Begitu Antusiasnya Kyai Faqih Zayyad dan Nyai Masturoh akan kehadiran keponakannya, Ibrahim Adlan Fanani, Yang memang sudah di tunggu kedatangannya sejak seminggu lalu, tepatnya di hari pernikahan Fathan Abdillah. Namun karna sesuatu hal pemuda tampan itu tak bisa datang , mereka semua memahami itu dan mensyukuri kedatangannya hari ini.
Bahkan Kyai Faqih memperkenalkan segenap anggota keluarganya yang tengah berkumpul di ruang keluarga itu, walaupun sebenarnya Ibrahim Adlan bukan tidak tau pada mereka.
" Itu Annisa dan suaminya, Yazid Tamim! " Kyai menunjuk putri pertamanya yang duduk berdampingan dengan suaminya dan sama-sama tersenyum ke arah pemuda tampan itu.
" Lama sekali gak pernah ketemu ya dik?" Sapa Annisa. Annisa dan Aisha adalah putri-putri Kyai Faqih dengan mendiang Nyai Shaliha, istri pertama Kyai Faqih.
" ia, Mbak..hampir sepuluh tahun mungkin, Mbak dan mas apa kabar?"
" Alhamdulillah..selalu dalam lindungan Allah..main-main kerumah ya dik!, Insha-allah besok kami pulang ke bangkalan." kali ini suami Annisa yang menjawab.
" Ia.insha-allah mas" Ibrahim Adlan menjawab dengan senyum.
" Kalo ini , Aisha." Kyai menunjuk putri bungsunya yang cantik itu, yang segera menunduk begitu tatapannya bertemu dengan tatapan Ibrahim Adlan yang di serta seulas senyum mempesona.
Bahkan wajah Aisha tampak memerah karna debar jantungnya yang kembali berpacu.
Kondisi ini cukup berbahaya bagi Aisha, terlalu sering melihat ketampanan wajah Ibrahim Adlan di kombinasikan senyumnya yang menawan, lama-lama Aisha bisa jantungan.Dan bisa masuk ICU seperti kata sovia.
" Yang ini Mahilatul Jamilah, istrinya Fathan!" Kyai menunjuk seorang wanita cantik yang duduk di samping Aisha.Adlan langsung menoleh pada Fathan yang berdiri di dekatnya. " pintar juga kau memilih istri" berbisik lirih.
" Bukan hanya Mas, yang punya selera tinggi" sahut Fathan juga lirih.
"Masak aku punya selera tinggi?" Adlan menatap heran dengan penilaian adiknya itu terhadapnya.
" Buktinya sampai sekarang belum laku." Fathan lebih mengeraskan suaranya sambil tertawa renyah.
" Ia dik, kapan? sudah di langkahi Fathan lho?" Annisa menyambung omongan keduanya.
" Insha-allah mbak" sahut Adlan.
" Insha-Allah apa?" Nyai Masturoh ikut bertanya.
" Dalam waktu dekat." Adlan menjawab mantap.
" Berarti sudah ada calonnya ya?" tanya Yazid.
" Ia.sudah di siapkan sama Allah." lagi, pemuda tampan itu berkata mantap.Yang membuat Kyai dan Nyai Masturoh saling melempar senyum.
Keduanya memang telah membicarakan perihal keinginan mereka untuk menyatukan Adlan dan Aisha dalam tali pernikahan pada Kyai Umar Fanani dan Nyai Mabruroh, orang tua Ibrahim Adlan.
Pada dasarnya mereka tak keberatan, namun tetap menyerahkan keputusan pada Ibrahim Adlan selaku yang akan menjalani. Dan ucapan pemuda tampan itu barusan di maknai ada kaitannya dengan hal tersebut.Karnanya Kyai dan bu-nyai nampak sama-sama terlihat senang.
Dan yang terakhir dalam ruangan itu adalah seorang wanita muda berwajah ayu bermata teduh yang duduk di samping istrinya Fathan.Wanita yang memakai gamis warna putih dan berhijab lebar
warna dusty pink itu nampak lembut dan anggun.ia memangku seorang anak kecil berusia sekitar 4 tahun.Kyai segera memperkenalkan begitu terlihat Adlan mengarahkan tatapan kepadanya.
" Ini Najwa Aulia, kakak iparmu Adlan!."
" Kakak ipar " Adlan mengulang kata itu untuk dirinya sendiri.Namun karna ucapannya juga di dengar oleh yang lain, Fathan pun menjelaskan " ia mas, mbak Najwa ini istrinya Mas Irfan Zidni, Almarhum!."
" Ia." Adlan segera mengangguk. menatap wanita itu dan tersenyum lembut, pemuda tampan itu bahkan melangkah mendekati " apa ini putrinya mas Irfan?"
Adlan menatap putri kecil di pangkuan Najwa Aulia.
" Itu, putrinya Annisa, Adlan.Irfan dan Najwa belum di karuniai anak!" Nyai masturoh menjelaskan.
