Lima

Violita berniat untuk duduk di depan saat ia melihat Om Aldrick sudah duduk di kursi belakang. namun sayang sebuah kotak dengan ukuran besar sudah bertengger di kursi samping kemudi itu.

Violita berdiri termangu di samping mobil. Ia bimbang untuk memutuskan masuk dan duduk di samping Om Aldrick.

Kaca mobil tiba-tiba terbuka

"Masuk!"

Violita terlonjak mendengar ucapan Om Aldrick yang singkat padat dan menakutkan itu. Dengan gemetar Violita membuka pintu dan duduk di samping Om Aldrick.

"Maaf ya mbak, ini barangnya ngga bisa di tarok di bagasi"

Entah apa alasannya Violita hanya mengangguk tak berani mengeluarkan pertanyaan apapun.

Mobil sudah mulai berjalan meninggalkan perkebunan, Violita menoleh keluar, tubuhnya masih saja bergetar dengan posisinya saat ini.

Violita merogoh tasnya saat terdengar nada panggilan di ponsel itu. Mata Violita terbelalak saat melihat nomor yang tertera, Tanpa nama namun Violita tau dengan jelas itu nomor siapa.

Ia segera mematikan panggilan tersebut dan memasukkan kembali ke dalam tasnya. Suasana hati yang memang sedang kacau ditambah lagi adanya panggilan dari seseorang yang tak diharapkan membuat perasaan Violita semakin berantakan.

Om Aldrick menoleh sekilas, ia menangkap kesenduan yang tiba-tiba dari wajah Violita. Tatapan gadis itu nampak menerawang jauh.

Ponsel Violita kembali berbunyi, namun gadis itu tak bergeming. Mungkin karena melamun gadis itu tak menyadari ada panggilan pada ponselnya.

"Angkat telfonnya atau nonaktifkan ponsel kamu kalau tidak ingin mengangkatnya."

Ajaib sekali, suara Om Aldrick memiliki magnet tersendiri. mampu menarik Violita yang sedang berada dalam lamunan kembali ke dunia nyata.

"Maaf"

Violita segera merogoh tasnya, nomor itu lagi. Kenapa setelah hampir 6 bulan berlalu Ia kembali menghubungi?

Seseorang yang membuatnya terpuruk dan terluka teramat dalam.

Setelah susah payah berhasil keluar dari kesedihan yang kelam seseorang itu kembali mengusik dirinya. Fikiran-fikiran itu kembali menarik Violita pada lamunan hingga membuat pria di sampingnya mengeram kesal. Ia merebut ponsel dari tangan Violita dan mematikannya.

"Suara ponsel kamu sangat mengganggu. Bisakah jangan membuat saya selalu kesal"

Om Aldrick meraih tangan Violita dan meletakkan kembali ponsel gadis itu.

Deg!

Hanya disentuh seperti ini saja sudah membuat hati Violita bergetar. Sedahsayat itu kah pesona Om Aldrick di matanya?

Bahkan pipi gadis itu merona merah. ia segera memalingkan wajahnya dan menatap ke luar jendela untuk menghindari agar Aldrick tak menyadari pwrubahan wajahnya.

Panggilan ke tiga kembali terdengar, Violita mengumpat di dalam hati. Jika saja sedang sendiri dan tidak ada Om Aldrick di sini mungkin Violita sudah memaki seseorang yang masih keukeh mengganggunya.

"Hallo... "

Akhirnya gadis itu mengangkat telfonnya.

"Hallo Leta, kenapa lama sekali mengangkatnya?"

Violita mencebik sinis, tak berniat menjawab.

sekilas Aldrick melirik gadis di sebelahnya yang tampak tidak nyaman berbicara dengan sesorang di telfon.

"Leta, kenapa diam saja. bisakah kita bertemu?"

"Tidak bisa. Aku tidak punya waktu"

Ucap Violita dengan dingin.

"Oh Ayolah Leta jangan seperti ini, Aku kangen kamu Leta"

Suara seseorang itu terdengar penuh harap.

"Jangan ganggu aku lagi Daff. Aku rasa sudah tidak adalagi urusan diantara kita. Semuanya sudah selesai"

Violeta mematikan telfon dan menonaktifkan ponselnya. Ia memasukkan kembali ke dalam tasnya. Matanya tiba-tiba terasa perih.

'Oh ayolah air mata bodoh, jangan keluar disaat yang sangat tidak tepat seperti ini'

Violita mendongakkan kepalanya menahan laju air mata yang hampir saja berloncatan. Ia tidak ingin om Aldrick semakin kesal padanya dengan larut dalam perasaan dijam kerja seperti ini.

