Mario pun langsung saja mengejar Tania di depan pintu gerbang. Tania terkejut sekali dengan kehadiran Mario ketua geng yang selama ini sangat populer di sekolah. "Lo pulang ya? Mau bareng enggak sama gue soalnya kebetulan motor gue nggak ada tumpangan?" Ia begitu grogi sekali ketika mengajak Tania padahal biasa saja.
"Maksud lo apa sih gue nggak ngerti sama sekali? Nggak salah nih ngajakin pulang bareng? Sepertinya lo salah orang gue duluan ya." Sahutnya yang menggeleng kepala seakan-akan Mario sedang bercanda. Tapi Mario tidak menyerah begitu saja ia pun mengajar Tania agar targetnya kali ini mengikuti kemauannya.
"Enggak kok gue gak bercanda gue serius, takut lo balik sama gue!" Dia menaikkan alisnya sedikit naik ke atas karena tak ada maksud apa-apa dan Tania pun mungkin menganggap itu adalah hal biasa dan karena bisa saja Mario berubah menjadi orang yang baik itulah pikiran saat ini di benak Tania.
"Ya udah deh gue mau pulang sama lo, tapi pas udah sampai langsung aja ya pulang." Dengan berpikir singkat Tania pun mengiyakan ajakan pulang bareng dengan Mario.
Mario pun senang sekali ketika mendengar sahutan dari Tania ya ini adalah awal untuk membuktikan kalau misalkan cewek cupu seperti Tania bisa dikelabui dan ia akan menang dari taruhan bersamanya. "Kayak gue dipikirnya gue nggak bisa apa untuk dapetin cewek cupu kayak gini gue bisa lah gue mah apapun bisa." Batinnya seperti itu.
Hampir kaum hawa yang ada di sekolahan pertemuan dengan cowok ganteng di sekolah mereka bisa bareng sama cewek seperti Tania. Sama sekali tak ada yang menyangka dan ini adalah kejadian nyata seperti gerhana bulan yang hanya datang beberapa tahun atau puluhan tahun kemudian. Bisik-bisik diantara mereka adalah hal yang sangat wajar karena ini adalah geng sekolah cowok tampan yang biasa pacaran sama cewek cantik yang sederajat dengan penampilannya itu yang membuat mereka tercengang. Apalagi seperti yang mereka tahu Mario sama sekali cowok yang pemilih dengan cewek yang cantik rata-rata yang jadi pacarnya adalah cewek-cewek cantik modis dan cewek-cewek yang yang sepadan di hadapannya atau di sampingnya. Awalnya Tania merasa risih tapi karena mungkin ia tidak berpikiran negatif tentang Mario apapun yang dilakukan nantinya kedepan ia santainya langsung saja naik ke motornya.
"Udah siap?" Motor pun dijalankan ketika Tania sudah menjawab siap.
"Nggak tadi mereka ngeliatin kita kayak gitu banget padahal mah pulang sekolah biasa aja ya boncengan."
"Ya iyalah gue kan pulang sama geng sekolah yang paling ganteng ya jelas mereka kayak kaget gitu sama cewek cupu kayak gue!"
"Lo gak usah kaku-kaku banget sama gue lo pasti kaget banget kan kalau misalkan gue ngajakin lo pulang bareng?" Ucap Mario yang mengendarai motornya.
"Tapi kenapa ya lo ngajakin gue pulang bareng padahal lo kan populer di sekolah?" Yes pertanyaan yang sangat bagus, ini adalah pertanyaan yang sangat wajar yang dilontarkan oleh Tania kepada Mario kenapa tiba-tiba bisa ngajakin pulang bareng padahal nggak ada angin nggak ada hujan mereka tidak pernah saling sapa satu sama lain bahkan melempar senyum satu sama lain aja tidak.
"Ya enggak papa gue pengen berubah aja menjadi yang lebih baik gue pengen belajar dan gue pengen lulus dengan yang orang tua gue harapkan sebentar lagi kan kita bakalan semester 2 gitu jadi gue pengen belajar dan kebetulan lo juga pintar mungkin aja kita bisa belajar bareng."
