Sambil memeluk Bunga, Mbok Min membawanya menjauh dari balik pintu. Setelah mendudukkan Bunga di kursi ruang makan, Mbok Min pun menyodorkan segelas air kepada Bunga. Gadis itu sigap menyambutnya lalu meneguk isinya hingga tandas.
"Mbak Bunga gapapa kan ?" tanya Mbok Min cemas sambil mengusap keringat di wajah Bunga dengan ujung bajunya.
"A-Aku gapapa Mbok. Aku cuma kaget aja. Seumur hidupku, baru kali ini Aku ngeliat dia marah sampe kaya orang gila sama Anak kesayangannya itu," sahut Bunga sambil tersenyum kecut.
"Iya Mbak. Saya juga baru kali ini ngeliat Tuan Johan marah kaya gitu. Hiiiyy ... serem," kata mbok Min sambil bergidik namun justru membuat Bunga tertawa.
Tiba-tiba terdengar suara deru mobil memasuki halaman rumah. Bunga dan mbok Min saling menatap sejenak karena tahu siapa yang datang. Setelah menghela nafas panjang, Bunga pun bangkit dari duduknya lalu bergegas masuk ke kamarnya.
Mbok Min hanya bisa membisu melihat Bunga pergi dengan wajah tegang.
"Wong Ratu kok malah takut sama selir," gerutu mbok Min dalam hati sambil melangkah keluar rumah untuk menyambut Alin.
Ketika Alin membuka pintu, ia terkejut mendapati Melati sedang menangis dengan tubuh babak belur di ruang tamu. Alin pun bergegas menghampiri Melati sambil menjerit histeris.
" Mel..., Kamu kenapa Sayang ?. Siapa yang bikin Kamu kaya gini Meeell ...?!" tanya Alin histeris sambil mengamati luka Melati.
Melati hanya membisu karena tak berani menjawab. Isak tangisnya membahana di seluruh ruangan hingga membuat Alin marah.
" Aku yang bikin Dia kaya gitu !" kata Johan tiba-tiba.
Ucapan Johan membuat Alin terkejut. Dia menoleh kearah Johan sambil menatapnya marah.
" Kamu tuh jahat banget sih ...!, Melati kan anak Kamu, perempuan lagi, kok bisa-bisanya Kamu pukulin dia sampe kaya gini ...?! jerit Alin marah.
" Kamu yakin dia itu anak Aku ?. Bukannya Melati itu Anakmu dan selingkuhanmu si Robert bajingan itu ?!" tanya Johan lantang.
" Apa maksudmu ?, Melati ini Anak Kamu Johan, darah dagingmu ...!" jerit Alin marah sambil berusaha menggapai Johan.
Namun sayang upaya Alin untuk menyentuh Johan gagal. Johan justru berbalik lalu mencekal lengannya dan menyeretnya dengan kasar ke kamar mereka.
Tiba di kamar Johan menghempas tubuh Alin ke lantai dengan kasar. Alin pun menjerit kesakitan dan mulai menangis. Johan kembali memukul, mencabik dan menendang Alin yang menangis tak berdaya itu.
"Sakit Sayang, hentikan !. Kamu nih kenapa sih ?. Kenapa baru sekarang Kamu ga percaya kalo Melati Anakmu setelah Kita bersama belasan tahun. Melati itu Anakmu, Anak kandungmu Johan !" kata Alin sambil menangis.
" Jangan coba-coba membohongiku ja**ng sia*an. Aku tau Melati bukan Anakku ...!" kata Johan marah sambil mencekik leher Alin dan menekannya dengan kuat.
Alin gelagapan hampir kehabisan nafas. Kemudian Johan melepaskan cekikannya lalu melempar foto-foto lawas ke wajah Alin.
Foto yang lebih dari lima lembar itu pun berjatuhan di lantai. Alin segera meraihnya dan terkejut setelah mengetahui foto yang selama ini dia sembunyikan telah ditemukan Johan.
Tampak dalam foto Alin tengah memeluk mesra seorang pria bernama Robert, yang merupakan rival lama Johan. Ada juga foto Alin yang tanpa busana sedang duduk di atas pangkuan Robert, dengan tangan Robert tengah mengelus perut Alin yang hamil besar.
" Ini..., Kamu dapet dari mana?. Sayang ini editan, Aku ga ngelakuin ...," suara Alin terputus saat sebuah tamparan keras mendarat di pipinya hingga membuatnya jatuh tersungkur.
" Plaaakkk ...!"
" Dasar pe***ur, Kau bohongi Aku selama ini. Kau titipkan Anak haram mu untuk Kupelihara dan Kubiayai di rumah ini. Ba**s*t rendahan. Pergi lah ke neraka ...!" maki Johan sambil melemparkan vas bunga yang ada di meja rias hingga hancur berkeping-keping.
Alin kembali menjerit karena serpihan vas bunga mengenai kulit wajah dan lengannya hingga luka dan berdarah.
" Sayang itu semua bohong, dengerin Aku dulu, tolong jangan marah...," pinta Alin lirih.
" Kau masih mau membodohi Aku ?. Kemari Kau, lihat wajah mu yang menjijikkan itu !" kata Johan marah sambil menjambak rambut Alin dan membawanya kedepan cermin besar di kamar itu.
Alin merintih. Di depan cermin besar itu dia dapat melihat pantulan dirinya. Baju yang dikenakan Alin sobek disana sini akibat dicabik Johan tadi. Rambut yang baru saja ditata di salon mahal itu kini terlihat acak-acakan. Wajahnya lebam, bibir pecah dan berdarah. Alin pun menangis melihat pantulan dirinya yang sangat menyedihkan.
