Bab 5 : Perjalanan ke Atlantica

Gadis tiga belas tahun itu hanya bisa mengangguk. Banyak pertanyaan di kepalanya yang meminta untuk dijawab. Namun, Nero berusaha untuk diam dan terus berpegangan pada sirip punggung Dolp, berenang dengan cepat. Jauh lebih cepat dari biasanya. Nero merasakan jantungnya memompa lebih kuat, dia mencengkram sirip Dolp lebih erat saat lumba-lumba itu melompat. Angin bercampur air asin yang menerpa wajah dan tubuhnya, membuat aliran darahnya ikut menderu.

Nero tak menghitung sudah berapa lama dia dan Dolp berenang. Laut di sebelah mereka terlihat berbeda. Seperti  ada batas tak terlihat yang memisahkan keduanya. Sambil berpegangan, gadis itu menatap takjup pada apa yang dilihatnya.

“Nero, tarik napas dalam. Mungkin ini adalah penyelaman terlamamu,” terang Dolp.

Ucapan Dolp membuyarkan lamunannya. Nero mengikuti setiap instruksi yang diberikan sahabat mamalianya. Dia menarik napas dalam dan panjang untuk memenuhi setiap inchi paru-parunya. Dolp melompat tinggi sebelum akhirnya menyelam.

Dua menit pertama, Nero masih bisa bertahan. Memasuki menit ke tiga, gelembung-gelembung udara mulai keluar perlahan dan teratur dari lubang hidungnya. Pandangan matanya mulai memudar. Napasnya terasa tersangkut di tenggorokan dan tubuhnya terasa tertekan. Dia mencengkram lebih erat sirip punggung lumba-lumba itu. Dolp bukannya naik ke permukaan, namun tetap menyelam.

Dengan sisa kekuatan dan kesadarannya, Nero berusaha untuk bertahan. Ini adalah record terlamanya menahan napas dalam air. Dadanya terasa memanas, tubuhnya seperti dihimpit beban berat, dan pegangannya semakin melemah.

"Apa aku akan mati di sini? Di dalam laut yang aku sukai? Papa, maaf! Aku tak bisa memenuhi janjiku. Aku tak tahu akan seperti ini," ucapnya dalam hati.

Nero mulai kehilangan seluruh penglihatannya. Kesadarannya lenyap, sampai pegangannya terlepas. Tubuh kecilnya perlahan menjauh dari makhluk bermoncong botol itu. Nero melayang di dalam laut yang gelap dan dingin.

Dolp yang menyadari hal itu, mengejar sahabatnya yang terus tenggelam. Dia mendorong tubuh Nero menuju arus besar di depan mereka. Tubuh kecil itu lenyap tersedot arus laut sesaat setelah menyentuhnya. Dolp mengikutinya dengan masuk dalam aliran yang sama.

Kesadaran Nero perlahan kembali. Pandangannya pun semakin jelas. Dia memandangi kedua tangannya dan berusaha merasakan setiap anggota tubuhnya yang lain. Anak itu juga menyentuh pipi juga mencubitnya, untuk meyakinkan dirinya bahwa dia tidak sedang bermimpi. Nero tercengang karena bisa bernapas dalam air, bahkan kulitnya tak merasakan dinginnya air laut yang menusuk. Dia pun tidak merasakan tekanan air yang tinggi pada kedalaman ini, padahal sebelumnya dia seperti terhimpit dua dinding besar.

"Aku bisa bernapas!” serunya keheranan, lalu dia teringat dengan sahabatnya. “Dolp! Dolp!” panggilnya setengah berteriak. “Di mana kau?" ujarnya sambil menjelajahi arus.

“Aku tepat di belakangmu. Sebentar lagi kita sampai di gerbang Atlantica. Arus ini akan berbelok, melompatlah sekuat yang kau bisa. Jangan takut! Aku akan menjagamu. Ikuti aba-abaku.”

Nero mengangguk.

“Bersiaplah! Pada hitungan ketiga!”

Dolp mendekatkan moncongnya ke tubuh Nero yang tampak tegang. “Satu!” Dolp langsung mendorong Nero sekuatnya dan mereka terpental. Tubuh kecil Nero bergulung-gulung membentuk lingkaran, lalu berguling, dan bergulung lagi. Mereka berhasil keluar dan menjauh dari arus besar.

