Sang Jubah Hitam

...Selamat membaca!...

...*****...

Setelah lari kesetanan, kini Osric telah tiba di taman belakang. Di mana Odelia terbaring di atas rumput hijau tepat di bawah pohon besar yang rindang.

Wajah gadis itu pucat, tangannya bergetar. Butir butir peluh membanjiri paras ayu sang gadis. Pipi chubby itu juga memerah.

Osric meraih kepala Odelia, ditaruhnya kepala Odelia ke pangkuannya dengan perlahan. Kedua tangannya ia letakkan di samping kanan kiri kepala Odelia. Netra gelap tajam itu menutup rapat.

Mencoba mengarungi pikiran Odelia. Berusaha menarik sukma gadis itu dengan mempengaruhi alam bawah sadarnya melalui pikiran sang gadis. Lalu masuk ke lokasi Odelia berada. Alias masuk ke dunia astral.

Kini, sukma Osric berada selangkah di belakang Odelia yang berdiri menghadap sosok jubah hitam yang tengah berjalan ke arah Odelia sembari menarik rantai. Gesekan rantainya dengan permukaan lantai berhasil menciptakan suara yang cukup memekakan telinga.

Sosok jubah hitam itu berhenti mendekat tatkala menyadari kehadiran Osric. Osric maju selangkah, tangannya menggenggam erat tangan Odelia. Menariknya mundur, lalu ia maju dihadapannya.

Odelia tercengang, merasa terkejut dengan kehadirannya. Ia kemudian menoleh seraya menatap heran Osric di sampingnya. "Osric, kenapa lo bisa ada disini? Gak seharusnya lo disini, Ric."

Osric menoleh dengan wajah datar, tatapannya menghunus iris madu Odelia tajam. Garis wajahnya mengeras. "Diam, Delia. Lo pikir dengan lo di sini gak berbahaya buat diri lo? gue yakin, lo belum pernah ada disini." Katanya lalu menghentakkan kepalanya ke depan, berganti menghunus si sosok jubah hitam dengan netra kelamnya.

Dari balik jubahnya, sosok itu menyeringai lebar. Seluruh tubuhnya dilapisi jubah hitam tanpa ada bagian dari tubuhnya yang nampak.

"Hallo, Seifried Osric Gideon. Selamat datang kembali dan–" sebelah tangan sang jubah hitam itu terangkat,

"–Selamat berjumpa kembali, Osric." Katanya diakhiri tawa riang seraya memiringkan kepalanya hingga menempel dengan bahunya sejajar. Sedangkan rantainya ia hentak hentakkan pada lantai dengan gerak cepat hingga mencipta suara yang sangat berisik.

SETAN! Osric geram, bukan main.

Alis Odelia bertaut, ia menatap Osric dengan tatapan menuntut jawab. Ia maju selangkah namun Osric langsung menoleh menatapnya tajam dengan amarah pada binar matanya seraya mengeratkan genggaman tangannya.

"Jangan maju." Tekannya pada Odelia membuat Odelia berhenti bergerak dan kembali pada posisi awalnya. "Oke gue nurut. Jelasin, maksud dia apa?" Tanyanya dengan nada tak kalah tajam.

Ia merasa ada kejanggalan disini. Osric ini, sebenarnya, ia siapa? dan siapa sosok jubah hitam itu? Kenapa keduanya seolah saling mengenal satu sama lainnya dan seperti pernah bertemu? lalu kenapa ia seolah merasa sangat terusik? Raut wajahnya bahkan tergambar penuh amarah yang terpendam besar.

Dari awal ia memang menyadari ada sesuatu yang lain ada pada diri Osric. Ada magnet besar yang membuatnya terlihat berbeda. Tapi apa? Siapa ia? Kenapa—

—belum terjawab kebingungan Odelia, beberapa benda tajam seperti pisau terus meluncur tanpa henti. Osric mengayunkan tangannya ke depan, sebuah cahaya biru berpendar terang melingkupi keduanya.

Semua benda tajam yang mendekat lebur menjadi abu seketika, saat benda-benda itu menyentuh dinding cahaya biru terang itu.

Sosok jubah hitam itu tertawa. Tawanya mengerikan, menggema sepanjang lorong, memekakan telinga. Sinting!

"Rupanya, seorang Osric Gideon masih seperti dulu." Jeda. Sosok jubah hitam itu bergerak maju satu langkah. Lalu ia terdiam. Gerak rantainya pun terhenti. Ia lalu kembali memiringkan kepalanya. "Ah, aku tahu. Kau sudah menemukannya kembali. Dan tentunya, kekuatanmu kembali berlipat ganda."

