SIAPA DIA

Bab 2 SIAPA DIA

Hari minggu berlalu sangat cepat, dan hari senin datang seperti membawa pertanda akan adanya rasa lelah yang sedang menungguku di depan sana. Pagi-pagi sekali aku sudah berseragam rapi siap berangkat ke kampus. Agenda kerjaku sudah selesai, sekarang waktunya berkerja untuk kegiatan OSPEK di kampus.

“Gading, mau berangkat?” Tanya Ratih sambil menatapku dari ujung kaki sampai kepala. “Wah.. ke kampus ya? Bisa rapi kayak gitu”

“Bukankah aku selalu rapi?”

“Iya.. tapi sekarang kamu terlihat normal daripada sebelumnya”

“Jadi sebelumnya aku terlihat tidak normal?” jawabku agak bete.

Aku melihat Ratih juga berpakaian rapi. Saat dia keluar dari warungnya yang sangat ramai itu, dia menuju ke arahku. Rambutnya hitam panjangnya dikuncir kuda dengan tali rambut warna merah. Wajahnya oval, matanya besar, dan hidungnya mancung. Dia memakai kaos putih di dalam dengan kemeja kotak-kotak biru hitam yang dikancingkan. Memakai jeans dan sneaker, sama sepertiku. Cuma aku pakai jas almamater.

“Kenapa pakaianmu sama sepertiku?” tanyaku.

“Bukankah style kita selalu sama?”

“Iya sih… tapi kau tau apa yang akan terjadi kalau kita pakai style yang sama? Setidaknya kamu pakai yang lebih feminin dong, biar kita gak sering samaan”

“Kenapa? Kamu gak suka kalau kita dikira pacaran?”

“Kamu pasti tidak lupa kalau aku pernah dapat masalah gara-gara itu” jawabku dengan muka lelah. Aku masih ingat memar di ujung bibirku gara-gara sekelompok laki-laki salah paham dengan hubungan kita.

“Kamu juga mau ke kampus?” tanyaku.

“Iya, ada latihan paduan suara buat penutupan OSPEK nanti” aku pernah bilang kalau suaranya cantik. Tidak diragukan lagi, dia adalah salah satu anggota paduan suara kampus yang sering melanglang buana ke luar negeri.

“Oh gitu, barengan aja yuk” ajakku.

Kita berdua berangkat bersama menuju ke kampus. Di tengah perjalanan seperti yang kuduga, banyak orang yang menatap kita tajam. Aku seperti tau apa yang sebenarnya mereka pikirkan. Dengan sorot matanya dan cara memandang kita membuatku tau apa yang ada di dalam pikiran orang-orang itu. Ini memang sudah tidak asing bagiku, Ratih sendiri juga tidak peduli.

“Hari ini mulai OSPEK di Fakultas ya?” Tanya Ratih padaku.

“Iya, mulai hari ini sampai rabu. Setelah itu ganti Prodi”

“Ooo… gak capek?”

“Aku udah biasa, kan bukan yang pertama kali ini”

“Iya juga sih.. tapi katanya kemarin kamu sakit”

“Kata Mas Bayu ya? Udah sembuh kok. Lagian cuma demam aja, gak parah” aku merasa sikap Ratih tidak ceria seperti biasanya. “Makanya, makan yang teratur, yang sehat, biar gak gampang sakit” aku kira dia akan mengatakan itu padaku.

Belum sempat aku menanyakan apakah ada sesuatu yang terjadi padanya, aku sudah sampai di depan Gedung Fakultas Sospol. Jadi kita berpisah di situ.

Sampai di lantai 3, aku melihat teman-teman panitia sudah berada disana. Mereka sudah berkumpul dengan kelompok kerjanya masing-masing.

“Gading, kamu sudah siap kan?” Tanya Andi yang datang menghampiriku.

“Harus siap dong, ketua pelaksana masih belum sembuh juga?”

“Belum, masih dirawat di Rumah Sakit. Kamu sudah baca file yang kukirim kan?” tanyanya cemas.

