"Gue yakin banget kalo misalkan Tania itu senang banget gue jemput, soalnya kan biasanya cewek itu kayak gitu suka gengsi padahal senang banget kumpul sama cowok apalagi cowok yang ngejemput keren kayak gue gini." Mario dengan pedenya merapikan bajunya di depan cermin untuk menjemput Tania demi misi mengalahkan tantangan dari Kevin.
Kali ini ia berangkat jauh lebih awal karena sebelumnya ia harus menjemput Tania terlebih dahulu baru mereka berangkat bareng-bareng ke sekolah.
Sampai di meja makan ia pun langsung saja pergi begitu saja tanpa bersalaman sama sekali padahal kedua orang tuanya pun duduk di meja makan. Ini adalah kebiasaan yang tidak baik yang patut dicontoh. "Kamu nggak salaman dulu sama papah?"
"Udah telat nih mah aku berangkat dulu ya." Mama hanya bisa menggeleng dengan sikap anaknya yang tidak sopan seperti ini dan papah juga sudah enggan sekali menasehatinya karena hampir setiap hari terjadi dan terjadi lagi.
Suara motor terdengar dari luar Tania pun melirik gorden jendela ternyata orang yang ada di luar adalah Mario. Terkejut sekali kenapa tiba-tiba Mario di depan rumah padahal ia sama sekali tak menyuruhnya untuk minta jemput. Rupanya mama sudah membukakan pintu untuk Mario dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah untuk menunggu Tania. "Silahkan duduk Tania lagi di kamar buat siap-siap." Mario pun duduk di ruang tamu menunggu Tania.
Tania mengambil tasnya lalu keluar dari kamar membuka pintu gagang kamar tersebut. "Kok bisa ada di sini sih nggak kasih tahu dulu jemput?"
"Gimana mau kasih tahu gue aja enggak punya nomor lo? Bener kan gue enggak punya nomor?"
"Ya udah yuk berangkat. Mah berangkat dulu ya mah." Tania selalu diajarkan untuk bertatakrama kepada orang tuanya bahkan siapapun yang lebih tua darinya agar sopan santun ini terus dilestarikan kepada siapapun dan generasi selanjutnya dan ketika nanti ia menikah ia tidak canggung lagi untuk menjalankan sopan santun kepada orang tua dan hormat kepada orang tua yang telah melahirkan. Mario sama sekali tak pernah bersalaman kepada orang tuanya bahkan ketika mereka berdampingan atau bersebelahan sama sekali tak ada kebiasaan seperti ini padahal kebiasaan tersebut adalah kebiasaan yang sangat sederhana tapi makna yang sangat luar biasa Untuk dijalankan yang sangat jarang sekali untuk dilakukan di generasi sekarang ini.
"Ya udah ya tante kita berangkat dulu assalamua'laikum." Mama Tania mengantarkannya ke depan halaman.
***
Pagi ini begitu cerah sekali dan udara pun juga begitu sejuk sekali untuk dinikmati. "Kalau diam aja sih dari tadi nggak ngomong apa-apa emang gue patung apa di diemin?"
"Nggak kok nggak papa, gue cuma bingung aja kenapa sih cowok sekarang lo mau berteman sama gua yang cupu kayak gini?"
"Apaan sih nggak jelas banget nanya!" Lain dimulut lain dihati, kalau bukan urusan taruhan nggak akan pernah mungkin juga bisa ngejemput jauh-jauh dari sini.
"Sorry banget ya gue nggak kasih tahu lo dulu buat ke rumah lo soalnya gue kan enggak punya nomor lo."
"Iya nggak papa kok, kayaknya berhenti di sini aja deh enggak usah di depan pintu gerbang sekolah soalnya nggak enak aja sama temen-temen yang lain takutnya mereka salah sangka sama kita."
"Loh kenapa emang urusan mereka ini kan kita yang ngejalanin?"
"Ya udah lo ikutin aja gue ya gue nggak peduli mau mereka ngatain kek apa kek gue nggak peduli." Sahut Mario yang begitu santai sekali menanggapi ajakan dari Tania.
Ketika motor masuk kedalam pintu gerbang sekolah semua orang pasang mata tergigit sekali dengan kehadiran mereka berdua yang berangkat ke sekolah bareng di pagi hari ini. Mereka berbisik untuk menceritakan gosip yang sangat hangat untuk diperbincangkan. "Kok bisa ya mereka sedekat itu sekarang bukannya Mario itu ganteng banget apa gara-gara dia putus terus berubah jadi kayak gitu seleranya rendah banget sih beda banget sama cewek yang kemarin putus itu."
