bab 2 Kebohongan Besar

Memang sebuah mimpi buruk bagiku saat itu, kenyataan pahit yang harus ku terima dikala kami harus bercerai saat putri kami berusia 5 bulan. Ada ego dan pemikiran yang sudah tak sejalan, kehadiran orang ketiga termasuk dari anggota keluarga sendiri yang membuat rumah tangga kami hancur.

Walau dalam hati aku tak menginginkan semua ini tapi keputusan yang dibuat Fahri sudah bulat, sekuat apapun aku mempertahankannya tapi pengaruh dari luar terlalu besar menguasai suamiku. Ku relakan rumah tanggaku yang baru seumur jagung ini hancur.

Apalah daya aku hanyak seorang wanita yang tak punya kuasa. Walau kami berpisah tapi dalam hal mengurus Shella kami sepakat untuk merawatnya bersama, memberikan cinta kasih yang punuh untuknya meskin harus berbagi waktu.

Seminggu berlalu, putriku tak kunjung datang. Mungkin ayahnya belum ada waktu untuk mengantar pulang. Ku tunggu sampai sore tapi tak ada juga.

Keesokan harinya aku memutuskan untuk menjemputnya sendiri. Sengaja aku berangkat pagi sekali agar nanti pas ku bawa pulang anak ku tidak kepanasan.

"Assalamualikum assalamualikum" ku ucapkan salam.

Tapi tak ada seorangpun yang menjawab salamku.

"Assalamualikum a ini saya mau jemput Shella" ku coba memanggil dari luar tapi tak kunjung ada yang keluar.

Aku menunggu beberapa saat, fikiran ku cemas namu masih ku arahkan untuk terus berfikir positif setelah melihat bekas mandi anak masih ada di luar, sabun dan air yang masih baru, mungkin Shella lagi diajak main setelah selesai dimandikan.

###

Tak lama kemudian teh Mirna membukakan pintu.

"Eh udah kesini rupanya, mau jemput Shella ya? " tanya teh Mirna.

"Iya teh, kayanya baru selesai mandi ya, terus dimana Shellanya sekarang teh?" aku balik bertanya.

"Tadi dibawa ayahnya main, mungkin kewarung pak Mahruk," jawabnya.

"Oh gitu, saya coba susul ya."

Aku bergegas menyusulnya kewarung bapak Mahruk, memang dulu kami sering nongkrong disana.

"Assalamualaikum."

"Waalaimussalam," jawab seseorang didalam warung.

"Ki, ada neng shella gak main kesini sama ayahnya?" tanyaku.

"Gak ada neng, emang tadi g ada di rumahnya gitu ? belum ada kesini neng Shella mah."

"Oh iya ki, makasih ya biar dicari lagi saja" ujarku.

"Iya coba cari di warung teh Manah mungkin di ajak main kesana" ujarnya memberikan masukan.

"Iya makasih infonya ki."

Ku coba cari dibeberapa warung yang tidak jauh dari rumah Fahri tapi ternyata tidak ada juga. Aku memutuskan untuk kembali kerumah Fahri, barangkali sudah dibawa pulang hanya berbeda jalan, fikirku.

"Teh, udah saya cari kewarung-warung sekitar sini tapi gak ada juga, emangnya tadi gak bilang mau kemana?" tanyaku pada teh Mirna yang sedang duduk diteras rumah.

"Oh kalau gak ada diwarung mungkin dirumah mak Oneng, kalau gak ada juga coba cari kerumah-rumah tetangga kali aja ada" kata teh Mirna.

Aku kembali bergegas pergi, ku susuri satu persatu rumah tetangga tapi tak ada satupun dari mereka yang melihat puteri kecilku ataupun ayahnya.

Hari menjelang sore, rasa putus asapun mulai mempengaruhiku. Tekadku hanya satu, ingin dia kembali kepelukanku.

"Ya Allah pertemukan aku dengan anakku, jangan pisahkan kami ya Allah" gumamku dalam hati.

###

Ku coba sekali lagi untuk kembali kerumah mantan suamiku, setibanya disana ku lihat beberapa saudara termasuk teh Mirna sedang berkumpul bersama.

"Teh, yang benernya dimana Shella teh?" tanyaku terkekeh.

"Kan tadi udah dibilangin kalau gak diwarung ya dirumah tetangga. kalau gak ada juga mana teteh tahu" jawab teh Mirna jutek.

"Tapi saya sudah keliling kesemua rumah yang ada disini gak ada satu orangpun yang lihat Shella dan ayahnya, tolong teh jangan coba sembunyikan sesuatu dari saya. kesepakatan kita hanya satu minggu dan setelah itu saya berhak menjemput anak saya kembali" tegasku kesal dengan nada tinggi.

"Eh apa-apaan jadi nyolot gitu, ya kalau teteh bilang gak tahu ya gak tahu gak usah maksa" jawab Lala mantan adik iparku membantu.

"Gimana saya gak kesel La, dari pagi saya nyari anak gak ada yang ngasih tau dimana mananya. bahkan belum ada tetangga yang lihat Shella keluar rumah. saya hanya ingin jemput anak saya aja."

Tak lama kemudian ku dengar suara tangisan anak kecil dari arah kamar yang paling ujung. ternyata oh ternyata anakku dikurung disana bersama ayahnya. Mereka membohongiku seharian ini. rupanya mereka telah bekerjasama untuk memisahkan kami.

" Dari ujung kamar ada anak nangis itu pasti anakku, kalian apakan anakku para pembohong" aku berteriak sambil menerobos masuk.

"Nak kamu dimana nak ini mama ayo kita pulang, " sambil terisak kubuka pintu kamar itu dan ternyata iya anakku ada disana bersama ayahnya.

"Nak jangan nangis ayo kita pulang" ku coba menggendongnya tapi Fahri menepis tanganku, dia enggan memberikan Shella padaku.

"Tidak! dia akan saya rawat dan saya besarkan disini bukan sama kamu," bentaknya melotot.

"Tidak a jangan lakukan itu, saya punya hak atas Shella. saya ibunya, tolong jangan coba pisahkan kami. kumohon! bukankah dari awal kita sudah sepakat untuk berbagi dalam hal mengurus anak? lalu kenapa sekarang kamu malah egois seperti ini a" pintaku sambil menangis tersedu-sedu.

"Udah-udah berisik mending pulang sana biar Shella kami yang urus" kata teh Mirna.

Tangisku semakin menjadi dirumah itu, kami memperebutkan Shella sementara anak kami menangis kencang. Aku tahu dia ingin bersamaku, aku tahu dia ingin berada dipelukan ibunya.

Sementara sodara yang lain membantu untuk melepaskan genggamanku dari tangan shella. Aku diseret keluar rumah dan diusir tanpa hasil.

"Prakkkkkkk" seseorang menggebrak tembok disebelahku.

"Ada apa ribut-ribut dirumah orang gak tahu malu" bentaknya padaku yang sedang menangis, dia adalah kak Heru mantan kakak iparku.

"Saya hanya ingin Shella a," jawabku sambil menangis.

"Alah Shella Shella sore gini ngerebutin anak malu sama orang, pergi sana pergi!" dia menendang sebuah wadah berisi air bekas mandi Shella, air itu tumpah keseluruh tubuhku.

###

Tangisku semakin menjadi.

"Shella kembalikan shellaku saya gak akan pulang kalau gak sama Shella " aku berteriak kencang, menangis sejadi-jadinya. Mereka telah merencanakan ini sedari awal, jika tahu akan seperti ini, aku tak akan mengizinkan teh mirna membawa anakku. ah sesal aku menyesal.

Para tetangga melihatku yang tengah gila, gila karena tengah didzolimi. Aku tahu diantara mereka banyak yang merasa iba namun tak berani membantu.

Sakit begitu sakit, patah hati terbesar yang kurasakan saat itu. dihina dan dilecehkan, hak aku sebagai seorang ibu telah dirampasnya.

"Oh tuhan penghukuman macam apa ini, sampai aku harus menerima semua sakit ini," umpatku dalam hati.

Tiba-tiba ayahku datang bersama kakek ku, dia berusaha membangunkanku yang tengah lemah dan basah kuyup.

"Ada apa nak, kenapa bisa kaya gini. mana shella? tadi bapak khawatir karena kamu pamit dari pagi jemput anak tapi sampai sesore ini kamu belum kembali juga " tanya ayahku.

Aku hanya bisa menangis dipelukannya.

"Shella pak,shella" jawabku.

"Udah biarkan saja, ayo kita pulang saja nak, kamu gak pantas diperlakukan seperti ini. dari pagi belum makan, datang kesini malah dipermalukan. ayo pulang! biar Shella kita jemput lagi nanti" ajak ayahku kesal.

Ayah dan kakek mencoba membopongku tapi aku bersikeras untuk tetap tinggal dan hanya pulang setelah mendapatkan Shella. mereka memaksaku untuk pulang dan aku meronta.

"Nak jangan tinggalkan mama nak! ikut mama pulang nak."

Aku terus berteriak, semakin jauh ku dengar tangisan anakkupun semakin menjadi.

Tepat dibawah pohon bambu yang penuh lumpur kulampiaskan kekesalanku disana. aku meronta berguling-guling bermandikan lumpur, aku menangis segila mungkin. ayah dan kakeku tak bisa berbuat banyak mereka hanya bisa melihatku dan menangisi nasibku.

Tak apa jika aku harus menerima berbagai macam fitnah yang berakhir perceraian, tapi jika harus kehilangan anak juga, aku tak sanggup.

Melihat kepiluan yang terus ada, pak Slamet salah satu tetangga yang baik hati mengajak ayah dan kakekku untuk menggendongku sampai rumah. Akhirnya kami pulang, ibuku yang menyambut kepulanganku tak banyak bertanya apa-apa. Seolah dia tau apa yang telah terjadi.

bersambung....

Terpopuler

Comments

sry rahayu

sry rahayu

sedih nya 😭

2022-03-01

1

Fira Ummu Arfi

Fira Ummu Arfi

lanjuuuttt kakkk


salam ASIYAH AKHIR ZAMAN 💃💃💃💃💃

2021-03-21

0

Fira Ummu Arfi

Fira Ummu Arfi

hadirrrrrr

2021-03-21

0

lihat semua
Episodes
1 bab 1 Perpisahan
2 bab 2 Kebohongan Besar
3 bab 3 Hak Asuh
4 Bab 4 Bangkit
5 Bab 5 Musibah
6 Bab 6 Kesembuhan Shella
7 Bab 7 Kenyamanan Baru
8 Bab 8 Liburan Pertama dengan Shella
9 Bab 9 Perubahan Hidup
10 Bab 10 Fakta Mengejutkan
11 Bab 11 Dilema
12 Bab 12 Tenaga Kerja Wanita
13 Bab 13 Tanpa Kabar
14 Bab 14 Kabar Bahagia
15 Bab 15 Semakin Tumbuh dengan Kepalsuan
16 Bab 16 Awal Pertemuan
17 Bab 17 Orang Tua yang Serakah
18 Bab 18 Pernikahan
19 Bab 19 Lanjutan
20 Bab 20 Karma Itu Nyata
21 Bab 21 Harapan
22 Bab 22 Sepenggal Kisah Tentang Ayah
23 Bab 23 Hari Bahagia Sendi
24 Bab 24 Karma Ibu Tiri Jahat
25 Bab 25 Pengakuan
26 Bab 26 Kebesaran Hati Orang Tua
27 Bab 27 Oprasi Pertama
28 Bab 28 Lanjutan Oprasi Pertama
29 Bab 29 Masalah kecil
30 Bab 30 Masakan Sang Ibu
31 Bab 31 Mimpi
32 Bab 32 Pusara Ayah
33 Bab 33 Nostalgia
34 Bab 34 Lanjutan
35 Bab 35 Do'a Seorang Ibu
36 Bab 36 Menikmati Hari
37 Bab 37 Dikejar Rentenir
38 Bab 38 Penyejuk Hati
39 Bab 39 Wanita Berkursi Roda
40 Bab 40 Nasihat Ibu
41 Bab 41 Jadwal Oprasi Kedua
42 Bab 42 Berdua Menjelang Senja
43 Bab 43 Masalah Baru Untuk Shella
44 Bab 44 Keputusan Shella
45 Bab 45 Persiapan Oprasi Kedua
46 Bab 46 Trauma Meja Oprasi
47 Bab 47 Info Baru Tentang Shella
48 Bab 48 Hadiah Kecil Untuk Hana
49 Bab 49 Komunikasi Pertama dengan Ilham
50 Bab 50 Bagai Dikejar Hantu
51 Bab 51 Perdebatan Kecil
52 Bab 52 Mata-mata
53 Bab 53 Kehidupan Kian Berubah
54 Bab 54 Akhirnya kumenemukanmu
55 Bab 55 Pertemuan Pertama
56 Bab 56 Subuh Romantis
57 BAb 57 Kehadiran Anggota Baru
58 Bab 58 Mira
59 Bab 59 Kabar Duka
60 Bab 60 Kepergian Mira
61 Bab 61 Kekacauan Dirumah Duka
62 Bab 62 Kepulangan Aldebaran
63 Bab 63 Manisan kesukaan
64 Bab 64 Melewati Malam Ibu Kota
65 Bab 65 Rahasia Cici
66 Bab 66 Pesan Mengejutkan
67 Bab 67 Kehadiran Mas Opik
68 Bab 68 Kabar Itu Sampai padaku
69 Bab 69 Nasihat Orang Tua
70 Bab 70 Keputusan Sendi
71 Bab 71 Ibu Adalah Sandaran Terbaik
72 Bab 72 Tamu Tak Diundang
73 Bab 73 Tiba-Tiba Dia Hadir Dihadapanku
74 Bab 74 Ungkapan Hati Ibu
75 Bab 75 Dimas Suami Pengertian
76 Bab 76 Shella dan Pusara Ayah
77 Bab 77 Allah Sebaik-baik Perencana
78 Bab 78 Pelukan Ayah
79 Bab 79 Indah Pada Waktunya
80 Ucapan Terimakasih
Episodes

Updated 80 Episodes

1
bab 1 Perpisahan
2
bab 2 Kebohongan Besar
3
bab 3 Hak Asuh
4
Bab 4 Bangkit
5
Bab 5 Musibah
6
Bab 6 Kesembuhan Shella
7
Bab 7 Kenyamanan Baru
8
Bab 8 Liburan Pertama dengan Shella
9
Bab 9 Perubahan Hidup
10
Bab 10 Fakta Mengejutkan
11
Bab 11 Dilema
12
Bab 12 Tenaga Kerja Wanita
13
Bab 13 Tanpa Kabar
14
Bab 14 Kabar Bahagia
15
Bab 15 Semakin Tumbuh dengan Kepalsuan
16
Bab 16 Awal Pertemuan
17
Bab 17 Orang Tua yang Serakah
18
Bab 18 Pernikahan
19
Bab 19 Lanjutan
20
Bab 20 Karma Itu Nyata
21
Bab 21 Harapan
22
Bab 22 Sepenggal Kisah Tentang Ayah
23
Bab 23 Hari Bahagia Sendi
24
Bab 24 Karma Ibu Tiri Jahat
25
Bab 25 Pengakuan
26
Bab 26 Kebesaran Hati Orang Tua
27
Bab 27 Oprasi Pertama
28
Bab 28 Lanjutan Oprasi Pertama
29
Bab 29 Masalah kecil
30
Bab 30 Masakan Sang Ibu
31
Bab 31 Mimpi
32
Bab 32 Pusara Ayah
33
Bab 33 Nostalgia
34
Bab 34 Lanjutan
35
Bab 35 Do'a Seorang Ibu
36
Bab 36 Menikmati Hari
37
Bab 37 Dikejar Rentenir
38
Bab 38 Penyejuk Hati
39
Bab 39 Wanita Berkursi Roda
40
Bab 40 Nasihat Ibu
41
Bab 41 Jadwal Oprasi Kedua
42
Bab 42 Berdua Menjelang Senja
43
Bab 43 Masalah Baru Untuk Shella
44
Bab 44 Keputusan Shella
45
Bab 45 Persiapan Oprasi Kedua
46
Bab 46 Trauma Meja Oprasi
47
Bab 47 Info Baru Tentang Shella
48
Bab 48 Hadiah Kecil Untuk Hana
49
Bab 49 Komunikasi Pertama dengan Ilham
50
Bab 50 Bagai Dikejar Hantu
51
Bab 51 Perdebatan Kecil
52
Bab 52 Mata-mata
53
Bab 53 Kehidupan Kian Berubah
54
Bab 54 Akhirnya kumenemukanmu
55
Bab 55 Pertemuan Pertama
56
Bab 56 Subuh Romantis
57
BAb 57 Kehadiran Anggota Baru
58
Bab 58 Mira
59
Bab 59 Kabar Duka
60
Bab 60 Kepergian Mira
61
Bab 61 Kekacauan Dirumah Duka
62
Bab 62 Kepulangan Aldebaran
63
Bab 63 Manisan kesukaan
64
Bab 64 Melewati Malam Ibu Kota
65
Bab 65 Rahasia Cici
66
Bab 66 Pesan Mengejutkan
67
Bab 67 Kehadiran Mas Opik
68
Bab 68 Kabar Itu Sampai padaku
69
Bab 69 Nasihat Orang Tua
70
Bab 70 Keputusan Sendi
71
Bab 71 Ibu Adalah Sandaran Terbaik
72
Bab 72 Tamu Tak Diundang
73
Bab 73 Tiba-Tiba Dia Hadir Dihadapanku
74
Bab 74 Ungkapan Hati Ibu
75
Bab 75 Dimas Suami Pengertian
76
Bab 76 Shella dan Pusara Ayah
77
Bab 77 Allah Sebaik-baik Perencana
78
Bab 78 Pelukan Ayah
79
Bab 79 Indah Pada Waktunya
80
Ucapan Terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!