“Sudah kok”

“Sudah kamu hafalin?” Tanya Andi padaku masih dengan wajah cemas.

“Aku nggak bias menghafal sebanyak itu, tapi aku udah ngerti intinya apa” jawabku.

“Baiklah, aku percaya padamu. Apa kamu gugup?”

“Lumayan”

“Aku yakin kamu bisa”

“Kamu kalau ada maunya selalu baik gitu. Coba setiap hari kamu kayak gitu”

“Ayolah, aku kan selalu baik padamu” jawabnya sambil meringis. Aku sampai geli melihatnya.

Acara dimulai tepat pukul 7, para mahasiswa baru sudah berbaris dengan rapi sesuai dengan prodinya di depan podium. Aku merasa maba kali ini lebih banyak dibanding tahun lalu. Itu berarti, peminat sospol semakin banyak dan juga saingan untuk mencari kerja juga lebih banyak, setidaknya itu yang kupikirkan. Apa orang sebanyak ini nanti ada yang menampung untuk ditempatkan di tempat kerja? Ah sudahlah, seperti biasa pikiranku sudah meluber kemana-mana.

Baru saja Dekan Fakultas memeberikan pidato, dan juga Ketua pelaksana yang diwakili oleh Andi. Sekarang aku harus naik ke podium untuk mewakili Andi sebagai Ketua BEM Fakultas. Ini baru pertama kali aku harus berpidato di depan ratusan mahasiswa baru. Aku sedikit gugup, tetapi aku masih bisa mengontrol rasa gelisahku.

“Assalamualaikum wr. Wb, selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Yang terhormat Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosisal dan Ilmu Politik beserta Staff, Yang saya hormati Ketua pelaksana, dan rekan-rekan panitia OSPEK tahun ajaran 2019/2020, dan yang saya banggakan para mahasiswa baru Fakultas Sospol Universitas………….. Perkenalkan nama saya Gading…”

Aku berhenti sebentar saat menyebutkan namaku. Nama panjangku masih sukar kuungkapkan, karena aku pernah ganti nama waktu masih SD, maka dari itu kali ini di depan ratusan maba pun aku hanya menyebutkan nama panggilanku.

Bukannya aku tidak menghargai nama pemberian orang tuaku, tetapi banyak kenangan yang membawanya. Kenangan masa laluku yang tidak tahu harus bagaimana aku mengapresiasinya.

Selesai upacara, para maba dibentuk beberapa kelompok sebanyak 40 orang berdasarkan prodinya. Setiap kelompok dimasukkan ke dalam kelas yang sudah di sediakan. Dan di setiap kelas itu ada panitia yaitu kakak-kakak BEM yang mendampingi. Ada beberapa materi, game, dan beberapa lagi lainnya yang harus dilaksanakan.

“Hai Gading, akhirya kamu masuk juga. Hari ini kamu masuk kelompokku” kata Mila, salah satu temanku di BEM F yang bersal dari jurusan administrasi public.

“Baiklah, kamu koordinatornya?”

“Iya, kali ini kamu harus patuh padaku” katanya sambil melipat tangannya ke dada.

“Iya.. iya Bu Mila yang cantik”

“Wkwkwk.. kamu selalu tau gimana merayu cewek”

“Kesannya kayak aku playboy aja” jawabku bete.

“Hahaha.. bercanda. Ayo, kita harus masuk ke kelas”

”Kita ke kelas apa? Kamu duluan aja, ada beberapa hal yang harus kulakukan. Ini perintah ketua”

“Di kelas Ilkom 2, di lantai 4. Jangan lama-lama ya”

Butuh waktu sekitar 30 menit untuk menyelesaikan itu semua. Hasil pertemuanku dengan wakil Dekan sudah kusampaikan ke teman-teman panitia lewat Grup chat. Sekarang aku harus bergegas menuju kelsa Ilkom2 di lantai 4. Tentu saja lift nya sedang kosong, ini bisa menghemat tenagaku.

