Empat

Amira makan malam hanya berdua dengan Om Aldrick. Violita tak sanggup untuk bertemu Om Aldrick setelah apa yang terjadi. ia memutuskan untuk tetap berada di kamar meski Amira memaksanya.

"Om, tadi saking capeknya Violita nggak sadar kalau dia salah masuk kamar mandi. Anaknya emang suka kayak gitu om pelupa parah. Tapi dia baik kok Om nggak akan macam-macam. tadi kamar mandi yang di kamar Amira yang pakai. Makanya Violita niatnya ke kamar mandi dapur nggak taunya nyasar ke kamar Om"

Aldrick menatap Amira sekilas kemudian menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Sejak awal Om sudah bisa menilai teman kamu itu aneh dan pengacau"

"Maafin Violita om. Dia juga uda nyesel dan malu banget om sampe nggak berani keluar kamar"

Om Aldrick tersenyum sinis.

"Salah sendiri ceroboh"

Amira hanya diam tak berminat untuk kembali berbicara. takut akan memancing kemarahan adik dari ibunya itu. Om Aldrick adalah Saudara ibunya yang paling misterius. Amira tidak terlalu berani dengan Omnya tersebut.

"Om duluan"

Om Aldrick melangkah menuju kamarnya. Melihat Om Aldrick telah menghilang dibalik pintu kamar, Amira bernajak menuju kamar berniat untuk memanggil Violita.

"Ta ayo makan dulu, Om Aldrick uda masuk kamarnya"

Violita yang sejak tadi hanya memainkan ponselnya mendongak ke arah Amira.

"Kalau tiba-tiba om Aldrick keluar lagi gimana?"

"Ya ampun ta, masa mau kucing-kucingan mulu kayak gini. cepat atau lambat kalian pasti akan bertemu kok. kita tinggal serumah dan berada di tempat kerja yang sama"

"Akutu malu banget Ra, coba aja aku punya ilmu tembus pandang, pasti bisa aku pake biar Om Aldrick nggak bisa lihat aku"

Violita meremas rambutnya frustasi.

"Uda lah, makan yuk nanti keburu dingin. makanan aku juga belum abis"

Amira menarik tangan Violita, mau tak mau gadis itu mengikuti langkah sahabatnya tersebut.

Violita melihat ke seluruh ruangan, ia bernafas lega saat tak melihat keberadaan Om Aldrick. langkahnya terasa lebih ringan menuju meja makan. ia sudah tidak sabar untuk mengisi perutnya yang sudah berontak sejak tadi.

****

Hari ini Violita mengenakan celana bahan warna hitam dengan kemeja putih. ia mematut diri di cermin, rambut ia biarkan tergerai hanya saja ia menambahkan jepit rambut di sisi kiri dan kanan agar tampak rapi dan tidak menutupi wajahnya saat terkena angin.

"Uda kayak anak magang beneran pakai hitam putih"

Amira menahan gelak tawanya melihat penampilan Violita.

"Lah emang kita anak magang boongan?"

Violita mengusapkan lipstick ke bibirnya. Amira terbelalak saat sahabatnya memakai lipstick merah menyala. hal yang tidak pernah gadis lakukan selama ini.

"Ta, nggak salah lipstick kamu?"

Violita menggeleng

"Pengen ganti suasana, sekalian jaga-jaga. siapa tau ketemu Om Aldrick nggak keliatan pucat kalo lipsticknya merah gini jadi Om Aldrick nggak tau kalo aku tu gugup gara-gara kemaren"

wajah gadis itu kembali merona saat ingat kejadian memalukan yang menimpa dirinya. Amira menggelengkan kepalanya, tak habis fikir dengan pemikiran nyeleneh sahabatnya itu.

"Ra aku nggak berangkat aja ya, bilangin aku sakit gitu"

Nyali gadis itu menciut saat kembali mengingat tragedi kamar mandi kemaren sore.

"Sampai kapan mau ngehindar? uda ah kayak anak kecil. ayok berangkat"

Amira meraih tas selempangnya kemudian berjalan ke arah pintu. dengan lesu Violita mengikuti Amira. ia merapalkan doa tanpa suara semoga sampai tiga bulan ke depan dirinya tidak berjumpa Om Aldrick.

'Kirim ke luar kota aja Om Aldricknya ya Tuhan, buat kerjaannya nggak beres-beres hingga tiga bulan ke depan'

Batin Violita penuh harap.

"Dari tadi mulutnya komat kamit ngapain?"