"Bener juga sih." Jawaban yang sangat singkat tapi mendominankan segalanya.
"Oh ya kapan-kapan gue boleh nggak ke rumah lo nanti? Soalnya gue pengen belajar aja gitu di rumah lo atau misalkan lo ke rumah gue aja buat belajar eh ngajarin gue maksudnya?"
"Boleh kok."
"Lo jangan sungkan-sungkan aja sama gue!"
"Tumben banget sih dia kayak gini!" Di dalam memori Tania bahwa Mario itu adalah sosok yang sangat cool tapi kenapa bisa seramah ini? Dan kenapa bisa saat ini kalau diajak ngobrol dan baru ia ketahui sekarang.
"Ini belok mana ya habis ini keasikan ngobrol nih kita jadi lupa deh rumah lo."
"Habis ini belok kanan terus berhenti di depan aja ya soalnya kalau misalkan masuk ke dalam rumah takutnya lo kaget dengan keadaan rumah gue."
"Kenapa jadi gue kaget emang rumah lo berhantu?"
"Rumah gue biasa aja dan sangat sederhana dan mungkin lo baru pertama kali melihat rumah yang paling biasa banget daripada rumah-rumah yang lo lihat selama ini." Bukannya untuk merendah tapi ini memang kenyataannya dan faktanya.
***
Sampailah di depan rumah Tania ia pun melepas helm yang sengaja Mario bawa dari rumah. "Oh ini rumah lo ya?"
"Iya ini rumah gue kenapa? Maaf ya kecil?"
"Ya nggak papa kok santai aja."
"Makasih banyak ya udah nganterin sampai rumah."
"Sama-sama." Sahut Mario. Melihat rumahnya saja ia begitu tak ingin menjadikannya sebagai pacarnya. Padahal yang dilihat bukan dari bentuk rumahnya atau semewah rumahnya tapi dari kepribadian dari orang tersebut. Penilaian Mario sungguhlah pilih-pilih bahkan untuk mengenal seseorang harus dari rumahnya dan penampilan seseorang tersebut sungguh egois dan tak masuk akal bukan? Bahkan ketika mengenal Vita pun Mario menilai dari sana makanya hubungan mereka waktu itu langgeng tapi sekarang malah bubar gitu aja dan Mario tidak belajar dari kegagalan yang kemarin bahwa cinta tidak berdasarkan dari rumah atau penampilan tapi cinta berdasarkan dari sesuatu hal yang mungkin tidak dilihat dari sudut pandangnya.
"Gue sama sekali nggak nyangka bisa pulang bareng sama Mario cowok geng sekolah yang selama ini gue kagumi." Batinnya dalam hati ternyata Mario tidak angkuh itu bahkan ketika tadi di motor mereka berbicara dengan bahasa-bahasa yang mungkin tidak disangka sebelumnya. Namun Vania tidak berbangga hati bisa saja ini hanya kebetulan dan hanya perubahan dari Mario itu sendiri selama ini yang dikenal sebagai cowok arogan dan hanya memilih milih teman. Ia pun masuk ke dalam rumah mengucapkan salam terlebih dahulu dan melepas sepatu dan kaos kaki menaruhnya ke pinggiran pintu atau di samping jendela. Ia pun masuk ke dalam rumah mengucapkan salam terlebih dahulu dan melepas sepatu dan kaos kaki menaruhnya ke pinggiran pintu atau di samping jendela.
"Kenapa kok wajahnya kayak senang banget gitu? Tadi mama kaya nggak denger suara motor udah? Siapa yang nganterin?" Tania terdiam sejenak ia tak mau mengatakan kalau misalkan ini diantar sama cowok bisa-bisa mama salah sangka.
"Enggak mah cuma teman. Mah aku masuk dulu ya ke kamar buat ganti baju udah gerah banget nih."
Kira-kira Tania cerita nggak ya sama kedua temannya atau sahabatnya? Mereka bakalan kaget dengan apa yang tanya ceritakan? Jangan lupa mampir di bab selanjutnya ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Hamba Allah
mampir Thor
2021-07-22
1