Engkaulah Taqdirku. 5

Dua orang pemuda tampan yang melangkah bersama menuju kantor itu menjadi pemandangan indah tersendiri di pagi ini bagi para santri yang melihat, utamanya santri putri yang jadi berbisik-bisik dan senyum-senyum tersembunyi.Apalagi yang mereka bahas kalau bukan kerupawanan wajah dua orang putra kyai itu. Meski yang satu sudah beristri, namun masih ada juga yang menjadi penggemar rahasia.

Apalagi yang masih single seperti Ibrahin Adlan, pasti banyak yang memendam cinta dalam diam.Putra kyai memang selalu menjadi idola di kalangan para santri, apalagi bila berwajah rupawan seperti Ibrahim Adlan.

" Mas tadi ketemu ummi?" tanya Fathan.keduanya larut dalam pembicaraan mereka sendiri.

" Ia."

" Ada yang berubah, mas,".

Sudah tiga hari berlalu, sejak pengakuan Adlan yang menolak Aisha dan justru memilih Najwa Aulia.

" Aku tau, bibi pasti kecewa padaku." Ujar Adlan yang dapat merasakan sikap Nyai Masturoh tadi, tak sehangat biasanya ketika menyambut kedatangannya.

" Ummi akan tetap menghargai keputusan Mas, dia hanya sedih tentang Aisha,"

" Aisha kenapa?"

" Sejak saat itu, Aisha jadi gak mau keluar kamar,dan jarang mau di ajak bicara.aku gak nyangka, dia begitu berharap pada Mas Adlan."

" Aku bersalah padanya." Adlan menghela nafas "Tapi aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri Fathan!."

" Ia aku tau, mas.." Fathan menghentikan ucapannya begitu mereka telah menapaki teras kantor, dan terlihat seorang gadis ayu keluar dari pintu itu dan tersenyum ramah pada keduanya.

" Mbak Najwa sudah datang?" sapa Fathan.

" Sudah satu jam yang lalu." sahutnya.

"kok saya gak tau ya, " Fathan senyum.

" Apa ummi sakit?" Tanya Najwa.

" Ummi baik-baik saja Mbak, kenapa?"

Najwa terdiam, namun lalu menggeleng dengan senyum. " Saya masuk kelas dulu!" pamitnya.

tapi baru dua langkah ia berbalik.

" Oya Ra, tadi ada yang telf jennengan!" ujarnya pada Adlan.

" Siapa?"

" Saya sudah catat nama dan alamatnya, saya taruh di atas mejanya jennengan."

" terima kasih."

Najwa mengangguk dan meneruskan langkahnya.

Interaksi keduanya itu tak luput dari perhatian Fathan, tak ada yang istimewa, komunikasi mereka biasa saja,seperlunya saja, bahkan expresi datar terlihat dari kakak sepupunya.

Namun beberapa hari lalu, Ibrahim Adlan begitu mantap mengatakan akan memilih Najwa sebagai pendamping hidupnya.Fathan begitu penasaran,dan ia tak menyiakan kesempatan untuk bertanya begitu hanya tinggal mereka berdua saja di kantor saat jam pelajaran telah usai.

" Ada apa?" Adlan menatap adiknya yang duduk di depannya memperhatikan apa yang di kerjakannya dengan diam.Ia tau pasti Fathan ada perlu padanya , Namun masih menunggu dirinya menyelesaikan pekerjaannya.

" Mau tanya Mas."

" Tanya apa?"

" Tentang Mbak Najwa,"

" Dia kenapa?"

" Mas Adlan serius memilihnya?"

" Ia.Tentu saja."

" kok cepat sekali kau menjatuhkan pilihan Mas,? perasaan kau sangat selektif bila sudah urusan memilih pendamping hidup.Berapa banyak putra Kyai yang kau tolak dengan Alasan tak ada kesan.

Sekarang kok secepat itu menjatuhkan pilihan, kau kan baru tau Mbak Najwa beberapa waktu lalu, waktu Mas Adlan pertama kali datang kemari."

Fathan mengeluarkan segenap uneg-unegnya tanpa dapat di cegah lagi.

" Siapa bilang aku baru kenal Najwa disini," Adlan menjawab santai.

" Lalu?"

"Kau pasti dengar cerita, dimana dulu Mas Irfan kenal pada Najwa,?"

" Di Al-Falah katanya." sahut Fathan.

" Dan Al-Falah itu rumahku, sampai sini kau faham?"

" Belum terlalu faham." Fathan menggelengkan kepalanya.