Setelah bisa mengusai tubuhnya, Nero menghampiri Dolp dengan wajah mengeras. “Kau bilang pada hitungan ketiga. Tadi baru satu! Kau ingin membunuhku?”

“Tidak, Nero! Aku melihat dirimu begitu tegang. Aku tahu kau takkan pernah siap. Hanya itu cara satu-satunya. Lihatlah, kita berhasil. Selamat datang di Atlantica.”

Nero mengedarkan pandangannya. Dia hanya melihat kegelapan sejauh mata memandang. Sesekali ada setitik cahaya namun langsung menghilang. Di bawah sana hanya ada dirinya dan Dolp.

“Nero! Tutup matamu dan ulurkan kedua tanganmu,” ucapnya saat melihat Nero kebingungan.

Dolp mengambil posisi dihadapan gadis itu dan menyentuh kedua tangan Nero dengan siripnya. Muncul secercah sinar hijau keperakan dari sela-sela jari dan sirip itu. Semakin lama cahayanya semakin terang dan menyilaukan, lalu semuanya memutih.

Dolp menarik siripnya perlahan dan meminta Nero membuka kedua matanya. Gadis itu mengerjap berkali-kali sambil mengusap kedua matanya, untuk memastikan apa yang baru saja dilihatnya.

Sebuah bangunan tinggi tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Jika berada di darat, tinggi dinding pagarnya seperti rumah tiga lantai. Pintu gerbangnya saja selebar dinding rumah kebanyakan di tempat tinggal Nero.

Gerbang itu terbuka. Tampak hamparan koral yang beraneka bentuk dan warna. Beberapa ikan badut berkejaran melintasi Anemon yang terus bergoyang. Mata Nero menangkap beberapa ekor kuda laut yang bergelantung dengan ekor tertambat pada rumput laut. Sejauh ini, hanya ada makhluk-makhluk laut biasa yang sering dilihatnya dari tayangan televisi, tidak ada yang masuk atau keluar dari gerbang besar itu.

Rasa penasaran mendorongnya untuk masuk dan meninggalkan Dolp di belakang. Belum ada satu meter dirinya berenang melewati pintu besar, seekor Hiu melesat ke arahnya. Jantungnya berdegup kencang. Begitu kencangnya hingga terasa seperti ingin melompat keluar dari dadanya. Dia merasakan darahnya berhenti mengalir dan membuat lemas seluruh ototnya.

Hiu itu semakin mendekat sedangkan tubuhnya seperti membatu. Predator besar itu membuka rahangnya lebar-lebar. Barisan gigi runcing berbaris siap menyantap mangsanya. Nero memejamkan mata dan menahan napas. Dia tak sanggup melihat kengerian yang sebentar lagi akan menimpanya.

Gadis itu diam beberapa saat dengan mata terpejam. Menunggu saat-saat tubuhnya dikocak tanpa perasaan. Namun apa yang ditunggunya tidak terjadi. Nero masih bisa merasakan detak jantungnya. Dia pun tidak merasakan rasa sakit sedikitpun pada tubuhnya. Gadis itu memberanikan diri untuk membuka mata dan memandang ke sekitar.

Nero teringat dengan sahabat mamalianya. Tiba-tiba tubuhnya gemetaran. Bukan karena dinginnya suhu air, tetapi akibat buah pikirannya. Di dalam kepalanya, dia melihat Dolp tengah dicabik-cabik oleh hiu putih besar. Darahnya membuat air di sekitar jadi berubah merah. Wajah Nero jadi sepucat hantu membayangkan semuanya. Dia berteriak histeris memanggil Dolp.

Kemudian dia sadar bahwa semua itu tidak nyata. Dolp baik-baik saja. Nero yang masih kebingungan, berenang mendekat. "Dolp, Hiu itu... Tadi ada Hiu, kau lihat kan? Hiu besar itu mau makan kita, tapi.. tapi sekarang dia...."

“Nero, tenanglah! Hiu itu tidak mengetahui keberadaan kita saat ini. Kejadian itu terjadi lima belas tahun yang lalu. Aku membawamu ke masa ini untuk menceritakan tentang Mamamu, Akuari. Di sini, tidak ada yang bisa melihat, mendengar atau menyentuh kita. Aku akan menunjukkan dengan cepat, semua hal yang perlu diketahui olehmu.”

