Aisha menghentikan langkah di depan kamar kedua orang tuanya yang pintunya terbuka sedikit. tangannya terangkat hendak mengetuk dan mulutnya terbuka hendak mengucap salam.
Namun secara bersamaan terhenti begitu saja begitu terdengar ucapan Kyai Faqih Zayyad, aba-nya.
" Aku punya rencana untuk menjodohkan Aisha dengan keponakanmu, ummi!"
Aisha segera merapatkan tubuhnya ke dinding dan memasang telinganya baik-baik, mendengar itu.
" Siapa aba?" terdengar tanya Nyai Masturoh, istri Kyai Faqih.
" Ibrahim Adlan."
Mendengar nama itu yang di sebut, Aisha segera meraba dadanya merasakan detak jantungnya yang berpacu kian kuat,dan perasaan bahagia menelusup begitu saja tanpa dapat di cegah, rata memenuhi setiap ruang dalam perasaannya.
" Bagaimana menurutmu, mi?" Kyai Faqih meminta pendapat pada istrinya.
" Saya sangat setuju aba, Rasanya hanya Ibrahim Adlan yang pantas untuk jadi imam buat Aisha."
Suara sang ummi terdengar sangat antusias.
Aisha pun tak dapat menghentikan tarikan bibirnya yang membuat lengkungan dengan sendirinya.Membentuk Senyuman sempurna yang terbit di wajah cantiknya.
" Setelah akad nikah Fathan besok, aku akan membicarakannya langsung pada Kyai Umar Fanani."
" Ia.setuju aba."
Aisha segera berlari menuju kamarnya, dan tanpa menutup pintu ia segera menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur, menelungkupkan wajahnya ke atas bantal, dan mengalirlah ungkapan kebahagiaannya disana.
" Allahu-Rabbii..Mas Ibrahim Adlan, akhirnya mas..akhirnya, cinta dalam diam-ku ini akan sampai kepadamu..Subhanallah Ya Allah.."
tangannya menarik sesuatu dari bawah bantalnya, sebuah bingkai fhoto seorang pemuda tampan rupawan terpampang di sana.Di pandanginya dengan sepenuh hati, di pandanginya dengan senyum yang tiada henti.
" Akhirnya, Allah menjawab semua doaku tentangmu mas, tanpa aku minta , aba dan ummi berniat untuk menjodohkan kita..Aku bahagia sekali, Mas...
" Ning Aisha kenapa?" sebuah sapaan membuyarkan euforia kebahagiaannya begitu saja.
" Shovia!" Aisha segera duduk menatap salah satu santri yang bertugas di dhalem itu yang tiba-tiba ada di belakangnya.
" Ning Aisha sakit?" sovia masih bertanya heran.
" Gak. aku justru bahagia sekali" sahut Aisha senyum.
" Ia.blushing." kata sovia, dan pandangannya menangkap seraut wajah sangat tampan di dalam bingkai foto itu.Tatap mata yang tajam dari sepasang netra yang berwarna hitam pekat, di hiasi bulu lentik, sepasang alis yang tebal,hidung mancung sempurna, bibir kisable yang sedikit tebal dan berwarna merah alami.Betul-betul pemandangan indah yang tak boleh di lewatkan begitu saja.
" Karna itu ya, Ning!" Sovia langsung menebak.
Aisha cepat menyembunyikan foto itu kembali di bawah bantalnya.
" Ayo..itu siapa Ning?" Shovia menggodanya.
Santri yang memiliki tugas di dhalem(rumah kediaman kyai) memang memiliki kedekatan yang lebih dengan keluarga kyai dari pada santri yang lain.
" Calon imam masa depan." Sahut Aisha dengan percaya diri.
" Alhamdulillahh..beliau orang mana Ning?"
" Nanti kau juga akan tau, ... ada apa kau kemari Sovia?"
" Ajunan( anda) di panggil bu- nyai, Ning!"
" Kenapa tak segera bilang dari tadi?"
" Saya sudah ketuk pintu tiga kali, ucap salam tiga kali, tapi Ning gak jawab, rupanya sedang memandangi foto calon imam." sovia terkikik , namun segera menutup mulutnya begitu Aisha menempelkan jari telunjuknya di bibir.Gadis cantik itu segera bangkit. " aku akan temui ummi." ujarnya dan segera keluar di ikuti sovia.
****
Motor CBR warna hitam itu memasuki halaman samping kediaman kyai, membuat beberapa orang menatap heran.Biasanya tak ada dari tetamu Kyai yang akan memasukkan kendaraannya ke halaman ini, kecuali dari pihak keluarga dhalem sendiri.
Dan biasanya dari keluarga Dhalem tidak ada yang biasa naik motor besar seperti ini, membuat hampir semua mata menatap seksama ke arah pengemudi motor yang telah memarkirkan kendaraannya dengan sempurna itu,karna rasa penasaran.