" Najwa itu adalah permata yang ku titipkan pada Mas Irfan, karna kini Mas Irfan sudah tiada, maka aku akan mengambilnya kembali." ujar Ibrahim Adlan dengan senyum.

" Maksudnya mas?" Fathan semakin tak faham.

*****************

*****************

Pesantren Al Falah Pamekasan.

4 Tahun yang lalu.

Najwa aulia.Adalah satu nama yang mewakili satu sosok pribadi yang cukup punya pesona.

Terbukti dengan cukup populernya nama itu dikalangan para pengajar Madrasah Stanawiyah dan Madrasah Aliyah yang terpisah antara putra dan putri.

Gadis ayu bermata teduh itu bukanlah alumni Al Falah,ia mengenyam pendidikan pesantren di daerah asal ayahnya di pulau Jawa,tepatnya di kabupaten Jember..yang memang dikenal terdapat banyak pesantren disana dari yang salaf maupun modern.

Najwa dikenal sebagai guru favourit Madrasah Stanawiyah putri Alfalah,karna sosoknya yang cakap,cerdas,dan anggun.Serta beberapa hal lain yang mengenai drinya yang cukup di sebut dengan kalimat indah.

Pada saat itu kepala Madrasah Stanawiyah.Bapak Irham Abidin MA. tengah menderita penyakit serius yang menyebabkannya hàrus dirawat intensif di rumah sakit Surabaya,dan mengambil cuti panjang atas tugas tugasnya di Al-Falah.

Maka lalu Kyai pengasuh Al Falah memberi keputusan untuk menyerahkan tugas p.Irham Abidin kepada putra sulungnya,Ibrahim Adlan Fanani yang baru datang ke Al Falah sebulan lalu seusai menuntaskan pendiddiknnya di pesantren, di Tuban.

Pemuda tampan yang di kalangan para santrinya di sebut sebagai putra mahkota Alfalah itu sempat menolak,di karenakan usianya yang masih muda dan belum berpengalaman untuk menjadi seorang KM kendati di dalam instansinya sendri.Apalagi kepulangannya kali ini hanyalah sementara.Sebelum ia kembali melanjutkan studynya ke Univ- Ummul

Quroo Saudi Arabia.

Akan tetapi atas desakan majlis masyayikh dan abanya sendri yang menekankan bahwa itu hanya sementara,maka pemuda tampan itupun menyatakan kesediaanya.

"Bukankah sudah waktunya masuk?!"

Nafisah menatap ke arah tiga orang siswi Stanawiyah itu yg masih berdiri di bawah pohon samping kantor.Padahal bel masuk sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu.

"Ia.ia Ustadza..".ketiganya saling dorong kecil setelah

kaget saling pandang lalu bergegas masuk ke dalam kelas masing masing.

Nafisah bukan tidak tau apa yg tengah dilakukan tiga orang siswi itu.Itulah yang terjadi akhir akhir ini.

"Ada apa dengan mereka?".tau- tau kamilah sudah berdiri di sampingnya.

"Itu.!biasa,terpana dengan putra mahkota Al Falah.!"

Nafisah menunjuk halaman samping kediaman kyai yang memang sangat jelas dari arah samping kantor.

Dimana nampak seorang pemuda tampan tengah berbicara dengan dua orang santri sebelum bergegas masuk ke dhalem.

Kamilah tersenyum

"Jangankan mereka, aku kadang berdebar melihat Ra Adlan".ujarnya.(di Al falah.putra kyai itu disebut Lora yg sering di singkat dengan Ra saja dalam panggilan keseharian.)

Nafisah menatapnya dengan pandangan menyelidik

"Serius??"

"Ungkapan jujur,beliau memang sangat mempesona".sahut Kamilah.

"Tapi kau tidak jatuh hati padanya kan?"

"Kalaupun ia ,aku terlanjur menyadari kalau hal tersebut sangat beresiko".

Nafisah paham maksud ucapan Kamilah itu.

Dikalangan santri Al Falah atau mungkin juga santri pesantren yang lain ,tlah terbentuk satu kepahaman bersama bahkan tak jarang menjadi sebentuk keyaqinan juga,untuk tak menaruh hati,menyimpan rasa atau lebih gamblangnya lagi jatuh cinta pada putra ataupun putri Kyai wa bilhusus Kyai pengasuh pesantren tempat mereka menimba ilmu.

Walaupun tidak ada larangan secara tertulis ataupun terucap tapi sepetinya mayoritas mereka memilih

untuk menghindarinya.Dengan berbagai alasan yang sebenarnya klise namun cukup kuat juga.Dari yang mulai karena tidak sepadan,berbeda garis nasab atau keturunan,berbeda status sosial,berbeda ini dan itu

dan sebagainya.