"Kalau ingin menangis silahkan saja. Jangan menyiksa diri dengan menahannya. Sedih dan kecewa itu manusiawi. Tapi jangan berharap saya atau pak Tian akan menghiburmu atau memberikan pundak untuk tangisanmu. Menangislah sendiri, nikmatilah tapi ingat jangan bersuara agar tidak mengganggu saya dan pak Tian" Om Aldrick melemparkan tatapan sini

Violita melongo, tidak hanya karena ucapan Om Aldrick yang awalnya seolah peduli namun menyebalkan di akhir kalimat namun juga karena ini pertama kalinya Om Aldrick berbicara panjang lebar padanya.

"Aku nggak sedih ataupun kecewa om. aku biasa aja. nggak pengen nangis juga"

Air mata yang sebelumnya sudah dipelupuk mata seolah tertarik kembali ke dalam mendengar ucapan om Aldrick barusan.

Om Aldrick tak menjawab. Ia kembali fokus pada gadgetnya.

'Huh kalo batu tetap aja batu'

Gerutu Violita saat Om Aldrick kembali pada mode bisunya.

1 Jam sudah berlalu, masih tersisa 2 jam perjalanan lagi. Penat dan mengantuk yang sejak tadi ia coba tahan akhirnya membawa gadis itu ke dalam lelap.

*****

"Apa kamu masih ada hubungan kekerabatan dengan kerbau?"

Violita yang baru terbangun dari tidurnya mengernyit bingung mendapatkan pertanyaan yang tiba-tiba dari Om Aldrick.

"Mak-sud Om?"

"Hampir 20 menit pak Tian memanggil dan mencoba membangunkan kamu tapi sama sekali tidak berhasil. dasar gadis ceroboh, bagaimana kalau ada yang macam-macam saat kamu tertidur jika tidurmu seperti orang mati."

Kenapa pria irit bicara ini tiba-gmtiba berubah sedikit cerewet? meski nada suaranya tetap sama, dingin, datar dan menusuk

"Tidurpun tidak tau tempat, Gadis aneh, bahkan bisa tertidur di dalam bathtub yang berisi air di dalam kamar mandi milik seorang pria"

Blush! wajah Violita memerah seketika saat Om Aldrick menyinggung tragedi kamar mandi. Ingatan kejadian itu mengusik dirinya, membuat ia kembali sangat tidak nyaman berada di dekat pria ini.

'Ilmu transparan datanglah, aku ingin lari dari hadapan laki-laki ini"

Violita merengek di dalam hati.

"Ayo turun, waktu saya sudah banyak terbuang sia-sia hanya untuk menunggu kamu bangun, jangan ditambah lagi dengan lamunan"

Terdengar suara pintu yang dibuka, tanpa sempat melihat dan merapikan penampilannya Violita bergegas menyusul agar tidak memancing kemarahan Om Aldrick. Bodo amat tentang muka bantal ataupun muka berminyak, saatnya menjadi asisten cekatan yang bisa diandalkan untuk menarik perhatian Om Aldrick. Violita tersenyum tipis dan mengikuti langkah panjang sang pria tampan.

Bruk!!

Violita yang berjalan di belakang Aldrick tak dapat menghindar, tubuhnya menubruk punggung Aldrick yang berhenti tiba-tiba. Violita melangkah ke samping untuk melihat apa yang membuat pria itu berhenti

Ternyata ada seorang wanita cantik dengan penampilan elegan sedang tersenyum manis ke arah Aldrick. Namun sangat berbeda dengan Aldrick yang menampilkan ekspresi dan tatapan penuh luka serta amarah. Sorot mata Aldrick menyiratkan kekecewaan mendalam.

"Aldrick..."

Wanita itu menyapa dengan lembut, Namun Tanpa Violita duga Om Aldrik menggenggam tangan Gadis itu dan menariknya untuk segera memasuki supermarket pertama yang mereka kunjungi hari ini. Aldrick sama sekali tidak menjawab sapaan wanita di depannya.

'Mungkinkah wanita itu penyebab sikap dingin om Aldrick?'

Pertanyaan itu memenuhi benak Violita.

Terpopuler

Comments

nha_82

nha_82

suka ceritanya😁

2022-04-22

0

Anugrah Galuh Fitriana

Anugrah Galuh Fitriana

pedesnya mulutmu melebihi pedes cabe setan om😁😁😁😁

2021-12-06

1

Danendra Faiz

Danendra Faiz

wkwkwk si vio di samain sm kerbau🤭

2021-11-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!