Nero merasa dirinya tengah melihat film yang diputar dengan cepat. Kemudian dia melihat sesosok makhluk dengan ekor yang besar dan indah. Tepat di bagian pinggang, sisik itu menghilang. Yang ada hanyalah kulit yang mirip seperti manusia. Rambut panjangnya yang hitam bergelombang semakin memancarkan keanggunan. Makhluk itu berbalik dan tersenyum. Nero bisa melihat dengan jelas wajahnya.

Mata hijau itu mirip denganku. Apa dia Mama? batinnya.

Dolp seperti bisa membaca pikiran sahabatnya. “Ya, Nero! Dia adalah Akuari, Mamamu. Dia bukan hanya mermaid yang cantik dan anggun, dia juga Atlantican yang tangguh. dia dibesarkan dan dilatih bersama kumpulan hiu pemburu."

Mata Nero tak henti menatapi sosok dihadapannya, sampai Dolp memperlihatkan saat-saat Akuari berlatih membuat ramuan bersama seekor Penyu Belimbing raksasa, juga saat bermain kejar-kejaran dengan dirinya.

"Itu kau, Dolp?"

“Ya.”

Dalam kilasan itu, Nero memperhatikan segala hal yang berkaitan dengan Mamanya. Sosok itu begitu hebat di matanya, sempurna tanpa cela. "Bagaimana aku bisa lahir dari seorang mermaid? Dia memiliki ekor, sedangkan aku memiliki kaki. Dia berdarah dingin, aku berdarah panas. Dia lahir dan hidup di laut, sedangkan aku di darat. Nggak masuk akal!"

Lalu Dolp menunjukkan momen ketika salah seorang Penunggang Ombak dan rekannya mengamuk, lantaran terkena racun dari duri Ikan Batu. Racun itu bisa menyebabkan seluruh saraf ditubuhnya tidak bisa dikendalikan. Penunggang Ombak itu membuat air laut beriak tak beraturan. Ombak bergulung-gulung dengan liar. Badai itu membuat kapal-kapal besar terombang-ambing di permukaan, dan dalam sekejap mampu mengaramkan kapal berukuran sedang.

Timbul kegaduhan di Atlantica, ada seorang manusia yang terlempar dan jatuh ke dalam laut yang mengamuk, tepat di perbatasan dengan Atlanica. Akuari yang mendengar hal itu langsung mencarinya. dia menemukan makhluk berdarah panas itu dan membawanya ke permukaan. Akuari dibantu Dolp membawa manusia itu ke daratan. Mereka berhasil.

Nero menyaksikan ekor itu lenyap dan berganti dengan sepasang kaki, begitu Akuari meninggalkan air. dia memandang dengan saksama manusia itu. Dia laki-laki dan rasanya mirip dengan seseorang yang sangat dikenalnya.

"Papa!"

“Ya, Nero! Itu Ivan, Papamu. Yang kau lihat adalah awal perjumpaan mereka. Sayang, aku tidak tau pasti apa yang terjadi di darat. Namun hal itu bisa kau tanyakan pada Papamu nanti. Sekarang aku akan menunjukkan sesuatu yang lain padamu. Bersiaplah!”

Lagi-lagi Dolp menyentuhkan siripnya ke tangan Nero. Sinar hijau keperakan itu muncul lagi. Semakin lama semakin terang dan semakin menyilaukan, lalu semuanya menjadi putih.

...**...

