"Boleh duduk di sini?" Dia menegaskan kembali.
Alcenna memandang adiknya penuh arti, Azarine berkedip dan kedua bola matanya yang sedikit sipit namun terlihat tajam. Tanda dia setuju.
"Hmmm silahkan," kata Alcenna berusaha menghilangkan rasa gugup. Dia juga tak ingin untuk menolak si tampan ini untuk ketiga kalinya. Kata orang, kesempatan tak datang untuk kedua kali, tapi ini kesempatan ketiga kali untuk mengenal si tampan ini.
"Terima kasih ya peri kecil," ucapan itu sudah pasti ditujukan pada Azarine.
"Kenalkan Arzon Himawan." Dia mengulurkan tangannya.
"Alcenna." Alcenna mengangkat ayam goreng di tangan. Bagaimana dia mau salaman, tangannya masih belepotan saus sambal. "Itu Azarine, adikku," lanjut Alcenna sambil memajukan bibir menunjuk adiknya.
Lelaki itu tersenyum, lalu mereka makan tanpa bersuara lagi.
Sebelum pulang "Boleh minta nomor ponselnya?" Alcenna bertukar nomor ponsel dengan senang hati.
***
Pagi hari di kantor ....
"Selamat pagi Pak ...." sapa Alcenna dengan ceria pada atasannya.
"Hai Alcen ... pagi ... gak jadi izin tiga hari?"
"Tak jadi Pak ...."
"Hari ini ke mana saja jadwal kunjungan toko?" tanya atasan Alcen berwibawa.
"Rencana ke supermaket-supermaket Pak, ke minimarket sudah Alcenna urus sebagian kemaren. Sekalian Alcen mau cek and ricek SPG-SPG cantik Bapak. Ada apa ya Pak?" tanya Alcenna sopan walau terselip sedikit gurauan.
"Sepeda motormu ditinggal saja di kantor. Ikut saya, kita sama-sama ke supermarket," kata bos yang menjabat sebagai orang principle di kantor.
"Ok Pak. Asyik deh hari ini tak panas-panasan jadinya, bisa naik mobil pak bos," ucap Alcen tanpa menutupi rasa senangnya. Bos Alcenna hanya tersenyum tipis.
Alcenna telah menyerahkan laporan mingguannya dan melaporkan masalah yang ada di lapangan.
"Ok, nanti saya yang urus. Sekarang ayo kita berangkat." Bukan ajakan tepatnya seperti sebuah titah.
"Ya Pak."
Di mobil pak bos ...
"Alcen ... perusahaan kita apa kira-kira perlu ikut expo yang diadakan oleh Dinas Kota?" tanya bosnya serius sambil fokus menyetir.
Alcenna berpikir sejenak, lalu jawabnya, "Menurut pendapat pribadi Alcen, perlu Pak. Bagus untuk promosi produk-produk kita yang baru keluar dan yang kurang laris di pasaran."
"Ohhh itu menurut pendapatmu?" tanyanya tanpa mengalihkan perhatian dan masih tetap fokus menyetir.
"Iya Pak. Bapak tanya pendapat Alcen tadi. Emang apa pendapat Bapak?"
"Sama seperti kamu, sayakan cuma menguji kamu." Nada bosnya terdengar santai dan acuh.
"Macam anak sekolahan mau naik kelas saja pakai ujian, mending kalau naik gaji Pak," ucapnya dengan cengar-cengir. Dia memadamkan rasa kesalnya mengingat sikap bosnya memang seperti itu.
"Maumu naik gaji. Oke, tapi kamu urus mulai dari izin sampai dengan stand dan produk yang akan kita pajang dan pasarkan."
"Siap Pak. Asal ada bonusnya." Tanpa mengeluh Alcenna menyetujui perintah atasannya.
"Aman, nanti saya keluarkan bonusnya. Urus juga laporan omsetnya perhari selama pameran!"
"Iya Pak, laksanakan."
***
Hari pukul 19.30 WIB.
Ketika senja mulai berganti dengan kelamnya malam, Alcen berbaring sambil membuka foto-foto di galeri ponsel. Dia melihat foto kekasih hatinya, seorang pria berbadan tegap dengan tinggi 175 cm. Kulitnya berwarna sawo matang. Mata yang tajam menambah dingin wajahnya. Walau penampilannya dingin, sikapnya pada Alcenna sangat hangat. Sehangat sinar mentari pagi.
"Sedang apa kamu di sana? Aku tidak begitu paham, apakah sesulit itu untuk memberi kabar bagi seorang pelaut? Apakah jika sudah berlabuh di dermaga baru bisa untuk berkirim kabar? Adakah kamu teringat padaku?" Dia melontarkan banyak pertanyaan dalam gumaman kecilnya.
Pertanyaan-pertanyaan itu selalu menjadi teman di malam-malamnya. Herannya Alcenna selalu malas membahas dengannya ketika berjumpa atau sedang berkomunikasi lewat telfon.
Gadis itu berharap tak merusak suasana hatinya di waktu yang tidak terlalu banyak. Dia lebih senang membahas suatu hal yang menyenangkan dan bersenda gurau saja.
Tapi kini sudah lima tahun, teman-teman sepantarannya, di usia 20 sudah banyak yang menikah. Alcenna memang belum terlalu berpikir ke arah sana. Targetnya kalau bisa menikah di usia 24 tahun, tapi kini apa salahnya dia mulai merencanakan pernikahan itu.
"Ardhan ... Ardhan ... aku rindu ... sungguh aku rindu ...." Alcenna akhirnya memanggil nama kekasih.