" Sekarang, enyah Kau dari rumah ini. Bawa juga anak harammu itu !. Bukankah Robert sudah bebas dari penjara, berkumpul lah Kalian dengan bajingan itu, dasar sampah !" kata Johan sambil mengeluarkan beberapa lembar pakaian Alin dari lemari besar di kamar itu.
" Jangan..., jangan usir Aku. Maafin Aku Johan. Aku cinta sama Kamu, Aku sudah berkorban banyak untuk bisa bersamamu...," kata Alin sambil memegangi kaki Johan.
" Berkorban apa yang Kau maksud. Aku yang bodoh karena mau berkorban banyak untuk wanita ja*ang sepertimu Alin. Pergi !. Aku muak melihatmu ...!" teriak Johan marah.
Alin yang tahu tak akan bisa membujuk Johan saat itu pun memilih pergi. Dengan tubuh gemetar Alin mulai mengemasi pakaiannya. Saat ia hendak mengambil kotak perhiasannya di lemari, Johan mencegahnya.
" Jangan bawa hartaku sepeser pun Alin !. Tinggalkan perhiasan itu karena Kau tak layak memakainya. Ingat, Kau hanya gembel saat masuk ke rumah ini, jadi kembalilah menjadi gembel tanpa uang dan tanpa apapun ...!" kata Johan lagi dengan sinis.
Alin mematung tak percaya. Dia tak menyangka Johan akan mengusirnya pergi tanpa membawa uang sepeser pun. Namun karena takut, Alin pun bergegas keluar kamar sambil membawa beberapa pakaian yang memang dilempar Johan ke lantai tadi.
Diluar kamar Melati nampak berdiri menyambut sang mama dengan tatapan nanar. Nampaknya Melati benar-benar shock mengetahui dirinya bukan lah anak kandung Johan.
" Ayo Mel, kita pergi dari sini ...," ajak Alin sambil berusaha menggamit tangan Melati.
" Aku ga mau Ma, Aku mau disini ...!" sahut Melati sambil menepis tangan sang mama drngan kasar.
"Melati ...!" panggil Alin sambil melotot.
"Jadi bener yang dibilang Papa tadi ?. Aku ini cuma anak haram yang lahir karena perselingkuhan Mama dengan pria lain ...?!" tanya Melati histeris.
" Jangan bikin Mama marah Mel, sekarang ikut Mama !" kata Alin tegas sambil menyeret Melati keluar dari rumah yang selama ini mereka tempati.
Jerit tangis Melati terdengar membahana di seantero rumah. Bahkan Melati memanggil semua orang dan meminta mereka membantunya lepas dari cekalan sang mama.
Tapi siapa yang akan membantunya ?. Bukan kah selama ini Melati selalu menganggap semua orang di rumah itu, termasuk Bunga dan mbok Min, sebagai sampah yang tak layak berada di dekatnya ?.
Jadi kini Melati menuai ucapannya sendiri yang tak ingin didekati oleh Bunga dan Mbok Min.
\=\=\=\=\=
Beberapa jam setelah kepergian Alin dan Melati.
Johan masih mengurung diri di kamar sambil terus menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Johan nampak sangat terpukul. Dia merasa Tuhan sedang menghukumnya dengan memperlihatkan siapa Alin sebenarnya.
Johan ingat bagaimana dia bisa mengenal Alin, terpikat padanya lalu menikahinya meski pun saat itu dia telah memiliki Sonia.
Kemudian Johan juga teringat dengan pengorbanan Sonia yang rela meninggalkan keluarganya hanya demi dirinya. Tapi sayang, cinta dan ketulusan Sonia justru dibalas pengkhianatan oleh Johan yang tergoda dengan pesona Alin dan memilih meninggalkan Sonia dulu.
Kini Johan hanya bisa menyesali diri sambil meratapi kebodohannya.
\=\=\=\=\=
Di saat yang sama di luar rumah.
Alin dan Melati tampak sedang menyusuri jalan tanpa arah tujuan. Mereka masih tak menyangka jika kini mereka terlunta-lunta di jalan dan sangat menderita.
Sebelumnya mereka sudah berusaha mendatangi rumah teman dan kerabat untuk minta bantuan. Tapi sayang, tak seorang pun diantara mereka bersedia membantu. Bahkan keduanya diusir layaknya pengemis.
Alin dan Melati kembali mengingat kesombongan mereka selama ini. Alin selalu mengatakan pada semua orang bahwa suatu saat dia akan mendepak Bunga keluar dari rumah. Tapi situasi berbalik, kini dia dan anaknya lah yang diusir dari rumah besar itu.
Sedangkan Melati nampak mengusap matanya yang basah itu berkali-kali saat teringat betapa seringnya dia meremehkan Bunga dan mengatainya pengemis. Padahal sekarang justru dirinya lah yang mirip pengemis.
Diam-diam Melati melirik kearah sang mama dan membencinya karena telah membuat hidupnya hancur lebur. Dan tiap kali Alin menatapnya, Melati akan langsung membuang pandangannya kearah lain sambil mendengus kesal.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
neng ade
karma Alin dan Melati di bayar tunai
2023-12-11
0
Kustri
alur"a sdh biasa, tp tetep penasaran gmn ending'a
2023-11-04
0
joel
cukup seru sich,karma instan
2023-01-07
1