Terpopuler

Comments

Candy Tohru

Candy Tohru

di bab ini aku berasa jadi Nemo sekaligus Harry potter

2020-12-19

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Terpilih
2 Bab 2 : Dolp
3 Bab 3 : Buku Harian Mama
4 Bab 4 : Mimpi
5 Bab 5 : Perjalanan ke Atlantica
6 Bab 6 : Permintaan Maaf
7 Bab 7 : Surat Mama
8 Bab 8 : Penjemputan
9 Bab 9 : Sambutan
10 Bab 10 : Sabotase
11 Bab 11 : Pertemuan Pertama
12 Bab 12 : Muslihat
13 Bab 13 : Latihan
14 Bab 14 : Harapan dan Perjuangan
15 Bab 15 : Rindu Papa
16 Bab 16 : Rencana Klirik
17 Bab 17 : Sean, sang Penjaga Perbatasan
18 Bab 18 : Kejujuran
19 Bab 19 : Keraguan
20 Bab 20 : Bantuan Tak Terduga
21 Bab 21 : Elemen Pertahanan
22 Bab 22 : Sihir Laut
23 Bab 23 : Kesepakatan Para Ketua
24 Bab 24 : Makhluk Besar
25 Bab 25 : Membuat Ikatan
26 Bab 26 : Catatan Pengendalian Ombak
27 Bab 27 : Keajaiban Hutan Saint
28 Bab 28 : Pohon Pelangi
29 Bab 29 : Ladang Teripang
30 Bab 30 : Arus dan Gua
31 Bab 31 : Sejarah Freemax
32 Bab 32 : Makhluk Purba
33 Bab 33 : Labirin
34 Bab 34 : Mantra Perubahan
35 Bab 35 : Worm Hole
36 Bab 36 : Mengenali Arus
37 Bab 37 : Berburu
38 Bab 38 : Mutiara
39 Bab 39 : Tipu Daya
40 Bab 40 : Jalan Pulang
41 Bab 41 : Satu Permintaan
42 Bab 42 : Hiu Basking
43 Bab 43 : Inti Freemax
44 Explanation
45 Bab 44 : Meet Max
46 Bab 45 : Bala Bantuan
47 Bab 46 : Pengakuan Klirik
48 Bab 47 : The Deep Sea Rider
49 Bab 48 : Kabar Gembira
50 Bab 49 : Penobatan
51 Bab 50 : Curahan Hati
52 Bab 51 : Jalan Rahasia
53 Bab 52 : Percabangan
54 Bab 53 : Dinding Rahasia
55 Bab 54 : Perpustakaan
56 Bab 55 : Meminta Pertolongan
57 Bab 56 : Devil Sea Weed
58 Bab 57 : Keputusan Besar
59 Bab 58 : Rencana Cadangan
60 Bab 59 : Hiu Pemburu
61 Bab 60 : Siasat Perdana Mentri
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab 1: Terpilih
2
Bab 2 : Dolp
3
Bab 3 : Buku Harian Mama
4
Bab 4 : Mimpi
5
Bab 5 : Perjalanan ke Atlantica
6
Bab 6 : Permintaan Maaf
7
Bab 7 : Surat Mama
8
Bab 8 : Penjemputan
9
Bab 9 : Sambutan
10
Bab 10 : Sabotase
11
Bab 11 : Pertemuan Pertama
12
Bab 12 : Muslihat
13
Bab 13 : Latihan
14
Bab 14 : Harapan dan Perjuangan
15
Bab 15 : Rindu Papa
16
Bab 16 : Rencana Klirik
17
Bab 17 : Sean, sang Penjaga Perbatasan
18
Bab 18 : Kejujuran
19
Bab 19 : Keraguan
20
Bab 20 : Bantuan Tak Terduga
21
Bab 21 : Elemen Pertahanan
22
Bab 22 : Sihir Laut
23
Bab 23 : Kesepakatan Para Ketua
24
Bab 24 : Makhluk Besar
25
Bab 25 : Membuat Ikatan
26
Bab 26 : Catatan Pengendalian Ombak
27
Bab 27 : Keajaiban Hutan Saint
28
Bab 28 : Pohon Pelangi
29
Bab 29 : Ladang Teripang
30
Bab 30 : Arus dan Gua
31
Bab 31 : Sejarah Freemax
32
Bab 32 : Makhluk Purba
33
Bab 33 : Labirin
34
Bab 34 : Mantra Perubahan
35
Bab 35 : Worm Hole
36
Bab 36 : Mengenali Arus
37
Bab 37 : Berburu
38
Bab 38 : Mutiara
39
Bab 39 : Tipu Daya
40
Bab 40 : Jalan Pulang
41
Bab 41 : Satu Permintaan
42
Bab 42 : Hiu Basking
43
Bab 43 : Inti Freemax
44
Explanation
45
Bab 44 : Meet Max
46
Bab 45 : Bala Bantuan
47
Bab 46 : Pengakuan Klirik
48
Bab 47 : The Deep Sea Rider
49
Bab 48 : Kabar Gembira
50
Bab 49 : Penobatan
51
Bab 50 : Curahan Hati
52
Bab 51 : Jalan Rahasia
53
Bab 52 : Percabangan
54
Bab 53 : Dinding Rahasia
55
Bab 54 : Perpustakaan
56
Bab 55 : Meminta Pertolongan
57
Bab 56 : Devil Sea Weed
58
Bab 57 : Keputusan Besar
59
Bab 58 : Rencana Cadangan
60
Bab 59 : Hiu Pemburu
61
Bab 60 : Siasat Perdana Mentri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!