Engkaulah Taqdirku. 4

" Mas, ada yang mau saya bicarakan, dan ini sifatnya pribadi." Fathan berkata begitu setelah di lihatnya, Adlan meletakkan Tab-nya di atas meja setelah hampir satu jam benda itu menjadi perhatiannya.

Bukan sedang berselancar di dunia maya ataupun hal lainnya, tapi mempersiapkan materi rapat untuk nanti sore di An-Nur katanya.

" Apa?" Ibrahim Adlan merubah posisi duduknya lebih santai.

" Ini tentang apa yang ummi bicarakan dengan Mas Adlan seminggu yang lalu, saya...."

Fathan memutus ucapannya begitu saja,karna istrinya yang hadir di ruangan itu membawa nampan berisi minuman di ikuti Aisha yang membawa sepiring kue hangat.

" Wahh..ini kombinasi yang pas!" Fathan menatap kue kesukaannya itu yang sudah terhidang di atas meja.

Mahil tersenyum lalu duduk di samping suaminya.

Sementara Aisha masih tetap berdiri saja

" duduk Aisha!" Adlan menatapnya, gadis cantik itu tersenyum kikuk, lalu duduk tak jauh di dekat Ibrahim Adlan.

Jika Fathan langsung menyeruput minumannya dan menyantap kuenya dengan semangat, Adlan hanya menatap saja belum berminat untuk melakukan hal yang sama seperti adiknya itu.

" Kenapa tidak di minum ,Mas?" tanya Aisha yang sedari tadi, diam-diam memperhatikannya.

" Aku ingin minum air putih dulu."

" Saya ambilkan ya,Mas?" Aisha langsung menawarkan perhatiannya.Adlan menggeleng cepat.

"Jangan!, aku akan mengambilnya sendiri!."

Gadis cantik itu menunduk kecewa, namun ujung matanya melirik Ibrahim Adlan yang membuat gerakan kecil merenggangkan ototnya, 4 jam melakukan rapat di kantor Al-Bustan di tambah satu jam membuat materi rapat di tempat yang lain membuat ototnya terasa kaku.Adlan sebenarnya ingin tiduran saja, namun sebentar lagi harus pulang ke Al-Falah mengantar umminya,sebelum nanti sore berangkat lagi ke An-Nur.

Ning Mahil mengusap remahan kue di sudut bibir suaminya dengan jemarinya,Fathan segera tersenyum senang dengan perhatian kecil istrinya itu dan menjawil pipinya gemas.

Mahil tersenyum dan menunduk malu karna adegan kemesraan berdurasi sangat singkat itu tak luput dari tatapan Ibrahim Adlan yang duduk di depan keduanya.

" Sebaiknya aku ke kamar saja." Ujar Adlan.

" kenapa mas?" Fathan menatapnya.

" Duduk di depan pengantin baru seperti kalian, bukanlah pilihan yang tepat." ujarnya.

Fathan segera tersenyum lebar " kami ini sengaja memberi semangat, biar Mas segera menyusul." ujarnya santai.

Adlan tak menanggapi, ia benar-benar beringsut hendak pergi,namun urung karna Nyai Mabruroh dan Nyai masturoh yang menghampiri mereka.

" sedang santai kalian?" sepasang kakak beradik yang sama-sama masih terlihat cantik di usia yang sudah tak lagi muda itu segera duduk bergabung disana.

Pembicaraan pun mengalir dengan santai tentang beberapa hal,hingga Adlan berkata " Ummi sebentar lagi kita pulang, nanti sore saya mau ke An-Nur ada rapat!"

" Apa tak sebaiknya kau istirahat saja di sini nak, nanti sore langsung ke An-Nur, biar ummi minta jemput sopir nanti." Nyai Mabruroh menawarkan solusi lain.

" Apa ummi masih ingin lama disini?"

" Tidak juga, hanya agar kau tidak terlalu capek.Sejak datang dari Ummul-Quroo kau sangat sibuk sekali sampai jarang istirahat." Bu Nyai cantik itu menatap lembut putranya.

" Saya gak apa-apa Ummi, ini adalah kegiatan yang menyenangkan bagi saya."

" Tapi kau kan perlu memikirkan dirimu sendiri juga Adlan, perlu menata masa depanmu sendiri." Nyai Masturoh menimpali.

