Sejak ayah Shella menikah hubungan kami jauh lebih baik dari sebelumnya. Mira juga telah menjadi ibu sambung yang baik untuk putriku, setiap aku datang kesana mereka terlihat harmonis dan aku ikut senang atas semua itu.
###
Tapi suatu hari saat Shella berusia 18 bulan ku dengar dia tersiram air panas oleh ibu tirinya. Aku kaget bukan main.
"HAH... air panas?."
"Iya, Lis kamu cepet pulang ya!" ucap ibu dalam telepon.
"Baik bu Lisna segera kesana," aku menutup telepon ibu.
Kuceritakan apa yang terjadi pada Bu Linlin dan beliau mengizinkanku untuk pulang cepat.
Kabarnya iya dilarikan kepuskesmas untuk mendapatkan perawatan.
###
Setibanya disana aku langsung menanyakan keberadaan putriku pada seorang petugas piket yang sedang berjaga.
"Permisi sus, apa ada pasien balita perempuan yang dibawa kesini karena luka bakar?" tanyaku tergesa-gesa.
"Oh iya ada bu, tadi sudah diberikan pertolongan pertama dan sekarang sedang dirawat di ruangan No. 3 dari sini lurus belok kanan ruangannya sebelah poli anak" jawabnya sambil menunjukan arah.
"Terimakasih infonya, sus" aku langsung bergegas mencari ruangan.
Kulihat Mira terduduk lemas didepan ruang inap.
"Mir" aku menepuk pundak dan duduk di sebelahnya.
Mira beranjak dari duduknya dan memelukku.
"Iya teh, maafin Mira ya teh, saya gak sengaja" ujarnya sambil menangis.
"Iya gak apa-apa Mir, namanya juga musibah siapa yang tahu, tapi gimana ceritanya bisa sampai kejadian kaya gini?" tanyaku.
"Tadi pagi kan saya masak air untuk mandinya, pas udah mendidih saya pindahin keember khusus mandi Shella saya gak tahu kalau dia menghampiri saya kedapur, pas mau numpahin air, Shella ada dibelakang saya dan air itu tumpah kebadan Shella" Mira menjelaskan kronologi kejadiaannya, dia terlihat merasa bersalah.
Aku menarik nafas, masih kusimak penjelasannya.
"Terus dimana Shellanya sekarang?" Aku mencoba menahan tangis.
"Ada didalam teh masuk aja."
Kubuka pintunya perlahan dan kulihat Shella terbaring lemas dengan infus yang dibalut kain ditangannya. Kulit punggungnya memerah dan mengelupas, seketika itu hatiku hancur, dadaku terasa sesak melihatnya terbaring lemah aku tak kuasa menahan tangis.
"Nak, maafin mama ya! maafin mama," aku menangis disampingnya.
Sementara Shella masih dalam pengaruh obat bius setelah diberi penghilang rasa sakit. Kugenggam tangannya dan terus berada disampingnya sampai Shella siuman.
"Mama mama, " Shella mulai sadar.
"Iya nak, ada mama disini! mana yang sakit sayang? jangan takut ya mama gak bakalan ninggalin Shella lagi," kuciumi tangannya sambil menangis.
"Nih mah nih...." dia menunjukan tangannya yang sedang dibalut infusan.
"Iya gak apa-apa nanti juga sembuh lagi ya."
Selama didalam ruangan Shella tidak begitu rewel karena pengaruh obat penghilang rasa sakit hanya saja dia merasa risih dengan infus yang ada ditangannya, Shella terus mencoba membuka balutan kain membuat suster harus beberapa kali memasang kembali infusan Shella.
Tapi ketika pengaruh obatnya hilang Shella menangis sangat keras sekali. Dia begitu kesakitan, kucoba menggendongnya dengan hati-hati tapi Shella terus saja menangis. Aku kebingungan menenangkannya dia terus saja meronta kesakitan.
Tidak lama kemudia Fahri datang dan mencoba menenangkan tapi Shella gak mau digendong ayahnya ataupun Mira. Dia ingin tetap dipangkuanku sampai akhirnya cape karena terus menangis dan tertidur.
Kubaringkan Shella untuk istirahat, lalu dokter datang untuk memeriksa keadaannya.
"Gimana keadaannya dok?" tanyaku.
"Luka bakarnya tidak begitu serius, hanya mengenai punggung dan tangannya saja. Kita berikan salep luka bakar dan obat untuk mengobatinya, Insyaallah dalam waktu seminggu sudah bisa kita lihat hasilnya" ujar dokter menjelaskan.
"Tapi luka bakarnya bisa membekas gak dok?"
"Karena tadi segera dibawa kesini jadi lukanya bisa cepat ditangani, insyaallah akan hilang dan tidak membekas bu," balasnya sambil memeriksa Shella.
"Mungkin agak sedikit rewel bu, tapi sabar saja kita mencoba yang terbaik untuk kesembuhannya" jelasnya.
"Oh, iya terimakasih dok" ucapku mengantarkan dokter keluar ruangan.
Ku kabari Bu Linlin dan meminta izin untuk libur karena ingin terus menemani Shella sampai sembuh. Karena beliau memaklum kondisi yang ada akhirnya aku diberi libur sampai kondisi Shella membaik.
Selama seminggu ku temani Shella kurawat dia, kutenangkan saat menangis dan ku manfaatkan sebisa mungkin kesempatan untuk bisa merawatnya walau sebentar.
Ayah dan Ibuku yang datang menjenguk dan tampak kesal kepada Fahri.
"Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi!" bentak ayahku.
"Lah, kenapa bapak marah sama saya" Fahri membalas dengan sinis.
"Jika bukan karena kamu ngambil paksa cucu saya, hal seperti ini tidak akan terjadi" ayah menunjuk muka Fahri dengan kesal.
"Udah-udah yah... kasian sama Shella mau istirahat" aku coba menengahi.
Mereka duduk terdiam satu sama lain, aku mengerti ayahku sangat marah pada Fahri. Ibuku terus menangisi cucu pertamanya yang tengah tidur dengan banyak luka bakar, dia tak banyak bicara hanya mengelus punggungku yang tengah duduk disamping Shella.
Sampai kedua orang tuaku pulang kami tidak saling menyapa.
Fahri menunggu diluar sementara aku dan mira menemani Shella didalam.
Bersambung....
Terimakasih kepada reader yang telah bersedia membaca tulisan ini.
Jangan lupa sertakan like, komen dan vote untuk mendukung author agar lebih baik lagi💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Jujuk
ini bener bagus banget. ibu tiri juga baik
2021-05-02
0
Mia Bie
Aku dukung terus Thor👍👍
2021-03-26
0
zien
aku hadir disini ❤❤❤
2021-03-26
0