Bab 3 HADIAH
“Baiklah, mohon tenang semuanya. Sebelum kita lanjutkan, apa kita harus memperkenalkan kakak yang baru datang dulu? Kakak ini seperti biasa selalu telat, jadi jangan dicontoh ya” Mila mulai melelehkan suasana yang sebelumnya terlihat tegang. Dan Galih tanpa berkata apapun langsung keluar dari ruangan itu. Semua orang hanya diam. Salah satu teman BEM laki-laki mengejarnya.
“Baiklah teman-teman semua, maafkan kejadian yang tidak terduga ini” aku melihat beberapa orang merasa khawatir padaku. “Aku baik-baik saja, sepertinya dia terlihat lelah, pukulannya tidak terlalu kuat, jadi tenang saja”. “Oke, tadi Kak Mila bilang kalau aku adalah anggota yang selalu telat, baiklaaahhh.. perkenalan yang bagus sekali rekan Mila, sepertinya anda sangat tau tentang saya melebihi saya sendiri” semuanya tertawa.
“Tadi di upacara saya sudah memperkenalkan diri, dan ditambahkan sedikit oleh teman baik saya, Mila. Jadi kalau ada yang mau ditanyakan dari teman-teman maba silahkan”
“Kak mau tanya, nama panjangnya Kak Gading siapa?” untuk beberapa detik aku terdiam.
“Nama panjangku adalah, Gadiiiiinnggggg” semua tertawa. Sepertinya ketegangan yang terjadi sebelumnya sudah mulai berlalu.
“Bukan itu, tapi nama lengkap” sahut salah satu maba perempuan yang duduk di baris kedua dari depan.
“Cukup Gading aja, nggak usah lengkap juga gak papa. Next” aku meminta pertanyaan selanjutnya.
“Kak, tanggal lahir” satu maba bertanya.
“Kak, sudah punya pacar belum?” maba ke dua bertanya.
“Kak, boleh minta nomer hp nya” maba ke tiga bertanya, dan semuanya wanita.
“Yang cowok nggak ada yang mau tanya?” tanyaku pada mereka. Salah satu laki-laki dari bertanya..
“Kak Tanya, kapan ini akan berakhir?” aku hanya tersenyum.
“Ini baru saja dimulai, dan kau sudah bertanya kapan ini akan berakhir?” semua orang mulai tertawa lagi.
***
Seperti dugaanku, esok harinya Galih tidak mengerjakan tugasnya lagi. Kali ini hukumannya adalah meminta maaf ke kelas-kelas lain se prodi. Ada delapan kelas, dan aku yang akan mengantarnya ke kelas-kelas itu. Di sela-sela prjalanan menuju ke kelas-kelas, aku mengajaknya bicara.
“Kenapa kamu nggak mengerjakannya?” tanyaku.
“Aku sibuk kerja”
“Oooo…. Kamu asli orang sini apa bukan sih?”
“Bukan, aku dari luar kota, tapi gak jauh dari sini” jawabnya tanpa memandangku.
Pertanyaan basa basi begini biasanya sulit untuk bisa lanjut. Aku hanya terdiam sambil menunjukkan kelasnya. Sampai pada suatu saat dia mengajakku berbicara.
“Kau tidak bertanya padaku tentang masalah kemarin?” tanyanya tanpa melihatku. Kita berjalan di lorang yang sepi dan menuju ke kelas-kelas. Perasaan canggung benar benar merasuk dalam tubuhku, juga sedikit rasa kesal pada orang yang ada di sampingku ini.
“Apa kamu mau meminta maaf padaku?” aku balik bertanya. Dan dia hanya diam.
Aku mulai merasa waktu yang kulalui saat ini terasa lama dan akan lebih baik jika segera berakhir.
“Kamu kerja dimana?” tanyaku tiba-tiba untuk memecah kesunyian.
“Itu tidak penting buatmu” jawabannya membuatku ingin sekali ganti memukulnya, tapi tidak bisa kulakukan.
Aku hanya mengangguk mengiyakannya. Anak ini benar-benar kurang bisa santai dan gampang marah. Sepertinya aku akan sulit dekat dengan anak ini, padahal aku merasa dia butuh bimbingan. Tapi sama sepertiku, dia cukup popular di kalangan anak cewek meskipun masih maba. Selain terlalu menonjol karena sering kena hukuman, menonjok pipiku, pakaian yang acak-acakan, wajahnya juga cukup tampan, jadi tidak heran kalau dia cepat popular.