" Ini juga bagian dari menata masa depan,bibi" Adlan berkata dengan senyum.

" Maksud bibi itu, menikah!" Nyai Masturoh memperjelas ucapan " jadi bagaimana, apa kau sudah bisa memberi jawabannya sekarang?" Akhirnya, bibinyapun langsung pada inti pembicaraan setelah gemas melihat ketenangan keponakannya itu.

sudah tiga kali, Ibrahim Adlan datang ke Al-Bustan setelah kedatangan pertamanya sepuluh hari yang lalu, tapi ia tak memberi jawaban apa-apa pada bibinya yang memang sudah menunggu.

Pemuda tampan itu selalu sibuk di kantor Al-bustan

hanya mampir sebentar menemui bibinya sebelum pulang.Kebetulan hari ini, Adlan datang bersama umminya yang meminta ikut, Nyai Masturoh bertekad untuk menanyakan saja langsung dan tentunya atas persetujuan Nyai Mabruroh juga.

" Sa..saya" Aisha yang tampak gelisah setelah ucapan umminya itu mulai berpikir keras untuk menghindar

" Mas Adlan..saya ambilkan air putih ya" ujarnya setelah kegugupannya berlalu.

Nyai Masturoh menatap secangkir kopi di hadapan Adlan yang belum tersentuh sama sekali " jangan air putih nak!, bikinkan teh saja, Mas Adlan tidak suka minum kopi." ujarnya pada Aisha yang mengangguk dan segera berlalu pergi.

" Wahh, Aisha perhatian ya nak sama kamu" ujar Nyai Mabruroh pada putranya itu yang menanggapi dengan senyum kecil.Sebuah umpan.

Dan umpan yang di lempar adiknya itu langsung di sambut oleh Nyai Masturoh.

"Terus terang nak, bibi ingin sekali kau bersedia mengambil tanggung jawab pada Aisha sebagai pendamping hidupmu." Nyai Masturoh menatap keponakannya lembut. Langsung pada poin-nya.

"Sekarang Aisha merupakan beban tanggung jawab yang sangat besar padaku. Sejak Almh mbak Shaliha meninggalkan dia padaku ketika masih bayi, sejak saat itu aku berjanji akan memenuhi semua hak-haknya dengan memberikan yang terbaik.

Dan saat ini aku dan pamanmu berpendapat bahwa kau-lah yang terbaik untuk Aisha, Adlan.Alangkah bahagianya jika kau bersedia meringankan beban tanggung jawab ini, nak." Nyai Masturoh menatap lembut, berharap keponakannya itu akan bersedia mengabulkan keinginannya.

Ibrahim Adlan menghela nafas,ia merasa tak mampu berkata-kata, terlebih setelah melihat raut wajah bibinya.

" Bagaimana Adlan?"

" Bibi, saya..." Adlan hanya menggantungkan kalimatnya.Fathan menatapnya, merasa ada sesuatu yang rumit yang sedang di pikirkan olehnya.

" Kau pasti sudah dapat menjawabnya kan, Adlan?, kau pasti sudah memikirkan hal ini." Nyai masturoh betul-betul menginginkan jawabannya saat ini.

" Adlan," Nyai Mabruroh angkat bicara.

" Bicaralah, Nak. beritaukan pada bibimu apa yang menjadi keputusanmu!" Nyai Mabruroh tau, kalau putranya itu pasti sudah punya keputusan, hanya merasa canggung saja untuk menyampaikan.

Adlan beralih menatap ibunya " ummi merestui saya, untuk menyampaikan keputusan saya?"

" Ia." Umminya mengangguk dengan senyum meyaqinkan.

" Apapun keputusan saya ummi?"

Nyai Mabruroh kembali mengangguk,meski perasaannya menangkap ada hal lain dari pertanyaan putranya itu.

" Ia.sampaikanlah, biar kami semua tau." ujar Nyai Mabruroh.Bagaimanapun terlalu lama membuat orang lain menunggu, itu tidak baik.batinnya.

Ibrahim Adlan beralih menatap bibinya. " baiklah bibi, saya bersedia mengambil tanggung jawab pada salah satu putri bibi, " ucapnya yang membuat semua orang tersenyum senang, terlebih Nyai Masturoh.

