kuteliti lagi, apakah padu padan warna jilbab dan gamisku sudah serasi. Setelah yakin penampilanku dirasa pas, dan tidak terlalu mencolok, aku pun menyudahi kegiatan berhias.

"Bagaimana, Dek. Udah siap?" Mas Han mengedipkan matanya seraya bersuit-suit kecil menggodaku. Aku tersipu malu. Rupanya sedari tadi ada sepasang mata penuh cinta yang memperhatikan setiap gerak-gerikku. Suamiku itu, berdiri di bingkai pintu seraya melipat kedua tangannya di dada. Memindaiku dari ujung kepala hingga kaki. Terlihat senyum bangga terukir di bibir tipisnya.

"Udah, Mas. Yok kita berangkat, entar telat loh," rajukku manja, segera menggandeng lengannya menuju garasi mobil.

Dalam perjalanan Mas Han lebih banyak diam. Sementara aku sibuk mereka-reka bagaimana pertemuan kami nanti dengan sesama teman lama. Seperti apakah sosok mereka sekarang? Meski ada beberapa teman yang rajin selfie di facebook atau Instagram, tapi tetap saja tidak merasa puas jika tidak bertemu langsung dengan mereka. Kudengar kabar beberapa temanku sudah sukses di bisnisnya masing-masing. Ada beberapa juga yang sudah diangkat menjadi PNS. Dan Johan ketua panitia acara reuni kali ini, juga sudah melebarkan jaringan bisnis kulinernya di seluruh Indonesia. Hebat! Pikirku, tersenyum sendiri. Mengingat nama itu, entah kenapa hatiku kembali berdesir aneh.

Sosoknya yang rupawan kembali terbayang. Wajahnya yang bagai pinang dibelah dua dengan Amir Khan aktor Bollywood yang sedang tenar saat itu. Membuat para gadis tergila-gila dan berlomba ingin mendekatinya. Hampir semua gadis 'papan atas' di sekolah pernah menjadi pacarnya. Mungkin hanya beberapa gadis lugu sepertiku yang tidak berani dekat dengan sosoknya yang jumawa. Entah kenapa jantungku selalu berdebar tak menentu bila tak sengaja bertatapan dengan Mata Elangnya. 

Perasaan gugup dan salah tingkah jika berdekatan, membuatku seolah jadi menjaga jarak dengan Johan. Tersebab aku tak ingin terlihat bodoh di depannya. Sehingga terpaksa selalu menghindar, dan tak ingin bersenda gurau layaknya teman sekelas. Walau bagaimanapun aku selalu menduduki peringkat pertama di kelas. Sedangkan Johan, selalu diperingkat kedua setelahku. Mungkin sikap jaga image inilah yang membentengiku untuk tidak terlihat lemah di depannya. 'Perang Dingin' antara aku dan Johan terus berlanjut hingga tamat SMA. Selepas itu kami melanjutkan pendidikan di Universitas yang berbeda kota.

Dan nanti siapa sangka kami akan kembali berjumpa. Entah bagaimana reaksinya saat bertemu denganku. Apakah dia akan pura-pura tidak mengenali? Ataukah bersikap seolah aku tiada di antara semua teman-teman sebaya. Aku sendiri juga tidak terlalu mempersiapkan diri, bagaimana sikapku nanti saat bertemu lagi. Semoga saja rasa gugup dan salah tingkah itu telah sirna. Mengingat aku sekarang sudah menjadi istri lelaki lain. Tidak ada alasan bagiku untuk bersikap konyol seperti dulu. Lagi pula aku meyakini, lelaki tampan selevel Johan, sekarang ini pasti sudah memiliki seorang istri. Jadi, pasti dia akan bertindak biasa saja, sama seperti dengan teman-teman yang lainnya. Memikirkan hal itu, tanpa sadar aku menarik napas lega, dan berharap acara reuni nanti berjalan lancar dan menyenangkan semua orang.

Kulirik Mas Han yang masih fokus menatap jalanan. Sepertinya dia tidak bersemangat untuk memulai percakapan. Seperti ada sesuatu yang sedang dia pendam. Aku pun tak ingin mengusiknya, kemudian merusak perasaan bahagia yang kini tengah bersemayam di jiwaku. Tersebab sebentar lagi aku akan bertemu dengan teman-teman sekelasku sewaktu di SMA.

Terpopuler

Comments

nobita

nobita

aku mampir... awal yg menarik

2023-06-20

0

Watilaras

Watilaras

hi kk

2021-10-19

1

Zezen

Zezen

mampir Thor

2021-07-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!