***
Hari berganti begitu cepat, tidak terasa kita sudah sampai di penghujung acara OSPEK. Acara ditutup dengan persembahan penampilan dari Panitia dan pemberian hadiah dan surat untuk Kakak yang di sukainya atau yang ingin deberi hadiah.
Aku jadi ingat dulu yang kuberi hadiah dan surat adalah Kakak BEM laki-laki. Tidak ada maksud apa-apa, tetapi hanya aku ingin berterimakasih dan meminta maaf karena sudah sering merepotkannya. Itu memang sedikit memalukan, tetapi waktu itu aku memang tidak punya ide untuk membuat surat pada Kakak BEM yang perempuan.
”Gading, kayaknya kemarin yang dapat kado banyak kamu deh” kata Mila saat kita kumpul di Basecamp keesokan harinya.
“Ya iya lah.. dia masuk bentar aja udah banyak fans nya” tambah Andi.
“Bahkan aku dapat hadiah dari cowok” kataku.
“Oh ya???” semua mata tertuju padaku.
“Dari siapa?” Tanya Mila penasaran.
“Entahlah.. gak ada namanya”
“Gimana kamu tau kalu itu cowok kalau gak ada namanya?” sahut Andi
“Dalam suratnya dia bilang kalau dia itu cowok” jawabku datar
“Jangan-jangan tu cowok suka lagi sama kamu” kata Andi disambut tawa teman-teman yang lain. Sebenarnya aku juga penasaran siapa cowok itu.
Waktuku sering kuhabiskan di Basecamp bersama teman-teman, aku pulang sampai malam demi menyelesaikan laporan. Di sela kesibukan para anggota BEM, Andi sering datang ke rumahku. Kadang juga menginap di rumahku karena malas pulang jika terlalu larut. Dan orang tuanya membebaskan dia menginap di rumahku, karena keluarganya menganggapku sudah seperti anaknya sendiri.
“Kamu jadi membuka kos di sini?” Tanya Andi padaku.
“Sepertinya iya, kan lumayan bisa jadi uang tambahan. Setidaknya satu atau dua orang kan bisa sedikit mengurangi bebanku membayar tagihan listrik dan pajak”
“Iya juga sih.. tapi kamu yakin pakai kamar orang tuamu?”
“Aku sudah memindahkan barang berharga milik orang tuaku di ruang kerja” aku menunjuk ruangan yang ada di sebelah kamarku
“Oke.. tapi lagian apa gak telat kamu bukanya sekarang? Maba kan udah pada nyewa tempat kos. Gimana sih?”
“Ya kalo rejeki gak akan kemana kan.. Lagian kenapa kamu sewot gitu?”
“Apa aku aja yang ngekos di sini ya? Semester tua kayaknya bakal sibuk. Rumahmu juga deket rumahnya orang cantik pula” yang dimaksud Andi di sini adalah Ratih.
“Kalau kamu mau nginap di sini setiap hari ya silahkan, gak usah ngekos. Makanya kamar tamu kubiarkan kosong itu buat jaga-jaga kalau kamu mau nginap”
“Haha.. kau ini sudah seperti adikku saja. Baiklah, lakukan sesukamu adikku” ledeknya sambil mengusap rambutku.
Aku lupa kapan kita kembali ke kamar masing-masing untuk pergi tidur, tetapi kenapa di dini hari aku melihat Andi tidur di kamarku? Padahal malamnya aku melihat dia turun ke lantai bawah untuk tidur di kamar tamu. Dia pasti sedang mimpi buruk semalam, sampai pindah ke kamarku. Dan lebih anehnya lagi, dini hari begini ada orang yang memencet bel rumahku. Sambil berusaha membuka mata dengan sempurna, aku membukakan pintu.
“Galih??” tanyaku pada tamu itu.
“Kak Gading? Ini rumah Kakak?”
“Iya.. ngapain kamu subuh-subuh begini kesini?” dia menunjuk plakat bertuliskan MENERIMA KOS KHUSUS PRIA. “Oooo.. tapi kenapa pagi-pagi begini?”
“Biarkan saya masuk kak, dingin sekali di sini”
“Oh iya, silahkan masuk”
Galih datang ke rumahku sebelum subuh begini sambil membawa koper besarnya. Dia masih memakai seragam PERTAMINA seperti yang biasa dipakai pegawai POM. Sepertinya dia dapat shift malam di tempat kerjanya. Wajahnya sangat lusuh dan terlihat lelah dan sedikit pucat. Dan tunggu..