Aku mulai memasuki kelas Ilkom 2, dan anehnya, semua pandangan tertuju padaku. “Aura aneh apa lagi ini?” gumamku dalam hati. Mereka yang memandangku terlihat tercengang dan mau tertawa, seperti ada yang aneh dalam diriku.

Tiba-tiba mila tertawa terbahak-bahak menyadarkan keherananku.

“Ada apa?” tanyaku padanya.

“Ini ada yang tidak membawa barang yang sudah diperintahkan” ternyata ada yang sama seperti aku dulu, pikirku.

“Lalu?” tanyaku.

“Hukumannya adalah mengatakan Aku Cinta Kamu dengan romantic pada orang yang masuk di kelas ini. Hahahaha..” Mila masih terbahak-bahak. Aku rasa dia sengaja memilih hukuman ini karena tahu kalau aku yang akan masuk.

“Dan siapa dia yang mau mengungkapkan perasaannya padaku?” tanyaku dengan santai. Dan aku tidak menyangka kalu itu seorang laki-laki. Seketika semua orang tertawa. Dan laki-laki itu hanya terdiam tanpa ekspresi sambil mengusap rambut bagian belakangnya. Tentu saja aku terkejut dan mengiyakan apa yang sudah terjadi ini.

Anak laki-laki itu punya perawakan tinggi, putih, matanya agak sayu, hidungnya mancung dan rambutnya hitam lebat sama sepertiku. Hanya saja dia lebih pendek dariku dan sedikit kurus. Tetapi saat melihatnya, itu benar-benar mirip dengan diriku.

“Jadi kamu yang mau mengungkapkan cinta padaku? Namamu siapa?”

“Galih” jawabnya singkat.

“Baiklah Galih, tunjukkan padaku bagaimana romantisnya dirimu” dengan pedenya aku mengatakan itu. Mengerjai maba ada kalanya sangat menyenangkan. Aku bisa membayangkan bagaimana perasaan kakak tingkatku dulu saat mengerjaiku.

“Kak Gading” kata anak itu setelah melirik bordiran nama di bajuku, “Apa aku harus melakukan ini? Apa kakak tidak malu?” dengan wajah yang jengkel.

“Aku sih biasa aja, kan Cuma hukuman bukan beneran. Kamu gak beneran suka sama aku kan??”

“Ya engak lah, masak iya aku suka sama cowok” jawabnya. Tetapi dia tidak juga memulai aksinya. Dia terlihat benar-benar sangat canggung dan jengkel.

“Jadi kenapa kamu tidak membawa barang yang disuruh?” tanyaku.

“Ya menurutku itu kurang penting sih” jawabannya membuat teman lainnya tercengang dan membuat panitia sedikit emosi.

“Apa kamu sudah tau kalau akan dihukum?” tanyaku padanya.

“Iya, tapi aku nggak nyangka kalau hukumannya kayak gini”

“Kalau materi, penting apa ndak menurutmu?” tanyaku serius.

“Ya penting”

“Kalu gitu nanti kamu akan mendengarkannya dengan seksama?” dia hanya diam sambil menatapku.

“Jadi apa aku harus melakukan hukumanku sekarang?”

“Iya, tapi sama dia” aku menunjuk salah satu maba perempuan yang duduk di kursi depan.

Tiba-tiba kepalan tangan mendarat di pipiku dengan cukup keras. Semua orang tercengang dan beberapa ada yang spontan berteriak karena kaget. Aku menatap Galih dengan penuh penasaran. Aku merasa baru saja terkena sengatan di pipiku. Aku bersyukur pukulannya tidak kuat karena sepertinya dia terlihat lelah. Tetapi kenapa dia memukulku? Hal seperti ini benar-benar diluar dugaanku.

Terpopuler

Comments

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

like like 👍

2021-01-10

0

zsarul_

zsarul_

hai thorr aku mampir nihh 🤗
semangatt yaa
yuk baca juga cerita aku yang judulnya CONVERGE!!
dijamin baper deh bacanyaa 😍
mari saling support ya thorr ❤️
thanks

2021-01-10

0

Santysoru Sorusanty

Santysoru Sorusanty

nyimak

2021-01-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!