"Oo.." Adlan mengusap kepala anak itu lembut " siapa namanya, sayang?"
" Dea" bocah itu menjawab.
" Sama siapa kesini?"
" Sama ummi"
" sama siapa lagi?"
"Abi"
" Mana abi dan uminya?" Adlan menatap gemas.
Dea langsung menunjuk kedua orang tuanya dengan benar.Adlan menoel-noel pipi dea semakin gemas.
" gendong 'ammi yok!" Adlan menyorongkan kedua tangannya , tanpa di sangka dea menyambut memberikan tangannya.Dengan senang pemuda tampan itupun mengendongnya.Hal ini tak luput dari perhatian mereka semua yang menatap takjub melihat interaksi seorang Ibrahim Adlan bersama anak sekecil Dea.
" Sudah sangat pantas mas" celetuk Fathan.
" Pantas apa?"
" Punya anak" sahut Fathan
" Betul. cepat-cepat dah, kalau memang calonnya sudah ada!" Annisa pun meimpali.Adlan hanya tersenyum saja.
Setelah itu, Kyai Faqih Zayyad pun menyampaikan maksudnya meminta keponakan istrinya itu datang.
Di antaranya, ia meminta Ibrahim Adlan untuk ikut terjun di kependidikan formal Al bustan, yang sebentar lagi punya rencana mendirikan sekolah tinggi agama islam Al bustan, sebagaimana di Al-Falah yang sistem pendidikan formal dan non formalnya sudah lengkap dari tingkat diniyyah sampai perguruan tinggi.
Meski sebenarnya sudah banyak memegang tanggung jawab di bidang pendidikan , yang tak hanya di rumahnya sendiri di Al-Falah tapi juga di An-Nur dan sebentar lagi ia juga di minta terjun mengajar di Ma'had Aly di tuban, pesantrennya dulu.
Namun Ibrahim Adlan tetap menyetujui permintaan itu,walau dengan artian harus pandai membagi waktu.
Dan tanpa menunggu lebih lama, usai makan siang itu bersama Fathan ia segera pergi ke kantor Al-Bustan, untuk mulai melihat dan mempelajari struktur organisasi pendidikan disana.
Selama kurang lebih 2 jam,keduanya baru kembali ke dhalem.
" Menginaplah Adlan, ini sudah lewat jam 4 sore, nanti kau kemalaman di jalan, apalagi kau tidak pakai mobil." untuk kesekian kalinya, Nyai Masturoh membujuk keponakannya itu.
" Tidak apa-apa bi, paling sehabis magrib saya sudah sampai di Al-Falah." Adlan tetap keukeuh untuk pulang saja.
" Jangan ngebut!, dari sini ke Al-Falah itu jauh." ujar Nyai Masturoh segera.
Al-Bustan dan Al-Falah memang terletak di dua kabupaten yang berbeda.Al falah di pamekasan dan Al-Bustan di sumenep. Namun sebenarnya tidaklah begitu jauh, karna Al bustan terletak sekitar 15 km dari wilayah perbatasan pamekasan dan sumenep,sedangkan Al-Falah sekitar 30 Km dari perbatasan itu.
Ibrahim Adlan hanya menanggapi dengan senyum ucapan bibinya, ia segera ke dalam untuk mengambil jaket dan helmnya.Di depan sebuah kamar ia berpapasan dengan Najwa Aulia yang melangkah hendak keluar dengan memakai tas selempang berkelas di pundaknya.Adlan menghentikan langkah, menatapnya. Najwa tersenyum lembut lalu menundukkan pandangan dan segera hendak berlalu
" Najwa!!" pemuda tampan itu menahannya dengan memanggil namanya tanpa embel-embel "mbak" sebagaimana Fathan.
Najwa mengurungkan niatnya untuk pergi , namun tetap tundukkan pandangan, tak berani menatap wajah tampan di depannya itu.
" apa kabarmu, Najwa?"
" Alhamdulillah, baik, Ra." sahut Najwa senyum.
" Apa selama ini kau baik-baik saja?"
" Ia Ra, saya baik-baik saja."
" Katanya kau juga mengajar disini ya?"
" Ia." Najwa masih belum mengarahkan tatapannya .
tetap menundukkan pandangan.Menundukkan pandangan ya, bukan menundukkan kepala.
"Sudah lama?"
" Sudah lewat satu tahun, sekitar itu,Ra."
" Kau senang, mengajar disini?"
Adlan masih betah bertanya, meski lawan bicaranya tak menatapnya.
" Ia , saya senang, bisa kembali terjun di dunia pendidikan." kali ini Najwa menatapnya dengan senyum.Tampak keceriaan terpancar di wajah ayu-nya.
Ibrahim Adlan membalas senyum " terima kasih, Najwa." ujarnya .
" Terima kasih untuk apa Ra?"
" Pertama, karna selama ini kau baik-baik saja. Dan kedua, karna kau tetap memanggilku seperti itu."