“Ada apa dengan wajahmu?” ada banyak lebam di wajahnya. Karena lampu teras rumahku agak kurang terang, awalnya aku mengira itu debu atau cuma kotor terkena sesuatu.
Dia hanya diam dan terlihat bingung, pasti ada sesuatu yang terjadi padanya. “Baiklah, kita bicarakan besok. Aku akan menunjukkan kamarnya. Ikut aku” kataku. “Ini kunci kamarnya. Di sebelah kulkas ada kotak P3K, aku rasa kamu sedang membutuhkan itu sekarang. Dan jangan lupa bersihkan badanmu dan istirahat. Selamat malam” aku berlalu meninggalkannya dan kembali ke kamarku sendiri.
Beberapa puluh menit berlalu dan aku masih belum bisa tidur. Sampai pada keputusan “Mungkin ada yang menghajarnya karena masalah cewek, seperti yang sering kualami”. Aku menenangkan diriku sendiri, dan perlahan menutup mataku.
Di pagi hari, suara gemuruh orang bercakap-cakap dengan lantang mebuatku terbangun dari tidurku. Waktu melihat jam dinding, sudah pukul 8 pagi, seharusnya aku sudah membuat sarapan dan ternyata aku bangun kesiangan.
“Gading, kenapa dia ada di sini? Bagaimana bisa?” Tanya Andi saat melihatku turun dari tangga.
“Oh, dia datang dini hari tadi” aku melihat Galih sedang mengambil air minum di dalam kulkas. Aku turun dari tangga dan berniat untuk mengambil air minum juga.
“Ha?? Kok aku nggak tau. Lagian ngapain dia di sini? Nginep sini pula”
“Dia ngekos di sini. Kenapa kamu heboh gitu…” jawabku sedikit emosi.
“Trus kenapa wajahnya babak belur gitu?” Andi semakin banyak bertanya.
“Sudahlah. Kita bicarakan setelah ini. Kamu mau mandi?” tanyaku pada Andi. “Oh iya, kenapa kamu tidur di kamarku semalam?” pertanyaanku membuat Andi dan Galih terkejut.
“Hahaha.. biasa. Sst, jangan bahas itu lah” sahutnya sambil mendekati Galih yang duduk di meja makan.
Aku tak menghiraukannya dan beranjak menuju kulkas untuk mengambil air minum. Saat kubuka, aku melihat bahan-bahan masakanku tinggal sedikit. Waktunya aku belanja hari ini. Belum lagi wadah beras di samping kulkas juga mulai sedikit isinya, pengeluaranku akan banyak hari ini.
“Kamu yang memasak semua ini?” tanyaku pada Galih. Aku melihat Andi yang juga tercengang sambil membawa piring.
“Iya, tapi Cuma dikit. Aku kira Kakak sendirian aja di rumah”
Meja makanku sudah siap nasi, telur dadar dua butir, oseng kangkung dan satu mangkuk kecil tempe goreng. Aku terkejut melihat semua ini. Aku berkali-kali memusatkan pandanganku ke meja makan dan ke wajah Galih. Apa iya dia sendiri yang masak? Yakin enak? Pikirku.
“Aku suka memasak, menurutku rasa masakanku juga tidak terlalu buruk” jawab Galih. “Aku akan menggoreng telur dadar satu lagi untuk Kak Andi” lanjutnya.
Andi yang sedari tadi diam mulai angkat bicara.
“Galih, ada apa dengan wajahmu?” Galih masih sibuk dengan telur dadarnya. Aku tahu dia mendengarkan pertanyaan Andi. “Aku tau kita memang tidak dekat, tapi siapa tau kita bisa bantu kalau misal kamu memang lagi ada masalah”. Aku mengangguk mengiyakan.
“Banyak hal terjadi” jawabnya singkat. Aku dan Andi hanya bertatap muka dan bingung dengan jawaban itu.
“Apa itu masalah besar?” tanyaku.
Galih masih sibuk dengan telur dadarnya. Sepertinya dia masih belum ingin bercerita tentang apa yang terjadi. Aku harus memakluminya.
“Maaf kalau aku tidak bisa bercerita sekarang. Masih banyak hal yang harus kulakukan. Aku akan menceritakan pada kalian saat sudah jelas nanti” seketika kata Galih membuatku bungkam dan hanya bisa mengiyakan.Tapi sejauh ini, dia melakukan hal yang baik sebagai anak kos, jadi tidak perlu ada yang ku khawatirkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
semangat 👍🏻
2021-01-10
0