Lagi, ia tertawa. Seluruh serangannya terhenti. "Seranganku tidak berarti apa apa bukan?

Dan cahaya biru itu semakin pudar. Osric turut tertawa, rasanya ia turut gila. "Diam. Kenapa kau harus kembali lagi? apa maumu?" Katanya tegas dan dingin. Amarah masih membara pada dirinya.

"Osric."

Panggilan nada lembut dari Odelia berhasil meredakan emosinya, sesaat. Gadis itu tampak tenang, setenang telaga di pagi hari. Tanpa riak. Namun, mata gadis itu menajam, menerawang jauh. Telinganya waspada ke sekitar mereka.

Tanpa menatap Osric ia berkata, "kita harus pergi dari sini sekarang. Banyak roh yang mendekat. Bahaya." Ujarnya tanpa ekspresi namun waspada.

Di belakang sosok jubah hitam mulai bermunculan banyak roh dengan berbagai wujud. Ada yang kakinya pincang, tubuhnya compang camping penuh darah, terbakar, dan masih banyak lainnya yang tak sedap dipandang. Dan mereka rasanya, seperti hendak membantai dan membunuh dirinya beserta Osric.

Osric lantas mengangguk, ia pun melihatnya. Ia menatap sosok jubah hitam itu yang terdiam kaku tanpa kata. Namun rantai pada tangannya mulai bergerak memanjang ke arahnya. Namun, ia hanya menatapnya tajam. Keduanya lantas saling mengeratkan genggaman tangannya.

Dalam hitungan detik keduanya berhasil menghilang dari hadapan sosok jubah hitam itu yang kini tersenyum lebar namun picik di balik jubah kebesarannya.

"Osric—atau harus kupanggil Alazar ya?"

*****

Odelia menghembuskan nafasnya kasar. Nafasnya memburu, sesaat kemudian kedua bola matanya membelalak. Di depannya terpampang jelas wajah bule seorang pemuda dengan jarak sekitar tiga centi meter.

"Lo gak papa? Ada yang luka?" katanya, sarat suaranya terdengar diselimuti kekhawatiran. Tangan pemuda itu terulur hendak membantu Odelia berdiri namun ditepis kasar oleh sang penerima. Sudah dibilang bukan, ia tak suka disentuh orang baru.

"Lo bisa gak sih jaga jarak aman sama gue? jauh jauh. Jangan terlalu deket, gue gak suka." Ucap Odelia ketus sembari bangkit lalu duduk bersandar pada pohon rindang dibelakangnya. Sedangkan Osric jongkok di depannya seraya menatapnya lekat sekali.

"Gue kan cuma niat bantuin lo. Bukannya makasih kek udah ditolong. Coba kalau gue gak dateng dan gak nolongin lo. Mau jadi apa lo disana? Bisa-bisa roh lo gak balik ke tubuh lo. Bahaya. Lo bisa mati! Ngerti gak sih?!" balas Osric tak kalah ketus justru malah terkesan marah.

Sesungguhnya, ia akui, ia cukup tersinggung. Respon Odelia sungguh tak seperti yang ia harapkan. Ia hendak marah lebih jauh tapi tak tega, tatkala matanya menyorot wajah pucat Odelia. Rasa kesal dan marahnya sudah jelas. Namun ia tahan.

Terlepas dari perkataan Odelia yang menyinggung perasaannya. Rasanya, apa yang ia lakukan sama sekali tidak berharga dan tidak berguna.

"Terus masalahnya sama lo apa? Gue kan gak minta bantuan lo." Katanya dengan cuek seraya memalingkan wajahnya acuh. Berbalik dengan hatinya yang terbebat rasa bersalah kala ucapannya itu terlontar keluar dari mulutnya.

Astaga, gue ngomong apa? apa susahnya bilang terima kasih coba.

Osric menghela nafasnya kasar. Ia menangkup sisi kanan wajah Odelia lembut membuat Odelia menghadapnya dengan tatapan tajam. Tangannya bergerak hendak menepisnya namun berhasil di tangkap Osric secara cepat. "Gue gak akan macam macam. Gue cuma mau lo tatap wajah gue. Gue mau ngomong serius."

Senyum tipisnya terbit. Ia menurunkan tangannya. "Gue khawatir banget sama lo, Delia."