Tidak dengan Fathan.Apalagi dengan jelas ia mendengar ucapan Adlan yang mengatakan salah satu putri bibi.Ada maksud tersembunyi dalam ucapan itu,seperti istilah dalam ilmu Nahwu, ada dlomir mustatir.

" Saya Akan mengambil tanggung jawa pada putri bibi, tapi bukan Aisha." Ibrahim Adlan dengan cepat memperjelas maksud ucapannya sebelum terjadi salah penafsiran.Fathan tersenyum mendapati bahwa dugaannya benar.

" Lalu siapa Nak?" Nyai Masturoh bertanya heran.Kalau bukan Aisha lalu siapa?, Hanya Aisha putrinya kini yang belum berkeluarga, sedangkan Annisa bahkan sudah punya anak.Demikian pikirnya.

" Najwa Aulia!" sahut Ibrahim Adlan.

" Apa!!??." Kini tak hanya Nyai Masturoh saja yang kaget.Tapi semuanya, termasuk Fathan Abdillah.

" A..apa maksudmu nak?" bahkan Nyai Mabruroh langsung menatap putranya itu tak terima.

" Bukankah Najwa juga putri Bibi?, dan setelah Mas Irfan meninggal, Bibi juga mempunyai tanggung jawab yang tidak kecil terhadapnya kan,?" Sang ummi menatap tercekat dengan keterangan putranya.

Dan tanpa memperdulikan keterkejutan semua yang mendengarkan ucapannya, Ibrahim Adlan segera menatap bibinya yang tampak tegang itu " kalau Bibi tak keberatan, saya ingin menggantikan Mas Irfan, mengambil tanggung jawab pada Najwa Aulia, dan menjadikannya pendamping hidup saya selamanya."

ia berkata dengan mantap dan tegas.

Nyai Masturoh terdiam,terpaku, tak tau harus berkata apa.Ternyata Bukan hanya harapannya yang tak terlaksana, keponakannya bahkan meminta sesuatu yang sangat jauh di luar dugaannya.

Tiba-tiba, Brakk..

Keheningan itu di pecahakan oleh suara benda yang jatuh ke lantai dengan keras. Semua menoleh ke arah sumber suara.Di tengah pintu, tampak Aisha berdiri dengan wajah pucat, nampan berisi teh hangat yang di bawanya jatuh ke lantai, sebagian isinya membasahi bajunya.

" Aisha!!" semua berseru kaget.Namun gadis cantik itu segera berbalik dan berlari pergi dengan menahan isak.Nyai Masturoh segera bergegas mengejar.

***

" Apa maksudmu tadi berkata seperti itu nak?," Nyai

Mabruroh menatap putranya yang duduk mengemudi di sampingnya.Mereka kini dalam perjalanan pulang ke Al-Falah.

" Itu yang menjadi pilihan saya, Umi."

" Bibimu pasti sangat kecewa, apalagi Aisha, dia nampak terpukul sekali."

" Saya tau."

" Apa kau bersungguh-sungguh dengan ucapanmu tadi, apa ini hanya caramu agar tidak di jodohkan

dengan Aisha?".

"Tidak Ummi.saya bersungguh-sungguh memilih Najwa!."

" Kenapa?, apa alasannya, dan kenapa harus Najwa?"

Nyai Mabruroh masih benar-benar tak mengerti dengan keputusan putranya itu.

" Karna saya yaqin, dia adalah taqdir saya."

Nyai Mabruroh menatap putranya heran.Semudah ini ia memutuskan sebuah Taqdir. Batinnya.Tak terima.

Terpopuler

Comments

NA_SaRi

NA_SaRi

huhuuui auto nangis sesegukan itu aisha

2022-06-02

0

Rahma Inayah

Rahma Inayah

gk dpt gadis nya janda pun tak ap .saya suka karakter adlan tegas demi utk hdp masa dpnnya dia berani menetang kel nya

2022-05-26

0

Krisna New

Krisna New

janda makin di depan..

