Saat sore hari akan pulang ke rumahnya. Yudha melewati SMA tempat Karin bersekolah. Seketika ia melihat Karin sedang menunggu jemputannya. Karin biasanya di jemput Pak Udin sopir yang sudah lama bekerja di Keluarga Alexander.
"Cantik," ucap Yudha secara tidak sadar memuji kecantikan Karin.
Yudha langsung turun menghampiri Karin.
"Karin kamu sedang menunggu jemputan?" tanyanya sambil berjalan menghampirinya.
"Iya, Om Yudha mau pulang ya?" tanyanya dengan senyuman.
"Duh manis banget sih Karin kalau lagi senyum begitu. Aku jadi semakin suka. Eh.. Sadar Yudha dia tak mungkin suka denganmu." batin Yudha.
"Iya, aku melihatmu masih di depan gerbang sendirian. Kamu belum dijemput?"
"Belum Om. Pak Udin tadi telepon katanya lagi di bengkel bannya bocor. Karin sudah nunggu hampir setengah jam nih Om tapi Pak Udin belum juga datang dari tadi," ucapnya dengan cemberut.
"Kamu kalau cemberut begitu wajah kamu makin imut saja Karin. Makin gemes deh aku sama kamu." batin Yudha.
"Begini saja saya antar kamu pulang ya? Saya sudah lama mengenal Keluarga Wijaya dan pasti gak apa-apa kalau saya yang mengantarkan kamu pulang."
"Tapi Om..."
"Nanti saya telepon Tante Angel saat kita dimobil. Yuk masuk ke mobil. Panas loh ini mataharinya masih ada meskipun sudah sore."
"Sudah biasa panas-panasan Om. Apalagi pas upacara. Yaudah yuk Om."
Yudha lalu berjalan menuju ke mobilnya. Karin lalu mengikuti Yudha menuju mobilnya. Yudha membukakan pintu untuk Karin.
"Karin duduk di belakang saja Om," ucapnya sambil mau membuka pintu mobil.
"Kalau kamu duduk di belakang, saya berasa jadi sopir kamu. Kamu duduk di depan saja. Anggap saja saya seperti teman kamu. Kita bisa berteman bukan?" ucapnya dengan senyuman.
"Iya Om kita bisa berteman. Baik Om, Karin duduk di depan nih gak apa-apa?" ucapnya bertanya.
"Ya nggak apa-apa memangnya kenapa?" tanyanya.
Karin hanya menggelengkan kepalanya. Yudha sudah masuk di dalam mobilnya. Karin yang belum memakai seatbelt lalu dipakaikan oleh Yudha. Seketika mata mereka saling bertemu.
"Deg... Deg... Deg....." Jantung Yudha berdegup dengan kencang saat berdekatan dengan Karin.
Karin terbengong dengan apa yang dilakukan oleh Yudha. Sedangkan Yudha sedang mengamati wajah Karin, jarak antara mereka sangat dekat kurang lebih 15 cm. Yudha pun segera memundurkan tubuhnya.
"Maaf, tadi aku hanya membantumu menggunakan seatbelt saja. Tidak ada maksud lain."
Ditatapnya wajah Yudha kembali. Tidak ada kebohongan di mata Yudha. Karin percaya dengan apa yang dikatakan oleh Yudha.
"Tidak apa-apa Om. Justru aku yang seharusnya berterima kasih sudah dibantu memakai seatbelt," ucapnya dengan tersenyum.
Yudha tak percaya, biasanya kalau wanita lain pasti sudah marah-marah atau bilang modus. Ini malah sebaliknya Karin berterima kasih kepadanya.
"Aku telepon Tante Angel dulu ya?"
Karin hanya mengangguk. Yudha sudah meminta izin kepada Mama Angel untuk mengantarkan pulang Karin. Seketika perut Karin berbunyi.
"Kruyuk.... Kruyuk....."
Yudha tersenyum kepada Karin. Sedangkan Karin malu perutnya bunyi di depan Dokter Yudha.
"Kita makan dulu ya?" tanyanya.
"Gak usah Om. Kita langsung pulang saja," ucapnya malu.
"Sudahlah Karin jangan membantah. Perut lapar itu harus segera diisikan. Kalau tidak segera diisi kamu bisa terserang sakit magh."
Karin lalu mengangguk.
"Kamu jangan panggil saya Om dong Karin. Kan kita sudah berteman. Kamu panggil saya Kakak saja ya?" ucap Yudha.
"Berikanlah alasan memangnya kenapa kok Karin gak boleh panggil Om?"
"Yang pertama karena saya bukan Om kamu. Yang Kedua kita sudah berteman dan yang ketiga umur saya masih 25 tahun. Jadi kamu bisa memanggil saya dengan sebutan Kakak."