Jeda. Suasana hening. Degup jantung keduanya bekerja lebih cepat.

Osric kembali bersuara, tatapan matanya lebih dalam. Namun lembut. "Gue mau tanya sesuatu hal yang serius, lo wajib jawab. Santai aja, oke?"

Odelia berkedip. Raut wajahnya melunak. Ia mengangguk saja. "Oke."

"Jujur sama gue, lo belum bisa mengendalikan astral projection lo ya kan?"

Odelia membeo, garis wajahnya berubah bingung sekaligus nampak lugu. Osric gemas rasanya. "Itu apa?"

Kan, dugaannya tepat. Osric menggeram, ia mengacak surai pirangnya frustrasi. Lalu kembali menghela nafasnya kasar. "Shit! gue lupa satu hal itu."

Odelia menatap Osric aneh sekaligus kebingungan. "Apa?"

Osric menggeleng. Ia berdeham. "Abaikan, dengerin gue baik baik. Astral Projection adalah kemampuan menjelajahi dunia lain atau dunia gaib. Raga lo tetap disini, di dunia manusia. Tapi sukma atau roh atau jiwa lo, ada di dunia astral. Dunia gaib. Dan itu berbahaya kalau lo gak bisa ngendaliin kemampuan lo itu. Lo bisa gak kembali dan mati."

Begitu ya?

"Gue–" Odelia menarik nafas dalam. Ia terlihat linglung. "—gue gak tahu, rasanya gue gak inget apapun. Dan, gue harus apa sekarang?"

"Cukup hati hati saja. Lo gak usah takut atau khawatir karena gue akan selalu ada. Dan lo—"

Jeda lagi. Osric terlihat gamang. Ia terdiam. Sorot matanya berpaling, tak menatap Odelia. Namun Odelia tahu, ada titik dimana gestur tubuhnya terlihat begitu gelisah.

"Gue apa?" Tanya lamat lamat dan tenang.

Tiga detik berlalu. Osric menatap Odelia tanpa berkedip dan dalam. "Milikku. Dimanapun lo berada, apapun situasinya. Gue akan selalu ada dan berada disisi lo. Selamanya, akan seperti itu. Sejauh apapun lo pergi dari gue, pasti akan selalu kembali ke gue. Semesta merestui kita. Harus dan selalu, terlepas apapun rintangannya."

Sekilas, Odelia melihat sepercik binar sendu pada iris hitamnya. Menyiratkan begitu banyak emosi yang terpendam. Namun, ada sebersit rasa yang ia tangkap dari binarnya. Yaitu, binar luka yang teramat dalam.

"Boleh gue peluk lo?" Tanyanya masih dengan tatapan lekat.

Odelia meragu, namun entah mengapa ada dorongan besar dalam dirinya untuk mengiyakan. Ia ingin sebentar saja menghilangkan binar sendunya, bolehkah? salahkah ia?

Setelah meyakinkan diri, ia pun merentangkan tangannya mendekat pada Osric yang sekarang tengah duduk di depannya.

Osric lantas mendekapnya erat. Matanya terpejam, ia menghela nafas panjang. Tangannya mengusap surai coklat Odelia perlahan. Dagunya ia letakkan pada puncak kepala Odelia. Sesekali ia menghidu aromanya, meresapinya, mencipta ketenangan pada hatinya yang sekarang terasa bergemuruh dahsyat.

"Gue lega, Del. Gue lega. Gue lega. Apapun yang terjadi kedepannya. Seorang Odelia hanya akan selalu menjadi milik Osric. Dan akan gue pertaruhkan segalanya buat lo."

Kenapa hati gue tiba tiba saja merasa berat? berat akan kepedihan. Dan kenapa ada rasa merindu yang begitu dalam? Tuhan, kali ini tolong, lukiskan takdir yang indah. Hanya itu. Bolehkah? Batinnya yang seketika merintih pilu.

Kenapa?

Dan tunggu, sepertinya ada pertanyaan yang terlewat. Apa jawabnya?

Terpopuler

Comments

Fahira Qotrunnada

Fahira Qotrunnada

Duh, gw kok belum ngerti jalan ceritanya ya 😩😩

2021-02-28

1

Eva Santi Lubis

Eva Santi Lubis

Hadir ya thor..

Nanti jangan lupa mampir lagi ke cerita aku ya penguasa hatiku Wo ai ni mari saling mendukung Terimakasih

2020-12-17

1

'

'

bagus kak, terus Update nya 💪

2020-12-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!