2021-10-20

0

lihat semua
Episodes
1 Engkaulah Taqdirku. 1
2 Engkaulah Taqdirku 2 Pesantren Al Bustan. 2 tahun kemudian.
3 Engkaulah Taqdirku 3
4 Engkaulah Taqdirku. 4
5 Engkaulah Taqdirku. 5
6 Engkaulah Taqdirku 6
7 Engkaulah Taqdirku 7
8 Engkaulah Taqdirku 8
9 Engkaulah Taqdirku 9
10 Engkaulah Taqdirku 10
11 Engkaulah Taqdirku 11
12 Engkaulah Taqdirku 12
13 Engkaulah Taqdirku 13
14 Engkaulah Taqdirku 14
15 Engkaulah Taqdirku 15
16 Engkaulah Taqdirku 16
17 Engkaulah Taqdirku 17
18 engkaulah Taqdirku 18
19 Engkaulah Taqdirku 19
20 Engkaulah Taqdirku 20
21 Engkaulah Taqdirku 21
22 Engkaulah Taqdirku 22
23 Engkaulah Taqdirku 23
24 Engkaulah Taqdirku 24
25 Engkaulah Taqdirku 25
26 Engkaulah Taqdirku 26
27 Engkaulah Taqdirku 27
28 Engkaulah Taqdirku 28
29 Engkaulah Taqdirku 29
30 Engkaulah Taqdirku 30
31 Engkaulah Taqdirku 31
32 Engkaulah Taqdirku 32
33 Engkaulah Taqdirku 33
34 Engkaulah Taqdirku 34
35 Engkaulah Taqdirku 35
36 Engkaulah Taqdirku 36
37 Engkaulah Taqdirku 37
38 Engkaulah Taqdirku 38
39 Engkaulah Taqdirku 39
40 Engkaulah Taqdirku 40
41 Engkaulah Taqdirku 41
42 Engkaulah Taqdirku 42
43 Engkaulah Taqdirku 43
44 Engkaulah Taqdirku 44
45 Engkaulah Taqdirku 45
46 Engkaulah Taqdirku 46
47 Engkaulah Taqdirku 47
48 Engkaulah Taqdirku 48
49 Engkaulah Taqdirku 49
50 Engkaulah Taqdirku 50
51 Engkaulah Taqdirku 51
52 Engkaulah Taqdirku 52
53 Engkaulah Taqdirku 53
54 Engkaulah Taqdirku 54
55 Engkaulah Taqdirku 55
56 Engkaulah Taqdirku 56
57 Engkaulah Taqdirku 57
58 Engkaulah Taqdirku 58
59 Engkaulah Taqdirku 59
60 Engkaulah Taqdirku 60
61 Engkaulah Taqdirku 61
62 Engkaulah Taqdirku 62
63 Engkaulah Taqdirku 63
64 Engkaulah Taqdirku 64
65 Engkaulah Taqdirku 65
66 Engkaulah Taqdirku 66
67 Engkaulah Taqdirku 67
68 Engkaulah Taqdirku 68
69 Engkaulah Taqdirku 69
70 Engkaulah Taqdirku 70
71 Engkaulah Taqdirku 71
72 Engkaulah Taqdirku 72
73 Engkaulah Taqdirku 73
74 Engkaulah Taqdirku 74
75 Engkaulah Taqdirku 75
76 Engkaulah Taqdirku 76
77 Engkaulah Taqdirku. 77
78 Engkaulah Taqdirku 78
79 Engkaulah Taqdirku 79
80 Engkaulah Taqdirku 80
81 Engkaulah Taqdirku 81
82 Engkaulah Taqdirku 82
83 Engkaulah Taqdirku. 83
84 Engkaulah Taqdirku 84
85 Engkaulah Taqdirku 85
86 Engkaulah Taqdirku 86
87 Engkaulah Taqdirku 87
88 Engkaulah Taqdirku 88
89 Engkaulah Taqdirku 89
90 Engkaulah Taqdirku 90
91 Engkaulah Taqdirku 91
92 Engkaulah Taqdirku 92
93 Engkaulah Taqdirku 93
94 Engkaulah Taqdirku 94
95 Engkaulah Taqdirku 95
96 Engkaulah Taqdirku 96
97 Engkaulah Taqdirku 97
98 Engkaulah Taqdirku 98
99 Engkaulah Taqdirku 99
100 Engkaulah Taqdirku 100
101 Pemberitauan.