"Iya yah kok jadi kayak turun kamar gitu sih dia mau banget sama cewek cupu modern Tania."
Tania pun hanya bisa menjadi pendengar ia tak mau menggubris ucapan-ucapan mereka. "Ya udah kalau kayak gitu gue masuk dulu ya."
"Loh kok nggak bareng sama gue sih bentar dulu gue taruh dulu di parkiran. Lo bisa tunggu di sana di dekat pohonnya." Dia pun mengangguk menunggu di bawah pohon.
Jantung Tania berdegup lebih kencang sekali ia akan malu ketika motor Mario masuk ke dalam pintu gerbang sekolah bahkan pasti ada cibiran-cibiran dari kaum hawa yang ngata-ngatain dan tambah dibully pula. Menurutnya mereka berdua tuh beda kasta dan nggak akan pernah sama.
***
Kevin dan Juan melihat Mario yang sudah berani menjemput Tania ternyata misi itu dilaksanakan dan tak main-main oleh Mario sendiri. "Berani juga ya Mario buat ngedeketin si cewek cupu itu."
"Ya iyalah dia berani dia mah ngelakuin apapun berani. Lo aja yang nantangin aku yakin dia bakalan dapetin Tania dengan cepat."
"Buset udah maju aja nih 1 langkah. Berani juga ya lo jemput dia ke rumahnya!" Kevin bangga dengan sikap Mario yang gentleman banget padahal selama ini pilihan Mario kepada cewek-cewek cantik dan sekarang sedikit berbeda perempuan cupu sederhana yang ditantangnya untuk mendekatinya dan sebagai hadiahnya apapun yang diinginkan oleh Mario maka ia akan memberikannya.
"Ya iyalah gue berani cuma tantangan kecil kayak gitu doang apalagi cuma 30 hari gampang lah buat gue dapatnya apa yang lo mau termasuk lo harus ingat ya janji lo kemarin?"
"Tenang aja gue bakalan kasih apapun yang lo mau tapi kalau misalkan dalam waktu 30 hari lo nggak berhasil siap-siap lo harus kasih apapun yang gue mau."
Sampai di kelas tidak sampai di sana saja ceritanya, Sekar dan Giska pun sekali dan mereka ka-bar tanya langsung kepada Tania. "Kok bisa sih kemarin itu bareng sama Mario? Dan sekarang lo berangkat bareng sama dia lo pakai dukun siapa sih kok manjur banget?"
"Apaan sih? Siapa juga yang pakai dukun?" Tania menaruh tasnya lalu ia duduk di bangkunya.
"Mana gue tahu dia yang ngajakin gue pulang bareng kemarin dan sekarang yang lagi tadi tiba-tiba ada di rumah gue di depan rumah gue ngajakin gue buat berangkat bareng ya udah gue mau aja. Dia pengen berubah katanya menjadi yang lebih baik ya udah deh gue mau aja jadi teman dia kan kita satu sekolah juga nggak boleh berpikiran yang aneh-aneh." Sepositif itu Tania berpikir. Berbeda dengan kedua temannya yang menganggap aneh dan langka karena selama ini seperti mereka tahu Mario tidak pernah bersikap seperti ini dengan cewek-cewek cupu atau orang-orang yang tidak selevel dengannya.
"Awas lo dia mainin lo doang dan bikin mau taruhan bisa-bisa lu sakit hati tau nggak sih deket sama dia. Gue nggak yakin aja kalau misalkan dia tuh beneran mau berteman sama lo pasti ada apa-apanya deh gue yakin banget."
"Iya Tan gue kayaknya ngerasa dia tuh nggak beneran terus temenan sama lo deh tuh harus hati-hati ya sama dia mana mungkin sih cowok kaya dan cowok populer kayak gitu mau berteman sama kita yang cupu begini."
"Iya gue tahu kok makasih ya kalian udah peduli banget sama gue selama ini gue tambah sayang deh sama kalian."
"Semoga aja lo nggak jatuh cinta ya sama dia. Gue nggak akan biarin dia nyakitin lo sahabat gue. Sampai dia nyakitin loh gue bakalan ngelakuin apapun buat bikin dia sakit hati balik."
"Em, ya ampun gue terhura deh!"
"Gue serius gue nggak bercanda!" Sahutnya terima mendengar Tania menanggapinya dengan begitu santai sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments