Keributan terjadi di lobi perusahaan yang berhasil menarik perhatian CEO perusahaan. Pria itu melangkahkan kakinya dengan memasang wajah datar membelah keramaian yang mengerumuni seseorang.
"Ada apa ini?" tanya sang CEO dengan suara berat, membuat semua karyawan yang berkerumun kicep.
"Pak Kevin." tunduk para Karyawan padanya.
Alfarezi Kevindra Adhitama, sosok pria yang sangat tampan dan di segani para karyawannya, selain tegas dia juga terkesan cuek, membuat aura dingin dan mencekam menyeruak jika berada di sekitarnya. Dia adalah CEO Adhitama Grup, Anak tunggal tuan Sean, dan cucu pertama Oma Jelita.
"Apa yang terjadi?" tanya asisten pribadinya yang bernama Anson.
Anson Ardinal Wijaya, asiten pribadi Seorang Kevindra, namun sifatnya berbanding terbalik dengan sang bos.
"Tadi ada Pria yang tiba-tiba datang pak, dan menampar salah satu karyawan kita, pria itu bahkan menjambak rambut gadis itu lalu mendorongnya hingga membentur meja resepsionis." jawab salah satu Karyawan yang lebih dekat dengannya.
"Bubar!!" ujar Ans membuat para karyawan bubar dan menyisakan seorang gadis yang jatuh pingsan dan beberapa karyawan yang akan menolong gadis itu.
Dia memperhatikan wajah gadis itu dari jauh, kesan pertama yang dia dapatkan adalah gadis cupu. Kacamata bulat yang menempel pada wajah gadis itu, dengan rambut di kepang dua, kenapa HRD bisa menerimanya? dia tidak habis fikir.
"Bawa dia kerumah sakit dan biayai semua pengobatannya!" perintahnya pada sang asisten kemudian berlalu masuk kedalam lift, menuju lantai paling atas di mana ruangannya berada.
Sebelum memasuki ruangannya dia terlebih dulu memandangi ruangan di sebelahnya.
Ruangan Direktur Utama
Artinya pemilik ruangan itu adalah pemilik perusahaan tempatnya memimpin sekarang, andai saja ayahnya masih hidup mungkin sekarang dia tidak akan menjadi CEO di perusahaan ini.
Kemudian dia memasuki ruangan yang betuliskan.
Ruagan CEO
Dia menghela nafas berat mendudukkan diri di kursi kebesarannya, Ruangan yang begitu luas dengan sofa berada di sudut ruangan menghadap sebuah rak buku setinggi langit-langit.
Di depan rak buku ada sebuah TV berukuran 32 inci tidak terlalu besar hanya sebagai pajangan jarang di pakai. Di sebelah kanan kursi kebesarannya, ada sebuah pintu menuju tempat peristirahatan yang tak pernah di masuki oleh siapapun selain dirinya jika merasa lelah dan malas pulang.
Di tekannya intercom di atas meja untuk menghubungkannya pada sekretarisnya.
"Panggil bagian ke amanan keruangan saya sekarang!" perintahnya dan menutup telfon sepihak.
Beberapa menit menunggu akhirnya 5 pria berbadan kekar berseragam putih berlogo perusahaan berdiri depannya dengan berbagai macam ekpresi. Ekspresi ketakutan, pias, dan was-was padahal dia belum berbicara, apakah semenakutkan itu dirinya bagi para karyawanya? tapi kenapa?
Dia bangkit dari duduknya, berjalan kearah mereka kemudian bersandar pada meja kerjanya dengan bersedekap dada.
"Saya mempekerjakan kalian untuk apa, Hm?" tanyanya datar.
Hening tak ada satupun yang menjawab pertanyaannya, apa mereka tidak tahu bahwa dia paling tidak suka jika menemui seseorang yang dia tanya dan hanya diam saja seperti orang bisu.
"Jawab!"
"Menjaga keamanan perusahaan Tuan."
Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
Para pria itu bersujud kelantai kala dia menendang lutut para penjaga keamanan dari belakang.
"Saya paling tidak suka ada kekacauan di lingkungan perusahaan!" geramnya dengan tangan terkepal.
Memimpin selama 2 tahun lebih tak pernah sekalipun dia mendapati kekacauan di perusahaan dan pagi ini dia di suguhkan pemandangan tidak mengenakan dan memakan satu korban.
"Ma-af pak." salah satu dari mereka menyatukan tangannya, memohon kepadanya. "Istri saya sedang hamil, tolong jangan pecat saya."
Tentu saja orang-orang di depannya berkata seperti itu, karena selama ini siapapun yang membuat kesalahan akan di pecat tanpa peringatan.
"Ans!!" panggilnya pada sang asisten.
Pintu ruangan terbuka menampilkan pria yang tak kalah gagah darinya, berjalan kearahnya dan menunduk hormat. Bolehkan dia tertawa melihat sikap asistennya itu? Ah itu tidak mungkin, melihat sekarang dia memerankan peran sebagai bos galak.
"Urus mereka!" ujarnya kemudian kembali duduk di kuris kebesarannya.
Melonggarkan dasi yang terasa mencekiknya, "Melelahkan." ujarnya penuh penekanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
aq nyimak
2022-06-09
1
Dina Marliana
mampir thooorr...boleh kn😁
2022-01-07
0
Coki Al Amien
Uup dong
2021-08-22
0