Dan memang umumnya,walaupun tidak semuanya.Para putra ataupun putri kyai itu tlah dipersiapkan jodohhnya dari jauh sebelumnya yang biasanya memang sepadan dan sesuai.Sama- Sama putra kyai .Sama- Sama pemilik pondok pesantren terkadang juga yang masih kerabat sendiri dalam tanda kutip yang masuk garis halal menikah.Jadi menyimpan rasa atau berharap pada mereka itu oleh sebagian santri dianggap sia- sia saja.

Meraka seakan lupa bahwa cinta itu bisa datang pada siapa saja,kapan saja,tak memandang dari kalangan apa dan siapa.Tapi secara sendirinya memang tlah timbul sekat tak kasat mata yang cukup tebal di kalangan para santri atas hal tersebut.

Kalaupun toch sudah ada yang terlanjur jatuh dalam pesona rasa itu,mereka memilih untuk menyimpan

rapat rapàt semuanya dan berusaha membuangnya, dan ada pula dengan berdoa semoga inilah garis Taqdirnya.Karna tak sedikit pula lho santri yang menikah dengan putra Kyainya.Karna itu memang sudah garis taqdirnya.

Taqdir..yang mereka anggap alternatif terakhir untuk menyelamatkan perasaan mereka,membawanya pada kenyataan bersambut dan berbahagia.

Entah pemahaman ini sdah cukup tepat atau perlu diluruskan yaa?????.

Tentu saja masih perlu di luruskan,karna itu bukan cara pandang yang tepat dan benar...

Di dalam kediaman kyai Umar Fanani itu,Ibrahim Adlan menghampiri Umminya yang tengah duduk bersama seorang gadis berbincang bincang kecil.

"Sudah datang Nak?"

"Ia ummi,tadi saya bertemu Aba di jalan besar"..

"Abamu ke Sampang".!

"Soal yang semalam ummi?"

"Ia, oya Adlan.Ini salah satu pengajar Stanawiyah putri...Najwa Aulia"..Nyai Mabruroh menunjuk gadis ayu yang dusuk disampingnya itu.Ibrahim Adlan memang belum satu minggu memegang jabatan kepala Kamad Stanawiyah,jadi pasti dia belum tau semua pada seluruh pengajarnya apalagi guru putri

"Oo ini yang bernama Najwa Aulia"..ujar pemuda tampan itu setelah sejenak menatap ke arah gadis ayu yang menundukkan pandangan tersebut. Dari ucapannya itu, sepertinya ia memang sudah pernah mendengar tentang nama itu berkali kàli,namun baru kali ini lah ia bertemu dengan sosok orangnya.

"Najwa perlu memberitaukan mu ada undangan workshop".Nyai Mabruroh memperlihatkan sebuah undangn resmi berlogo Dinas Pendidikan Agama ke arahnya.

Selanjutnya Ibrahim Adlan melihat undangan itu dengan seksama.Undangan yang ditujukan untk tenaga pengajar pendidikn formal di pesantren untuk tingkat pendidikan menengah.

Kyai Umar Fanani memang senantiasa menerima dengan antusias tiap kali ada undangan seminar,pelatihan,ataupun workshop pada santri ataupun guru-guru di Alfalah.Karna menurut beliau itu adalah bekal ilmu yang penting.Tapi beliau selalu berpesan untuk bisa menyaring dari apa yg didapat dari pelatihan tersebut yang sekiranya sesuai dengan sistem pendidikan pesantren.Karna meskipun kurikulumnya sama,namun ada metode belajarnya yang bisa dan yang tdak bisa di gunakan dalam sistem pendidikan pesantren.

"Saya akan pelajari dulu semua ini,dan secepatnya saya akan memberi keputusan"ujarnya kemudian ke arah Najwa Aulia.Gadis ayu itu mengangguk dan lalu berpermisi pergi dengan bahasa yang sopan.

Ibrahim Adlan masih sejenak melihat kepergian gadis yang dalam penilaiannya berwajah ayu itu.Berkali kali memang ia pernah mendengar nama itu disebut di kalangan para pengajar putra.Dengan gambaran beberapa pesona.Dan baru kali inilah ia bertemu langsung dengan pemilik nama Najwa Aulia itu.Dan satu hal yang disukainya dari gadis itu.Ia selalu menundukkan pandangannya.Kendati wajahnya tidak tertunduk tapi pandangannya tidak mengarah.

Dan menurutnya,wanita yang selalu menjaga pandangannya adalah salah satu ciri wanita muslimah yang Shalihah.

