"Kayaknya harus berangkat sekarang deh ntar gue telat buat menjemput Tania." Ia mengambil tasnya lalu keluar dari kamarnya.
"Gue capek banget sumpah antar jemput kayak tukang ojek aja ke rumah Tania. Kalau bukan masalah taruhan gue nggak mau dan ogah banget." Aroma parfum Mario tercium begitu pekat sekali di baju seragam sekolahnya.
"Mah, pah aku berangkat dulu ya." Sebelum berangkat ia berpamitan terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya bersalaman. Ini adalah sesuatu hal yang langka yang membuat kedua orang tuanya tercengang dengan sifat atau sikap dari Mario yang selama ini tidak pernah ia lakukan sebagai seorang anak.
"Tumben banget kamu salaman sama papah dan mamah."
"Nggak papa kok mah, pah ternyata pabrikan sama kedua orangtua itu bisa bikin kita lega ketika kita berangkat dan ke sekolah. Ya udah kalau gitu aku berangkat dulu ya assalamua'laikum." Mereka mengantarkan Mario ke depan dan melambaikan tangan seperti orang tua yang ada di adegankan di dalam sinetron.
"Papah nggak nyangka ternyata Mario bisa juga sopan santun kayak gini semoga seterusnya ya mah."
"Iya pah semoga anak kita bisa selalu jadi anak yang sopan santun." Raut mama yang bahagia sekali ketika Mario udah mulai berubah sedikit demi sedikit tanpa ada paksaan sama sekali.
---
Tania merasa panik dan sesekali ia mengintip ke arah jendela ya takut sekali kalau misalkan Mario menjemputnya karena dalam lubuk hati yang paling dalam lagi pengen berangkat sama papa dianterin pakai motor bututnya. Ternyata dugaannya benar Mario pun datang yang bertengger disambut hangat oleh mama yang menyapu halaman di depan rumah karena ranting ranting dan dedaunan yang kering sudah turun dari pohonnya. Mario mengapa mama dengan mengucapkan salam dan mamaku menyambut dengan hangat menyuruhnya untuk duduk di dalam rumah seperti biasa.
Tak ada kecanggungan lagi di antara mereka berdua karena ini udah ketiga kalinya mereka berangkat bareng ke sekolah walaupun masih ada canggung sedikit tapi masih wajar daripada pertama kali ketemu lebih dekat dan pertama kali berangkat bareng ke sekolah atau pulang bareng. Sampai detik ini Tania tidak menyangka bisa berangkat bareng dengan Mario karena seperti yang ia tahu selalu dan selalu itu adalah sosok yang arogan yang menempel di pikirannya. Ya walaupun Tania tahu setiap manusia bisa berubah kapanpun dan dimanapun jika ia menghendaki tapi rasanya dangkal sekali untuk Mario berubah.
"Makasih banyak ya udah anterin untuk kesekian kalinya bareng ke sekolah."
"Ya sama-sama nanti boleh kan kita belajar bareng seperti apa yang nggak pernah nanyain ke lo itu?"
"Iya boleh kok." Tania melangkah lebih dulu menuju ke arah kelas. Walaupun mereka sudah mulai mendekat tapi dia tetap menjaga jarak kepada Mario agar tidak salah paham bagi orang-orang yang melihatnya.
Sorot mata Vita mengarah ke arah Tania. Rupanya dari tadi ia memperhatikan Mario mengobrol dengannya bahkan berangkat bareng padahal tidak ada urusan sama sekali karena mereka udah tidak ada hubungan sama tapi tetap saja tidak enak hati kepada Vita yang merupakan mantan Mario.
"Lo bareng sama Mario ya?"
"Iya dia jemput gue."
Dan ia pun mengambil sapu yang ada di pojokan karena hari ini ya kena giliran piket di kelas.
5 menit sebelum mata pelajaran akan dimulai tiba-tiba kita menunggu sikut Tania dengan cepat. Iya menggerutu mengatakan sesuatu kepada Tania kalau misalkan tani yang masih dekat dekat dengan Mario maka ia tak segan-segan untuk melakukan sesuatu hal yang jauh lebih ekstrem. Kami hanya bisa diam saja sedangkan Sekar mengepal kedua tangannya gemas dengan sikap Tania yang hanya diam. Ia tahu diam itu adalah emas namun apabila diam saja tak ada perlawanan sama sekali maka dari itu Tania akan terus di-bully dan injak-injak harga dirinya. "Seharusnya lo lawan dia ngapain lo diem aja!"