"Baiklah Om. Mulai sekarang Karin akan memanggil Om Yudha dengan sebutan Kakak."
Yudha tersenyum kepada Karin. Sekarang mereka sudah sampai di sebuah Restoran.
"Sudah sampai, ayo kita turun."
"Iya Kak." Karin membuka pintu mobilnya sendiri."
Mereka lalu duduk di ruang VIP yang bebas asap rokok.
"Kok kita ke ruang VIP Kak? bukannya yang biasa saja ruangannya lebih terbuka dan ada udara yang lebih bagus?" ucap Karin saat melihat ia sedang berada di ruangan yang serba kaca.
"Kalau kita makan tidak di ruang VIP seperti ini akan banyak debu yang menempel di meja dan bau asap rokok yang tidak baik untuk kesehatan."
Karin mengangguk paham, karena ia sedang makan bersama dengan seorang Dokter jadi selalu memperhatikan apa yang berhubungan dengan kesehatan.
"Kamu mau pesan apa Karin?"
Karin pun telah selesai menyebutkan pesanannya. Yudha telah memesan makanannya dan lagi dibuatkan. Suasana menjadi hening sejenak.
Steak and potato wedges pesanan Karin sudah datang dan sudah siap disantap di depan mejanya. Sedangkan Yudha lebih memilih memesan Spaghetti Bolognese. Mereka sudah berdoa bersama sebelum makan.
"Selamat makan Kak Yudha," ucapnya sambil menyeruput jus jeruknya terlebih dahulu untuk menyegarkan tenggorokannya yang sudah kering dari tadi.
"Selamat makan juga Karin," ucap Yudha yang sudah mulai mengambil spaghettinya dengan garpu.
Saat makan steak ada sisa makanan di mulut Karin. Yudha yang melihatnya dengan segera mengambil tisu untuk mengelap bibirnya. Karin pun mematung melihat perlakuan Yudha terhadapnya. Ini merupakan pertama kali ia makan bersama dengan pria dan diperlakukan manis.
"Deg... Deg... Deg....." Jantung Karin berdetak kencang saat Yudha mengelap tisu di bibirnya.
"Kenapa aku jadi deg-degan gini saat Kak Yudha mengelap tisu di bibirku. Perasaan apa ini? Mungkinkah aku sakit jantung? Ah tidak mungkin masa ia aku sakit jantung cuma gara-gara bertemu dengan Kak Yudha?" batin Karin.
Karin memecah keheningan dengan memulai percakapan dengan Dokter Yudha.
"Kak Yudha apakah pacar Kakak tidak akan marah jika Kakak jalan dengan cewek lain?" tanyanya penasaran.
Yudha pun tersedak mendengar pertanyaan Karin.
"Uhukk.. Uhukk..." Ia langsung minum jusnya.
"Maaf Kak kalau pertanyaanku telah mengangetkanmu, Kakak jadi tersedak."
"Tidak apa-apa justru Kakak senang karena kamu peduli sama Kakak." Yudha tersenyum manis.
"Kakak tidak punya pacar. Prinsip hidup Kakak berpacaran hanya membuang waktu saja. Jadi Kakak lebih memilih untuk tidak berpacaran. Kakak ingin menikah dulu baru berpacaran karena sudah halal jadi bebas kan kalau mau berpelukan dan semacamnya."
"Oh begitu soalnya Karin takut kalau nanti tiba-tiba ada yang melabrak Karin dan itu adalah pacar Kak Yudha. Soalnya nanti Karin disangkanya selingkuhannya Kakak," ucapnya dengan menatap Yudha.
"Hahaha misalnya Kakak punya pacar memang kamu mau jadi selingkuhan Kakak?" tanyanya sambil terkekeh.
"Ya gak mau lah Kak. Kak Yudha beneran belum pernah berpacaran?" tanyanya penasaran.
"Belum, memangnya kenapa? Kamu mau jadi pacar Kakak? Tapi kita harus nikah dulu yuk," ucapnya dengan senyuman.
"Yee kok pertanyaan Kakak mengarah kesitu sih?"
"Memangnya kenapa? Gak ada yang salah kan? Kalau kamu mau ayo kita menikah Karin, tapi sesudah kamu lulus SMA."
"Ah Kak Yudha ini sukanya bercanda ya?"
"Enggak Karin beneran, aku serius menyukaimu," akhirnya Yudha mengungkapkan rasa sukanya dengan Karin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Mommy Gyo
3 like hadir thor salam cantik tapi berbahaya
2021-07-21
1
@ᚐᚗɠ૨εεɳᚐᚐ 💚²⁷
semangat thor... baru baca tp asik kok
2021-07-21
0
Magdalena Lena
Hai Thor...😊
2021-06-08
1