Terpopuler

Comments

NA_SaRi

NA_SaRi

islami banget adab tokoh2nya, karakternya kuat

2022-06-03

0

Afseen

Afseen

q gk stuju aturan sprti itu, sprti kya kaum bangsawan tdk boleh mnikah dngn rakyat biasa, jatuh cinta kn hak smua orang mslh jodoh gk brjodoh itu urusan YG MAHA KUASA

2021-06-24

1

Sokhibah El-Jannata

Sokhibah El-Jannata

semangat

2021-06-08

0

lihat semua
Episodes
1 Engkaulah Taqdirku. 1
2 Engkaulah Taqdirku 2 Pesantren Al Bustan. 2 tahun kemudian.
3 Engkaulah Taqdirku 3
4 Engkaulah Taqdirku. 4
5 Engkaulah Taqdirku. 5
6 Engkaulah Taqdirku 6
7 Engkaulah Taqdirku 7
8 Engkaulah Taqdirku 8
9 Engkaulah Taqdirku 9
10 Engkaulah Taqdirku 10
11 Engkaulah Taqdirku 11
12 Engkaulah Taqdirku 12
13 Engkaulah Taqdirku 13
14 Engkaulah Taqdirku 14
15 Engkaulah Taqdirku 15
16 Engkaulah Taqdirku 16
17 Engkaulah Taqdirku 17
18 engkaulah Taqdirku 18
19 Engkaulah Taqdirku 19
20 Engkaulah Taqdirku 20
21 Engkaulah Taqdirku 21
22 Engkaulah Taqdirku 22
23 Engkaulah Taqdirku 23
24 Engkaulah Taqdirku 24
25 Engkaulah Taqdirku 25
26 Engkaulah Taqdirku 26
27 Engkaulah Taqdirku 27
28 Engkaulah Taqdirku 28
29 Engkaulah Taqdirku 29
30 Engkaulah Taqdirku 30
31 Engkaulah Taqdirku 31
32 Engkaulah Taqdirku 32
33 Engkaulah Taqdirku 33
34 Engkaulah Taqdirku 34
35 Engkaulah Taqdirku 35
36 Engkaulah Taqdirku 36
37 Engkaulah Taqdirku 37
38 Engkaulah Taqdirku 38
39 Engkaulah Taqdirku 39
40 Engkaulah Taqdirku 40
41 Engkaulah Taqdirku 41
42 Engkaulah Taqdirku 42
43 Engkaulah Taqdirku 43
44 Engkaulah Taqdirku 44
45 Engkaulah Taqdirku 45
46 Engkaulah Taqdirku 46
47 Engkaulah Taqdirku 47
48 Engkaulah Taqdirku 48
49 Engkaulah Taqdirku 49
50 Engkaulah Taqdirku 50
51 Engkaulah Taqdirku 51
52 Engkaulah Taqdirku 52
53 Engkaulah Taqdirku 53
54 Engkaulah Taqdirku 54
55 Engkaulah Taqdirku 55
56 Engkaulah Taqdirku 56
57 Engkaulah Taqdirku 57
58 Engkaulah Taqdirku 58
59 Engkaulah Taqdirku 59
60 Engkaulah Taqdirku 60
61 Engkaulah Taqdirku 61
62 Engkaulah Taqdirku 62
63 Engkaulah Taqdirku 63
64 Engkaulah Taqdirku 64
65 Engkaulah Taqdirku 65
66 Engkaulah Taqdirku 66
67 Engkaulah Taqdirku 67
68 Engkaulah Taqdirku 68
69 Engkaulah Taqdirku 69
70 Engkaulah Taqdirku 70
71 Engkaulah Taqdirku 71
72 Engkaulah Taqdirku 72
73 Engkaulah Taqdirku 73
74 Engkaulah Taqdirku 74
75 Engkaulah Taqdirku 75
76 Engkaulah Taqdirku 76
77 Engkaulah Taqdirku. 77
78 Engkaulah Taqdirku 78
79 Engkaulah Taqdirku 79
80 Engkaulah Taqdirku 80
81 Engkaulah Taqdirku 81
82 Engkaulah Taqdirku 82
83 Engkaulah Taqdirku. 83
84 Engkaulah Taqdirku 84
85 Engkaulah Taqdirku 85
86 Engkaulah Taqdirku 86
87 Engkaulah Taqdirku 87
88 Engkaulah Taqdirku 88
89 Engkaulah Taqdirku 89
90 Engkaulah Taqdirku 90
91 Engkaulah Taqdirku 91
92 Engkaulah Taqdirku 92
93 Engkaulah Taqdirku 93
94 Engkaulah Taqdirku 94
95 Engkaulah Taqdirku 95