"Ini masih pagi nggak seharusnya kita bikin onar di sekolah atau di kelas."
-----
Ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakan sesuatu kepada Tania, sebelum Tania ke kantin bersama Sekar dan Giska. "Gue boleh ngomong sebentar sama Tania empat mata doang?" Ucapnya seperti itu memberikan kode agar mereka berdua pergi dan meninggalkan dirinya dan Tania.
Mereka berdua pun mengangguk suruhan dari Vita.
Vita sengaja mengajak Tania untuk bertemu ia ingin menyampaikan sesuatu kepada Tania tapi hanya empat mata saja ia tak ingin siapapun mendengarnya terlepas itu adalah kedua sahabat Tania sendiri. "Nggak usah deket-deket ya sama Mario, dia tuh nggak suka sama lo jadi lo jangan sok kegatelan sama dia!"
"Gue nggak deket kok sama dia, dia aja yang deketin sama gue!" Vita hanya bisa tersenyum dengan jawaban cewek cupu yang menurutnya tidak selevel dengannya.
"Awas aja ya kalau misalkan lo deket-deket sama dia, gue bakalan bikin hidup lo enggak tenang lihat aja entar."
"Vita ngapain ya ngobrol sama Tania?" Tak sengaja Juan melihat Vita dan Tania sedang mengobrol ia pun semakin mendekat dan mendengarkan percakapan mereka berdua.
"Kayaknya ada yang gak beres deh sama Vita!" Dia membiarkan Vita dan Tania mengobrol sampai salah satu diantara mereka pergi.
Juan pun menghampiri dan langsung saja menanyakan kepada Tania. "Kalian tadi ngobrol apa?" Pertanyaan itu langsung to the point kepada Tania.
"Gak ngobrolin apa-apa kok? Ya udah kalau gitu gue ke kantin dulu ya."
"Oh ya udah."
Tania pun ke kantin meninggalkan Juan yang menanyakan apa yang ia lihat. "Kalau butuh apa-apa lo tinggal bilang aja ya ngomong sama gue, gue siap bantu!" Ucapnya yang membuatnya diam ia hanya bisa mengangguk sambil tersenyum.
***
Tania pun duduk diantara Sekar dan Giska.
"Gue tadi enggak sengaja melihat Tania sama Vita ngobrol berdua. Kira-kira mereka ngobrolin apa ya?"
"Emang lo nggak dengar mereka ngobrolin apa?" Tanya Mario kepada Juan. Dan jawaban hanya bisa menggeleng dengan pertanyaan Mario. Mereka bertiga hanya bisa melihat dari kejauhan antara Tania, Sekar dan Giska sedang asyik mengobrol, obrolan mereka sama sekali tak terdengar karena cukup ramai di kantin.
"Kalau aja dia ngebatalin atau ngerecokin rencana gue, gue nggak segan-segan buat bikin perhitungan sama dia!"
Sekar dan Giska hanya bisa saling tatap satu sama lain melihat Tania yang hanya diam saja dari tadi. "Lo kenapa sih kok tiba-tiba kayak diem gitu emang si Vita ngomong apa aja sama lo?"
"Cerita aja sama kita walaupun kita cupu kita bisa kok melawan harga diri kita kalau diinjak-injak!"
"Enggak kok dia ngomong kalau misalkan jangan deket-deket sama Mario. Soalnya atau kenapa dia marah-marah kayak gitu mungkin ini masih cinta kali sama dia. Gue kan baik karena Maria juga baik sama ini sama gue beberapa hari sih maksudnya!" Ralatnya dengan cepat.
"Makanya lo jangan terlalu dekat dekat sama Mario gue tahu sih maksudnya baik buat berteman sama siapa aja tapi kan pikiran orang beda-beda nggak bisa kita sama-sama fikiran kita yang pengen berteman sama siapapun." Nasihat Sekar kepada Tania. Ia pun hanya mengangguk nasehat sahabatnya itu.
"Lihat aja penampilan gue sekeren ini dibandingin diajarin sama Tania yang begitu ya beda jauh lah." Dengan percaya dirinya Vita mengatakan kalau misalkan Tania jauh dibawah standar penampilannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments