bab 3 Hak Asuh

Adakah yang paling menyakitkan dalam hidup ini melebihi sakit karena ditinggalkan oleh orang tercinta. Adakah manusia yang dapat menyelami pilunya hati seorang ibu karena harus kehilangan anaknya. Rasanya ini cukup, cukup membuatku jatuh sampai aku tak tau bagaimana caranya untuk bangkit.

3 hari setelah kejadian itu, aku memutuskan untuk kembali menemui puteriku, sambil mencari celah untuk bisa membawanya kembali. Sesampainya disana kulihat rumah tengah dalam keadaan kosong. Aku coba bertanya pada tetangga sekitar ternyata mereka pergi untuk berlibur.

Alhasil aku kembali pulang dan akan menemuinya saat mereka kembali.

4 hari kemudian kudengar mereka telah selesai berlibur. Aku coba untuk menemuinya lagi. Diluar rumah Fahri sedang berkumpul dengan beberapa saudaranya, sambil menggendong Shella yang nampak ceria memainkan kecilnya.

Aku mendekati mereka dan memberanikan diri untuk menginjakan kakiku dirumahnya berharap mereka tak akan mengusirku lagi seperti waktu itu.

"Assalamualaikum," ku ucapkan salam.

"Waalaikumsalam," jawab Fahri yang tengah menggendong Shella didepan rumahnya.

"Eh ada mama Lisna, mau ketemu anak ya?" kata saudara Fahri yang sedang duduk.

"Iya, memangnya saya masih gak boleh ketemu anak saya sendiri!" jawabku ketus.

"Oh silahkan, sensitif banget jadi orang!" dia memalingkan muka.

Aku menghiraukannya dan mendekati Fahri.

"A, boleh ku gendong Shella sebentar saja" pintaku dengan lembut.

Dia hanya mengangguk dan memberikan Shella kepangkuanku. Seketika itu ku gendong, kuciumi dia ku peluk erat seerat mungkin, aku tak kuasa menahan kesedihanku.

"Kamu gak usah sesedih itu, saya janji akan merawat dia dengan baik sebagai gantinya kamu bisa melihat dia kapanpun kamu mau, saya tidak ingin menyakiti kamu lebih dari ini asal kamu merelakan Shella untuk kami" ujar Fahri.

Aku hanya terdiam dan menatapnya, tak ingin rasanya membalas apa yang dia katakan. "dasar egois" gumam ku dalam hati.

"Kenapa kamu lakukan semua ini padaku?" ucapku dengan nada sinis.

"Semua ini demi kebaikan Shella juga Lis" jawabnya singkat.

"Kebaikan macam apa yang kamu tawarkan? memisahkan antara ibu dengan anaknya? itu yang kamu sebut kebaikan? " aku menatapnya tajam.

Fahri tidak menjawab pertanyaanku, dia hanya terdiam. Sementara mereka yang sedang duduk tersenyum kecil sangat membuatku tak nyaman memerhatikan pembicaraan kami.

"Boleh ku ajak shella main sekitar sini?" tanyaku datar.

"Iya, silahkan" jawab Fahri.

"Awas nanti dibawa kabur," bisik saudara Fahri.

Aku menghela nafas. "Maaf aku tak selicik kalian," ucapku pada mereka.

Sempat tersirat dibenakku memanfaatkan kesempatan ini untuk membawa Shella kabur, tapi kuurungkan.

Aku mengerti dia akan bersikeras melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan apa yang dia inginkan karena aku memahami betul sifat dari mantan suamiku. Aku tak ingin hal buruk terjadi jika memaksakan kehendak untuk membawa Shella. Aku terus berfikir bagaimana cara agar Shella bisa bersamaku lagi. Aku mengalah dan memberikan Shella pada Fahri lagi.

Setelah seharian kami bersama aku pamit untuk pulang. Lagi-lagi Shella meronta ingin ikut tapi buru-buru dibawah masuk oleh ayahnya. Sempat aku meminta untuk kembali rujuk, mengenyampingkan rasa malu dan sakit hatiku demi Shella namun, dia menolak dengan alasan telah menemukan calon ibu baru untuk Shella.

Bisa secepat itu bagi laki-laki menemukan pengganti untuk mengisi kekosongan hatinya, jika aku boleh jujur, aku masih menaruh harapan padanya demi Shella tapi apa daya, dia, telah memilih yang lain.

Jika ada pertanyaan mengapa tidak menempuh jalur hukum saja untuk mendapatkan hak asuh anak? bukankah jika orang tua bercerai hak asuh anak jatuh pada ibunya jika usia anak masih dibawah 12 tahun?.

Ya, memang untuk masa sekarang sangat mudah untuk bisa menempuh jalur hukum tapi waktu itu hal-hal semacam itu belum terlalu banyak orang tau termasuk aku dan prosedur untuk melakukan itu cukup sulit tidak seperti saat ini dan juga keluarga fahri banyak yang mengenal orang-orang penting di desa jadi untuk bisa berontak sulit rasanya, kekuatan mereka terlalu besar untuk bisa dilawan oleh keluargaku.

Pada dasarnya mantan suamiku itu orangnya baik, hanya saja perangainya yang agak keras dan keukeuh. Selama kami menikah dia belum bisa bersikap dewasa, masih senang nongkrong bersama teman-temannya yang belum menikah.

Jika ku ingat lagi perlakuannya saat kami masih bersama, pernah waktu itu aku sakit keras saat usia Shella masih 3 bulan, aku mengalami sakit typus dan dokter menyarankan untuk tidak memberikan asi dulu pada Shella, itulah alasan mengapa anakku minum susu formula sampai saat ini.

Dalam keadaan lemah dan tak berdaya masih harus mengurus bayi sementara suami malah asyik main bersama teman temannya. Hal yang paling sedih waktu itu ketika aku ingin pergi ketoilet namun dirumah kami belum ada. untuk mencuci dan buang air kami harus menggunakan wc umum yang jaraknya melewati pesawahan dan selokan. Aku meminta fahri untuk mengantarkan ku namun dia menolak karena ingin tidur.

Akhirnya aku pergi sendiri, dengan penglihatan yang buram karena kondisi yang sangat lemah kususuri jalan setapak menuju wc umum namun ditengah perjalanan kepalaku terasa pusing, sementara jalan yang kulewati tepat berada di pinggir sawah berlumpur. Ku pegang sebuah pohon pisang yang hampir rubuh namun karena tubuhku terlalu besar dari pohon itu akhirnya aku terjatuh kesawah yang penuh lumpur dan pingsan. untung ada salah seorang tetanggaku yang menolong dan membawaku pulang.

Walau banyak hal menyakitkan yang kuterima selama berumah tangga tapi aku tetap bertahan demi Shella.

Andai saja bisa ku putar balik waktu, tak akan ku biarkan pengaruh buruk dari luar menghancurkan keluarga kami, jika hanya karena perangai suamiku yang kasar aku akan bertahan dan Shella bisa ku asuh sepanjang waktu tanpa harus ada batasan seperti saat ini.

Meski aku diberikan kelonggaran untuk bertemu dengan Shella kapanpun aku mau, tapi terkadang Shella tidak ada dirumah setiap kali aku datang yang aku inginkan tetaplah satu yaitu mengurus anakku sendiri, bisa melihatnya, menyentuhnya kapanpun aku mau tapi keadaan tak berpihak padaku.

Semakin lama berpisah hidupku semakin terasa sepi. Ku fikir lagi, perasaan ini wajar kurasakan karena ibu mana yang mau berpisah dengan anaknya sendiri.

Ku buka album foto sisa kenangan dulu, kupandangi satu persatu foto pernikahan kami dan foto shella sewaktu awal-awal lahir.

"Aku pernah bahagia, pernah dicintai dan mencitai, aku pernah menikah, pernah melahirkan, pernah punya anak dan semua itu hilang dalam waktu sekejap, rencana tuhan itu selalu penuh dengan rahasia dan kejutan."

Seperti kesendirianku saat ini yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Waktu terus berlalu dan rasa sakit itu masih saja membekas. Setiap kali aku membayangkan Shella disampingku namun kenyataannya dia ada bersama ayahnya membuatku sangat sedih, aku ingin memeluk anakku setiap waktu namun tak mampu.

Air mata ini terus mengalir jika ku resapi kenyataan hidup yang tak sejalan, kenyataan hidup yang pahit. Rindu aku akan selalu merindukan anakku.

Bersambung...

Terimakasih kepada para reader yang telah bersedia membaca tulisan ini jangan lupa sertakan like, komen, rate serta vote untuk mendukung author ya.. 💕

Terpopuler

Comments

Anisnikmah

Anisnikmah

mampir

2022-02-21

0

Jujuk

Jujuk

semangat kak. aku suka

2021-05-02

0

S R

S R

Like

2021-03-05

0

lihat semua
Episodes
1 bab 1 Perpisahan
2 bab 2 Kebohongan Besar
3 bab 3 Hak Asuh
4 Bab 4 Bangkit
5 Bab 5 Musibah
6 Bab 6 Kesembuhan Shella
7 Bab 7 Kenyamanan Baru
8 Bab 8 Liburan Pertama dengan Shella
9 Bab 9 Perubahan Hidup
10 Bab 10 Fakta Mengejutkan
11 Bab 11 Dilema
12 Bab 12 Tenaga Kerja Wanita
13 Bab 13 Tanpa Kabar
14 Bab 14 Kabar Bahagia
15 Bab 15 Semakin Tumbuh dengan Kepalsuan
16 Bab 16 Awal Pertemuan
17 Bab 17 Orang Tua yang Serakah
18 Bab 18 Pernikahan
19 Bab 19 Lanjutan
20 Bab 20 Karma Itu Nyata
21 Bab 21 Harapan
22 Bab 22 Sepenggal Kisah Tentang Ayah
23 Bab 23 Hari Bahagia Sendi
24 Bab 24 Karma Ibu Tiri Jahat
25 Bab 25 Pengakuan
26 Bab 26 Kebesaran Hati Orang Tua
27 Bab 27 Oprasi Pertama
28 Bab 28 Lanjutan Oprasi Pertama
29 Bab 29 Masalah kecil
30 Bab 30 Masakan Sang Ibu
31 Bab 31 Mimpi
32 Bab 32 Pusara Ayah
33 Bab 33 Nostalgia
34 Bab 34 Lanjutan
35 Bab 35 Do'a Seorang Ibu
36 Bab 36 Menikmati Hari
37 Bab 37 Dikejar Rentenir
38 Bab 38 Penyejuk Hati
39 Bab 39 Wanita Berkursi Roda
40 Bab 40 Nasihat Ibu
41 Bab 41 Jadwal Oprasi Kedua
42 Bab 42 Berdua Menjelang Senja
43 Bab 43 Masalah Baru Untuk Shella
44 Bab 44 Keputusan Shella
45 Bab 45 Persiapan Oprasi Kedua
46 Bab 46 Trauma Meja Oprasi
47 Bab 47 Info Baru Tentang Shella
48 Bab 48 Hadiah Kecil Untuk Hana
49 Bab 49 Komunikasi Pertama dengan Ilham
50 Bab 50 Bagai Dikejar Hantu
51 Bab 51 Perdebatan Kecil
52 Bab 52 Mata-mata
53 Bab 53 Kehidupan Kian Berubah
54 Bab 54 Akhirnya kumenemukanmu
55 Bab 55 Pertemuan Pertama
56 Bab 56 Subuh Romantis
57 BAb 57 Kehadiran Anggota Baru
58 Bab 58 Mira
59 Bab 59 Kabar Duka
60 Bab 60 Kepergian Mira
61 Bab 61 Kekacauan Dirumah Duka
62 Bab 62 Kepulangan Aldebaran
63 Bab 63 Manisan kesukaan
64 Bab 64 Melewati Malam Ibu Kota
65 Bab 65 Rahasia Cici
66 Bab 66 Pesan Mengejutkan
67 Bab 67 Kehadiran Mas Opik
68 Bab 68 Kabar Itu Sampai padaku
69 Bab 69 Nasihat Orang Tua
70 Bab 70 Keputusan Sendi
71 Bab 71 Ibu Adalah Sandaran Terbaik
72 Bab 72 Tamu Tak Diundang
73 Bab 73 Tiba-Tiba Dia Hadir Dihadapanku
74 Bab 74 Ungkapan Hati Ibu
75 Bab 75 Dimas Suami Pengertian
76 Bab 76 Shella dan Pusara Ayah
77 Bab 77 Allah Sebaik-baik Perencana
78 Bab 78 Pelukan Ayah
79 Bab 79 Indah Pada Waktunya
80 Ucapan Terimakasih
Episodes

Updated 80 Episodes

1
bab 1 Perpisahan
2
bab 2 Kebohongan Besar
3
bab 3 Hak Asuh
4
Bab 4 Bangkit
5
Bab 5 Musibah
6
Bab 6 Kesembuhan Shella
7
Bab 7 Kenyamanan Baru
8
Bab 8 Liburan Pertama dengan Shella
9
Bab 9 Perubahan Hidup
10
Bab 10 Fakta Mengejutkan
11
Bab 11 Dilema
12
Bab 12 Tenaga Kerja Wanita
13
Bab 13 Tanpa Kabar
14
Bab 14 Kabar Bahagia
15
Bab 15 Semakin Tumbuh dengan Kepalsuan
16
Bab 16 Awal Pertemuan
17
Bab 17 Orang Tua yang Serakah
18
Bab 18 Pernikahan
19
Bab 19 Lanjutan
20
Bab 20 Karma Itu Nyata
21
Bab 21 Harapan
22
Bab 22 Sepenggal Kisah Tentang Ayah
23
Bab 23 Hari Bahagia Sendi
24
Bab 24 Karma Ibu Tiri Jahat
25
Bab 25 Pengakuan
26
Bab 26 Kebesaran Hati Orang Tua
27
Bab 27 Oprasi Pertama
28
Bab 28 Lanjutan Oprasi Pertama
29
Bab 29 Masalah kecil
30
Bab 30 Masakan Sang Ibu
31
Bab 31 Mimpi
32
Bab 32 Pusara Ayah
33
Bab 33 Nostalgia
34
Bab 34 Lanjutan
35
Bab 35 Do'a Seorang Ibu
36
Bab 36 Menikmati Hari
37
Bab 37 Dikejar Rentenir
38
Bab 38 Penyejuk Hati
39
Bab 39 Wanita Berkursi Roda
40
Bab 40 Nasihat Ibu
41
Bab 41 Jadwal Oprasi Kedua
42
Bab 42 Berdua Menjelang Senja
43
Bab 43 Masalah Baru Untuk Shella
44
Bab 44 Keputusan Shella
45
Bab 45 Persiapan Oprasi Kedua
46
Bab 46 Trauma Meja Oprasi
47
Bab 47 Info Baru Tentang Shella
48
Bab 48 Hadiah Kecil Untuk Hana
49
Bab 49 Komunikasi Pertama dengan Ilham
50
Bab 50 Bagai Dikejar Hantu
51
Bab 51 Perdebatan Kecil
52
Bab 52 Mata-mata
53
Bab 53 Kehidupan Kian Berubah
54
Bab 54 Akhirnya kumenemukanmu
55
Bab 55 Pertemuan Pertama
56
Bab 56 Subuh Romantis
57
BAb 57 Kehadiran Anggota Baru
58
Bab 58 Mira
59
Bab 59 Kabar Duka
60
Bab 60 Kepergian Mira
61
Bab 61 Kekacauan Dirumah Duka
62
Bab 62 Kepulangan Aldebaran
63
Bab 63 Manisan kesukaan
64
Bab 64 Melewati Malam Ibu Kota
65
Bab 65 Rahasia Cici
66
Bab 66 Pesan Mengejutkan
67
Bab 67 Kehadiran Mas Opik
68
Bab 68 Kabar Itu Sampai padaku
69
Bab 69 Nasihat Orang Tua
70
Bab 70 Keputusan Sendi
71
Bab 71 Ibu Adalah Sandaran Terbaik
72
Bab 72 Tamu Tak Diundang
73
Bab 73 Tiba-Tiba Dia Hadir Dihadapanku
74
Bab 74 Ungkapan Hati Ibu
75
Bab 75 Dimas Suami Pengertian
76
Bab 76 Shella dan Pusara Ayah
77
Bab 77 Allah Sebaik-baik Perencana
78
Bab 78 Pelukan Ayah
79
Bab 79 Indah Pada Waktunya
80
Ucapan Terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!