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Engkaulah Taqdirku. 1
2
Engkaulah Taqdirku 2 Pesantren Al Bustan. 2 tahun kemudian.
3
Engkaulah Taqdirku 3
4
Engkaulah Taqdirku. 4
5
Engkaulah Taqdirku. 5
6
Engkaulah Taqdirku 6
7
Engkaulah Taqdirku 7
8
Engkaulah Taqdirku 8
9
Engkaulah Taqdirku 9
10
Engkaulah Taqdirku 10
11
Engkaulah Taqdirku 11
12
Engkaulah Taqdirku 12
13
Engkaulah Taqdirku 13
14
Engkaulah Taqdirku 14
15
Engkaulah Taqdirku 15
16
Engkaulah Taqdirku 16
17
Engkaulah Taqdirku 17
18
engkaulah Taqdirku 18
19
Engkaulah Taqdirku 19
20
Engkaulah Taqdirku 20
21
Engkaulah Taqdirku 21
22
Engkaulah Taqdirku 22
23
Engkaulah Taqdirku 23
24
Engkaulah Taqdirku 24
25
Engkaulah Taqdirku 25
26
Engkaulah Taqdirku 26
27
Engkaulah Taqdirku 27
28
Engkaulah Taqdirku 28
29
Engkaulah Taqdirku 29
30
Engkaulah Taqdirku 30
31
Engkaulah Taqdirku 31
32
Engkaulah Taqdirku 32
33
Engkaulah Taqdirku 33
34
Engkaulah Taqdirku 34
35
Engkaulah Taqdirku 35
36
Engkaulah Taqdirku 36
37
Engkaulah Taqdirku 37
38
Engkaulah Taqdirku 38
39
Engkaulah Taqdirku 39
40
Engkaulah Taqdirku 40
41
Engkaulah Taqdirku 41
42
Engkaulah Taqdirku 42
43
Engkaulah Taqdirku 43
44
Engkaulah Taqdirku 44
45
Engkaulah Taqdirku 45
46
Engkaulah Taqdirku 46
47
Engkaulah Taqdirku 47
48
Engkaulah Taqdirku 48
49
Engkaulah Taqdirku 49
50
Engkaulah Taqdirku 50
51
Engkaulah Taqdirku 51
52
Engkaulah Taqdirku 52
53
Engkaulah Taqdirku 53
54
Engkaulah Taqdirku 54
55
Engkaulah Taqdirku 55
56
Engkaulah Taqdirku 56
57
Engkaulah Taqdirku 57
58
Engkaulah Taqdirku 58
59
Engkaulah Taqdirku 59
60
Engkaulah Taqdirku 60
61
Engkaulah Taqdirku 61
62
Engkaulah Taqdirku 62
63
Engkaulah Taqdirku 63
64
Engkaulah Taqdirku 64
65
Engkaulah Taqdirku 65
66
Engkaulah Taqdirku 66
67
Engkaulah Taqdirku 67
68
Engkaulah Taqdirku 68
69
Engkaulah Taqdirku 69
70
Engkaulah Taqdirku 70
71
Engkaulah Taqdirku 71
72
Engkaulah Taqdirku 72
73
Engkaulah Taqdirku 73
74
Engkaulah Taqdirku 74
75
Engkaulah Taqdirku 75
76
Engkaulah Taqdirku 76
77
Engkaulah Taqdirku. 77
78
Engkaulah Taqdirku 78
79
Engkaulah Taqdirku 79
80
Engkaulah Taqdirku 80
81
Engkaulah Taqdirku 81
82
Engkaulah Taqdirku 82
83
Engkaulah Taqdirku. 83
84
Engkaulah Taqdirku 84
85
Engkaulah Taqdirku 85
86
Engkaulah Taqdirku 86
87
Engkaulah Taqdirku 87
88
Engkaulah Taqdirku 88
89
Engkaulah Taqdirku 89
90
Engkaulah Taqdirku 90
91
Engkaulah Taqdirku 91
92
Engkaulah Taqdirku 92
93
Engkaulah Taqdirku 93
94
Engkaulah Taqdirku 94
95
Engkaulah Taqdirku 95
96
Engkaulah Taqdirku 96
97
Engkaulah Taqdirku 97
98
Engkaulah Taqdirku 98
99
Engkaulah Taqdirku 99
100
Engkaulah Taqdirku 100
101
Pemberitauan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!