Dan pemuda tampan itu segera teruskan langkah,
meninggalkan Najwa yang masih terdiam mengeja kembali panggilan yang ia sematkan untuk Ibrahim Adlan itu.
Ra, panggilan singkat untuk Lora, putra Kyai.
bukankah di Al-Falah hanya kyai dan bu-nyai saja yang tak memanggilnya begitu.Batinnya.
Di teras, Fathan Abdillah dan istrinya, serta Nyai Masturoh dan Aisha berdiri memandangi kepergian Najwa dengan mobilnya yang keluar dari gerbang Al-Bustan. " dia nyetir sendiri?" terdengar tanya Adlan yang rupanya sudah ada diteras juga dan sudah siap untuk pergi.
" Ia mas, mbak Najwa biasa nyetir sendiri pulang pergi dari sini." sahut Fathan.
" Kau sudah pamit pamanmu, Adlan ?" Nyai Masturoh segera bertanya.
" Sudah bibi, saya pamit dulu ya..
" Tunggu Adlan!" Nyai Masturoh menahan tangannya.
"apa aba dan ummimu sudah menyampaikannya padamu?" .Meski awalnya ragu untuk menanyakan hal itu , karna kini dirinya tak hanya berdua saja dengan Adlan, namun akhirnya ia bertanya juga.
" Soal apa, bibi?" Adlan masih belum paham arah pertanyaan bibinya, tapi Aisha dapat tau, gadis cantik itu segera beringsut sembunyikan wajah di balik pundak umminya.
" Soal keinginan kami terhadapmu!".
" Oo itu, ia sudah."
" Apa jawabmu?" sang bibi sudah sangat tidak sabar ingin tau apa keputusan Adlan.Tadinya ia berfikir kedatangan Adlan hari ini juga akan membicarakan perihal rencana perjodohan itu, ternyata sampai keponakannya itu memutuskan untuk pulang tak ada sedikitpun ia menyinggung soal itu.Membuat Nyai Masturoh memutuskan untuk menanyakannya langsung.
Adlan nampak menghela nafas lalu menatap Aisha.
Gadis cantik itu buru-buru menunduk dengan wajah tegang.bahkan.." sa..saya kedalam dulu!" gugup Aisha segera masuk kedalam.Fathan dan Mahil hanya menatap datar, belum faham apa yang di bicarakan ibu dan saudaranya itu.
" Saya belum bisa jawab sekarang,bi." sahut Adlan.
" Lalu kapan nak?"
" Mungkin setelah saya kesini lagi!"
" Baiklah, aku tunggu."
Setelah Ibrahim Adlan pergi, melesat cepat dengan motornya meninggalkan Al-Bustan, Fathan menatap umminya setelah memberi isyarat pada istrinya untuk masuk lebih dulu.
" Ada hal apa sebenarnya mi?"
" Aku dan abamu berniat menjodohkan Adlan dan Aisha, kami sudah menyampaikan ini pada paman dan bibimu!"
"Lalu apa tanggapan mereka?" tanya Fathan cepat.
" Sebenarnya mereka tidak keberatan, tapi tetap menyerahkan keputusan pada Adlan."
" Kalau mas Adlan tidak setuju, bagaimana?"
" Kenapa kau punya dugaan begitu, Fathan?"
" Karna Mas Adlan itu dari dulu, tidak pernah setuju bila dijodohkan.Bahkan kyai Adhiem, wakil pengasuh di tuban, juga ingin menjodohkan putrinya dengan mas Adlan, Tapi,Mas Adlan menolak ummi."
" Tapi, siapa tau, kali ini Adlan mau," Nyai Masturoh memang sangat berharap perjodohan ini terlaksana dengan lancar.
" Tapi kalau Mas Adlan menolak, ummi jangan memaksa!" Fathan segera berlalu.Entahlah, ia merasa kalau ini bukan ide yang baik.
Hal ini berbeda dengan pemikiran Nyai Masturoh,
menurutnya kalaupun Ibrahim Adlan memang tidak menyetujui, tapi kalau orang tuanya memerintahkan
pemuda tampan itu pasti tak dapat menolak.
Adlan sudah terdidik santun dan shalih sejak kecil, dan berusaha mematuhi aturan agama dengan baik,
juga sangat patuh pada kedua orang tuanya.
Agama sudah mengatur dengan jelas kriteria wanita yang di anjurkan untuk di pilih sebagai pasangan, dan Aisha , Putrinya itu sudah memenuhi kriteria itu.
Menurut Nyai Masturoh, keponakannya itu pasti tak ada alasan untuk menolak, bila kedua orang tuanya telah meminta nya untuk menerima.
Yah..kita lihat saja nanti..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
NA_SaRi
sy baru ngeuh, ini yg jadi Najwa Aulia authornya, ya? namanya sama beda belakangnya aja
2022-06-02
1
Krisna New
jodoh d tangn author..umi aisha hrs sabar jgn maksa, okay
2021-10-20
0
Azzam
mampir ah
2021-07-09
1