Tak ada yang tak tersenyum kagum, begitu helm full face itu terlepas dari kepalanya,tampak seraut wajah tampan nyaris sempurna terpampang kini di depan mata.
" Ning, itu, pemuda yang di foto kemarin itu ya?"
Sovia berbisik pada Ning Aisha.Gadis cantik itu hanya bisa mengangguk seraya memegang erat lengan Sovia, wajahnya menegang seiring derap jantung yang berpacu lebih cepat.
" Selamat datang kakakku yang paling tampan!" seloroh Fathan, ia bergegas dari ruang dalam menghampiri. Keduanya lalu sering berpeluk hangat sesaat. " Apa kabar Mas?" Fathan menatap sumringah.
" Alhamdulillah..baik, kau sendiri bagaimana, pengantin baru?" pemuda tampan itu menepuk lembut pundak Fathan Abdillah yang memang telah resmi menyandang status suami sejak seminggu yang lalu.
" Tega sekali Mas, tak datang dalam acara pernikahanku,"
" Maaf, Fathan. Aku benar-benar minta Maaf,kau tau sendiri, Aku tidak bisa merubah jadwal yang sudah di tetapkan dari sana."
" Ia.aku faham" Fathan tersenyum " masih suka naik motor, Mas?".
" Ia.hanya ingin mengenang."
" Mengenang siapa nih?" Fathan langsung memicing.
" Mengenang waktu naik motor." pemuda tampan itu tertawa lepas.Aihh makin tampan saja wajahnya.
" Ayo masuk mas, yang lain sudah menunggu di dalam!" keduanya melangkah beriringan . Dan saat melintasi Aisha yang masih berdiri di dekat Sovia, pemuda tampan itu menatapnya.
" Aisha ya?".. ia menyapa
" I..ia mas." Aisha gugup " Mas,Mas Adlan apa kabar??" meski gugup Aisha coba bertanya.
" Baik. sudah besar kau ya, makin cantik saja." pemuda tampan itu tersenyum dan segera berlalu bersama Fathan.Meninggalkan Aisha yang wajahnya memerah bak kepiting rebus.Senang habis di puji pemuda pujaan.Sovia senyum-senyum menggoda.
"Itu Lora Ibrahim Adlan ya Ning, putra Kyai Al-Falah?"
Fitri bertanya.Ia juga salah satu santri petugas Dhelem seperti Sovia.Aisha mengangguk.
Lora,adalah sebutan untuk putra kyai di daerah Madura.Biasanya akan di singkat Ra saja dalam panggilan keseharian.
" Salam ya Ning, untuk jangan tersenyum lagi.Jantung saya melompat-lompat soalnya." Kata Fitri.Aisha segera menatap kurang suka.
Sovia mengkedipkan matanya memberi Isyarat, tapi Fitri tak faham ia masih melanjutkan ucapannya.
" Aku takut jadi jatuh cinta padanya, santri mencintai
putra kyai itu berbahaya..bisa patah hati aku."
Sovia segera mencubitnya memberi isyarat pada Aisha yang segera ke dalam setelah di panggil oleh Ning annisa,kakaknya. " Apa sih?" Fitri menggerutu.
" Ning Aisha suka sama Lora Ibrahim Adlan itu!" sovia memberi tau.
" Lho.kan mereka sepupu?" Fitri melongo.
" Sebenarnya tidak. Ning Aisha kan putrinya Almh Nyai sholiha.Sedangkan Lora Adlan itu keponakannya Nyai Masturoh.!" jelas Sovia.
" Kalau Ning Aisha suka, berarti kita gak boleh suka ya?" Fitri menatap kecewa.
" Kita??.. kamu saja.Aku tidak" sahut Sovia.
"Alah..kau barusan melihat beliau tak berkedip juga."
" Memang.tapi aku tak mau masuk ICU gara-gara jantungan, cintaku di tolak. Seorang lora itu, Apalagi yang sekelas beliau, jodohnya pasti sudah di siapkan,
yang sepadan juga." Sovia menguraikan.
" Ia sihh..kita hanya kebagian halu saja." sahut Fitri.Namun keduanya lalu tertawa renyah.
" Fitri, Sovia, tolong siapkan meja makan ya!"
seorang wanita berwajah ayu , bergamis putih dengan hijab lebar berwarna dusty pink menginterupsi celoteh keduanya.
" Baik, Ning!". Keduanya patuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
NA_SaRi
oh begitu, jd santri gak boleh suka sama anak kyai ya? baru tau
2022-06-02
1
aleena
baru nemu lngsung suka
2022-01-23
1
Yayoek Rahayu
suka karyanya...
2021-10-11
0