"Berdoa semoga nggak ketemu Om Aldrick"

Jawab Violita santai. Amira terkekeh namun merasa kasihan melihat sahabatnya sangat tertekan.

Baru saja tiba asisten Om Aldrick meminta Amira ke ruangan Om Aldrick, Gadis itu segera menuju ruangan Omnya sementara Violita menuju ruangan mereka.

"Ada apa om?" tanya Amira saat sudah berada di hadapan Aldrick.

"Hari ini temenin om ke kota. Bawa catatan pengiriman sayuran organik kemaren. kita harus mengecek kesesuaiannya"

Yang biasa bertugas melakukan itu sedang izin karena anaknya sedang sakit. Sementara asistennya setelah memanggil Amira langsung pulang karena mendapatkan telfon istrinya akan melahirkan. Aldrick tidak mungkin menahan asistennya meskipun ia akan menuruti semua perintah Aldrick.

"Om maaf sebelumnya. tapi Amira kurang sehat om lagi nggak bisa perjalanan jauh"

Hari ini siklus Amira sedang datang, tubuhnya selalu tidak bersahabat saat kedatangan jadwal bulanannya itu.

Aldrick mengerutkan keningnya. Akan sangat merepotkan jika pergi sendiri.

"Om bisa ajak Violita. dia cekatan orangnya"

Usul Amira. meski di dalam hati ia yakin omnya akan menolak begitupun dengan Violita.

"Lebih baik om pergi sendiri daripada harus bersama gadis ceroboh itu"

"Tapi om pasti sangat kerepotan kalau sendirian om"

Aldrick nampak sedikit berfikir.

"Baiklah, suruh dia menghadap ke sini"

Amira menganggukkan kepalanya dan undur diri dafi hadapan Aldrick.

"Violita, dipanggil ke ruangan om Aldrick"

Ucap Amira sambil menahan tawa

"Nggak lucu Ra"

"Eh serius. buruan sebelum taring om Aldrick keluar"

wajah Violita memucat seketika.

"Yang bener Ra? apa doa aku kurang khusyuk ya Ra makanya nggak dikabulin"

Amira mengedikkan bahunya santai,

Dengan tubuh bergetar Violita berjalan menuju ruangan orang yang dihindarinya itu. Ia masuk setrelah dipersilahkan ketika ia mengetuk pintu. Violita menundukkan kepalanya saat sudah berada di depan meja Aldrick. tak ada suara yang keluar, Violita terlalu malu dan takut

"Temani saya ke kota, siapkan catatan pengiriman barang kemaren, bawa pakaian karena kita akan menginap. 1 jam lagi kita berangkat. sekarang silahkan keluar"

Violita yang masih tercengan denga apa yang ia dengar langsung beranjak dari ruangan itu. Otaknya sibuk berfikir mencerna kata demi kata yang keluar dari mulut om Aldrick.

"Apa?!! ke kota bareng Om Aldrick? menginap?"

Violita terduduk dikursi saat telah menyadari perintah Aldrick. doanya benar-benar tidak terkabulkan. tidak hanya bertemu ia akan melakukan perjalanan dengan pria itu, itu artinya mereka akan selalu berdekatan. ah andai saja tragedi kamar mandi itu tidak terjadi ini akan menyenangkan baginya. kesempatan besar untuk mendekati pria yang diam-diam sudah menarik perhatiannya itu.

Violita menuju ruangannya dan Amira dengan langkah tergesa.

'Ra bantuin aku please, kamu aja yang berangkat bareng om Aldrick. aku nggak sanggup"

Violita bersujud meletakkan keningnya di pangkuan Amira.

"Duh Ta kamu tau sendiri kan kondisi aku kalo lagi dapet? bukannya aku nggak mau bantuin kamu"

Violita kembali terduduk lesu, ia sangat paham kondisi Amira yang bahkan pernah pingsan karena terlalu capek pada saat menstruasi. Jadi tidak ada jalan lain mau tidak mau ia harus ikut Om Aldrick.

"Aku siapin berkasnya kamu pulang aja siapin pakaian"

Ucap Amira sambil mengelus pundak sahabatnya. berharap bisa memberikan sedikit kekuatan

Terpopuler

Comments

Anugrah Galuh Fitriana

Anugrah Galuh Fitriana

hehe apa yg akan terjadi yaa😁

2021-12-06

1

mawar bodas

mawar bodas

mngindar terus ahirnya ketemu terus...ta..😅

2021-05-15

2

Siti Aisyah

Siti Aisyah

lanjut

2020-11-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!