Tok ... tok ... tok ....
Ketukan di pintu kamar memutuskan lamunan Alcenna. "Masuk Dek, ada apa?"
"Kaaak ... ada bang Arzon cari Kakak tuh," kata Azarine.
"Haaa ... dia datang Dek?" Alcenna seperti tidak percaya. Azarine mengangkat alis sambil memajukan bibirnya.
"Jelek ahh Adek gitu."
"Hehehe ...."
"Adek keluar dulu ya, suruh tunggu sebentar kakak ganti pakaian yang lebih rapi dulu. Sekalian tawarkan Dek, mau dibuatkan minuman apa." Alcenna lantas berganti baju dengan cepat dan memakaikan bedak baby tabur ke muka. Lalu menuju ruang tamu.
"Hai Bang, sudah lama menunggu," katanya berbasa-basi yang jelas-jelas basi. Alcenna pun duduk berhadapan dengannya di kursi ruang tamu.
"Belum lama ... tidak panggil pak lagi ni?" sempat-sempatnya makhluk tampan ini menyindir Alcenna. Tetapi yang disindir hanya acuh.
Alcenna baru hendak menjawab ketika Azarine datang membawakan teh. Azarine menolak ketika diajak bergabung, alasannya ada PR.
Sejam lebih mengobrol dan saling tanya. Entah kenapa tiba-tiba Alcenna merasa nyaman mengobrol dengannya. Banyak hal yang mereka saling tanya mulai dari pekerjaan sampai dia bertanya apakah Alcenna punya kekasih. "To the pont juga pria dewasa satu ini," ucap Alcenna dalam hati.
"Jadi apa kegiatan kekasih Adek itu?"
"Berlayar," ungkap Alcenna jujur.
Dia pun hanya sampai di situ membahas. Lalu mereka hanya membahas topik lain. Ketika jam menunjukan pukul 21.00 WIB. "Abang pulang dulu ya, besok abang telfon." Dia berdiri dan melangkah ke pintu.
"Oke." Alcenna menutup pintu dan menguncinya, lalu beranjak menuju kamar.
Arzon Himawan, ternyata seorang pria berusia 32 tahun. Dia bekerja di sebuah perusahaan barang elektronik sebagai seles marketing. Belum menikah. Anak kedua dari empat bersaudara. Orang tuanya berada di Sumatera Barat. Di kota ini dia tinggal bersama adiknya yang telah bersuami dan memiliki 2 anak.
Itulah selayang yang Alcenna tahu tentang seorang sosok tampan bernama Arzon Himawan.
Pembawaannya yang lembut, dewasa dan tenang membuat Alcenna langsung merasakan sebuah kenyamanan. Entah kenapa ada sebuah rasa yang tiba-tiba hadir dan terselip di sudut hati. Tak bisa dia tolak tak bisa dia pungkiri. Walau dia yakin itu bukan cinta. Sehingga rasa itu membawa Alcenna ke dalam mimpi indah dengan hati damai.
***
Paginya Alcenna bangun dan melakukan rutinitas seperti biasanya dan kembali mengukur tempat tidur. Apalagi hari ini bos meminta dia mengurus izin untuk mengikuti ekspo. Sehingga dia mempunyai waktu berleha-leha di pulau kapuk sampai jam 9 pagi.
Adik-adik tak perlu dia urus sepenuhnya. Mereka terbiasa mengurus diri dengan mandiri. Dari kecil walau orang tua memanjakan mereka dengan perhatian dan kasih sayang, bukan berarti mereka tak dididik untuk mandiri dalam mengurus keperluan masing-masing.
Untuk sarapan Alcenna menyediakan teh, gula dan sekali-sekali membeli susu dan roti. Karena gaji dia juga tidak besar, jadi mereka terbiasa sederhana.
Orang tua mereka mengirim uang hanya untuk membayar rumah sewa dan uang sekolah serta jajan adik-adiknya. Sedangkan kebutuhan harian rumah gadis muda itu yang mengambil alih.
Untuk masak Alcenna catering lauk pauk saja tanpa nasi, bisa untuk makan siang sampai malam. Menurutnya jauh lebih hemat dari pada masak sendiri. Kadang ada kalanya lauk tak cukup sampai malam. Paling membeli nasi goreng dua bungkus dan makan bertiga.
Itulah sepintas jalan hidupnya, tapi tetap bersyukur dan bahagia dalam menjalani hari-hari. Mereka selalu akur, tak pernah sedikit pun bertengkar atau berselisih paham. Waktu kecil pun mereka tidak pernah bertengkar, hanya kebiasaan Sammy suka mengusili Azarine hingga menangis dan itu masih ada sampai sekarang.
Drrrtttt ... drtttt ....
Ponsel Alcenna bergetar tepat di samping bantal. Ia melihat id pemanggil siapa yang tertera. Senyum terbit, hati berbunga-bunga setelah melihat nama Arzon yang tertera memanggil.
" Halo ...."
**//**
Halloo ... readers terkasih ... semoga masih setia ya membaca cerita ini ... dan semoga ada pelajaran yang bisa dipetik ... kalau tak ada mari kita petik buah-buahan kalau ada pula.
Aku berlayar dulu ya ke pulau kapuk sambil menunggu dukungan readers. 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Aries0480
cie cie... ketemu belajar jiwa ni ... bg arzon 😇
2021-02-16
0
BELVA
mampir kembali di novel
#gadis imut diantara dua raja
mksh ya ka
2021-01-26
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat..
semangat..
like ya😘
2021-01-23
0