96 Engkaulah Taqdirku 96
97 Engkaulah Taqdirku 97
98 Engkaulah Taqdirku 98
99 Engkaulah Taqdirku 99
100 Engkaulah Taqdirku 100
101 Pemberitauan.
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Engkaulah Taqdirku. 1
2
Engkaulah Taqdirku 2 Pesantren Al Bustan. 2 tahun kemudian.
3
Engkaulah Taqdirku 3
4
Engkaulah Taqdirku. 4
5
Engkaulah Taqdirku. 5
6
Engkaulah Taqdirku 6
7
Engkaulah Taqdirku 7
8
Engkaulah Taqdirku 8
9
Engkaulah Taqdirku 9
10
Engkaulah Taqdirku 10
11
Engkaulah Taqdirku 11
12
Engkaulah Taqdirku 12
13
Engkaulah Taqdirku 13
14
Engkaulah Taqdirku 14
15
Engkaulah Taqdirku 15
16
Engkaulah Taqdirku 16
17
Engkaulah Taqdirku 17
18
engkaulah Taqdirku 18
19
Engkaulah Taqdirku 19
20
Engkaulah Taqdirku 20
21
Engkaulah Taqdirku 21
22
Engkaulah Taqdirku 22
23
Engkaulah Taqdirku 23
24
Engkaulah Taqdirku 24
25
Engkaulah Taqdirku 25
26
Engkaulah Taqdirku 26
27
Engkaulah Taqdirku 27
28
Engkaulah Taqdirku 28
29
Engkaulah Taqdirku 29
30
Engkaulah Taqdirku 30
31
Engkaulah Taqdirku 31
32
Engkaulah Taqdirku 32
33
Engkaulah Taqdirku 33
34
Engkaulah Taqdirku 34
35
Engkaulah Taqdirku 35
36
Engkaulah Taqdirku 36
37
Engkaulah Taqdirku 37
38
Engkaulah Taqdirku 38
39
Engkaulah Taqdirku 39
40
Engkaulah Taqdirku 40
41
Engkaulah Taqdirku 41
42
Engkaulah Taqdirku 42
43
Engkaulah Taqdirku 43
44
Engkaulah Taqdirku 44
45
Engkaulah Taqdirku 45
46
Engkaulah Taqdirku 46
47
Engkaulah Taqdirku 47
48
Engkaulah Taqdirku 48
49
Engkaulah Taqdirku 49
50
Engkaulah Taqdirku 50
51
Engkaulah Taqdirku 51
52
Engkaulah Taqdirku 52
53
Engkaulah Taqdirku 53
54
Engkaulah Taqdirku 54
55
Engkaulah Taqdirku 55
56
Engkaulah Taqdirku 56
57
Engkaulah Taqdirku 57
58
Engkaulah Taqdirku 58
59
Engkaulah Taqdirku 59
60
Engkaulah Taqdirku 60
61
Engkaulah Taqdirku 61
62
Engkaulah Taqdirku 62
63
Engkaulah Taqdirku 63
64
Engkaulah Taqdirku 64
65
Engkaulah Taqdirku 65
66
Engkaulah Taqdirku 66
67
Engkaulah Taqdirku 67
68
Engkaulah Taqdirku 68
69
Engkaulah Taqdirku 69
70
Engkaulah Taqdirku 70
71
Engkaulah Taqdirku 71
72
Engkaulah Taqdirku 72
73
Engkaulah Taqdirku 73
74
Engkaulah Taqdirku 74
75
Engkaulah Taqdirku 75
76
Engkaulah Taqdirku 76
77
Engkaulah Taqdirku. 77
78
Engkaulah Taqdirku 78
79
Engkaulah Taqdirku 79
80
Engkaulah Taqdirku 80
81
Engkaulah Taqdirku 81
82
Engkaulah Taqdirku 82
83
Engkaulah Taqdirku. 83
84
Engkaulah Taqdirku 84
85
Engkaulah Taqdirku 85
86
Engkaulah Taqdirku 86
87
Engkaulah Taqdirku 87
88
Engkaulah Taqdirku 88
89
Engkaulah Taqdirku 89
90
Engkaulah Taqdirku 90
91
Engkaulah Taqdirku 91
92
Engkaulah Taqdirku 92
93
Engkaulah Taqdirku 93
94
Engkaulah Taqdirku 94
95
Engkaulah Taqdirku 95
96
Engkaulah Taqdirku 96
97
Engkaulah Taqdirku 97
98
Engkaulah Taqdirku 98
99
Engkaulah Taqdirku 99
100
Engkaulah Taqdirku 100
101
Pemberitauan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!