Allahu Akbar ... Allahu Akbar ....
Alcenna tersentak saat azan subuh berkumandang, dia mengerjapkan mata sejenak menyesuaikan dengan sekelilingnya.
Perlahan dia bangkit dan duduk sejenak di pinggir ranjang. Dia melakukan itu untuk kesehatannya. tidak baik setelah bangun langsung berdiri. Dia pernah merasakan pusing ketika langsung berdiri.
Terlihat gadis itu mulai melangkahkan kaki ke kamar mandi, dia mandi dan berwudhu untuk menunaikan shalat subuh.
Selesai shalat, dia pergi ke halaman belakang sekedar menghirup udara segar di desa yang jarang-jarang dia lakukan di kota.
Di kota, selesai mengerjakan shalat subuh, yang dia lakukan kembali mengukur tempat tidur dan berlayar ke pulau kapuk berharap bisa memimpikan seorang pangeran dari antah berantah menjelang waktu kerja memanggil untuk kembali menepi dan sadar.
Awal tamat sekolah, sang gadis muda itu melamar menjadi Sales Promotion Girl di sebuah perusahaan kosmetik ternama. Lalu tiga bulan setelah itu dia melamar menjadi seorang sales di perusahaan makanan ringan yang terkenal.
Gadis muda tersebut kurang suka memakai Make-up. Dia merasa kurang nyaman bekerja di perusahaan kosmetik. Maka dia memutuskan mencari perusahaan lain dan pilihannya perusahaan Consumer Goods.
Walau ibunya ingin dia kuliah, tapi dia menolak dengan halus. Dia ingin meringankan beban ayah-ibunya, biarlah dia mengumpulkan uang kuliah sendiri nanti. Alcenna berpikir begitu di usia mudanya. Ketika sebagian anak seusianya hanya bisa menghamburkan uang orang tuanya, tidak dengan gadis satu ini.
Enam bulan di perusahaan yang baru, Alcenna diangkat menjadi merchandiser, tugasnya kini mengatur tata letak barang untuk membuat display atau pajangan di toko-toko, agar jadi semenarik mungkin. Sehingga bisa menimbulkan daya tarik bagi yang melihatnya untuk membeli.
Seharusnya tugas merchandiser itu saja, tetapi karena dipercaya lebih oleh bos, ia diminta mengawasi beberapa SPG, laporan penjualan dan absen para SPG juga menjadi tanggung-jawabnya. Gadis tersebut menerima dengan enjoy tanpa banyak mengeluh.
***
Saat masuk ke ruang keluarga, Dia melihat ayahnya duduk termenung. "Ayah mau dibuatin teh?" sapa Alcenna memecah lamunan sang ayah.
"Boleh ... sudah lama ayah tak merasakan teh buatan anak gadis ayah."
Alcenna pun beranjak ke dapur, membuatkan ayah segelas teh dan membuat dua potong roti bakar untuk ayah. Ibunya tidak biasa sarapan, dan sebentar lagi akan berangkat mengajar.
"Ini Ayah, teh dan roti bakar." Alcenna meletakkan dengan hati-hati di meja. Dia lalu mendudukkan diri di samping ayahnya. Dia bercerita sedikit soal kerjaan pada sang ayah, menjelang ayah menyelesaikan menyantap sarapannya.
Setelah beberapa saat, dia melihat teh ayahnya tinggal sedikit dan telah memakan roti bakar sepotong, dia mulai memancing percakapan ke arah yang di ingin tahunya. "Yah ... boleh Alcenna bertanya sesuatu hal tentang ayah dan ibu?" katanya hati-hati.
"Ibumu telah cerita ya?" tanya ayahnya dan dijawab dengan anggukan oleh Alcenna.
"Jadi Ayah mau ke mana?" Sengaja dia tak menanyakan sebabnya dulu.
"Ayah belum tahu, nanti ke mananya ayah kasih kabar ke Alcenna, ayah tak bisa lagi hidup bersama ibumu". Deg ... jantungnya rasa diremas mendengar perkataan ayahnya.
Membayangkan perpisahan ayah-ibunya, membuat hati Alcenna sedih. Alcenna berusaha menahan tangis, dan juga bisa melihat mata ayah berkaca-kaca menahan sedih hatinya.
"Ayah ... okelah kalau itu keputusan Ayah. Jika Ayah sudah tak sanggup hidup dengan ibu, tapi apakah Ayah sudah pikirkan kami anak-anak Ayah? Bagi Ayah, mungkin selesai masalah Ayah dengan meninggalkan ibu," dia berucap dengan suara yang semakin bergetar.
Karena ayahnya hanya diam dengan mata yang berkaca, dia melanjutkan ucapannya, "Lalu bagaimana dengan kami Yah? Bagaimana dengan masa depan kami Ayah ... apa kata orang tentang kami Yah. Orang akan bilang kami dari keluarga yang berantakan. Bagaimana pasangan kami nanti memandang kami Yah ... Alcenna malu Yah, jika orang tua Alcenna pisah ...." tangisnya pecah. Dia tak bisa membayangkan jika dia dari keluarga yang berpisah hidup.
Ayah merengkuh anaknya ke dalam pelukan, ayahnya juga menangis. Lalu masih dengan terisak Alcenna masih terus bertanya, "Sebenarnya ada masalah apa Yah, sampai harus berpisah?"
Terdengar helaan napas ayah. Gadis itu begitu pandai bersikap. Dia tak mau mendesak sang ayah, karena memang bukan haknya mengetahui permasalahan orang tuanya, jika mereka tidak mau cerita. Alcenna hanya punya hak meyakini ayahnya, bahwa ibu tidak ingin berpisah dengan beliau.
"Bukan kami anak-anak Ayah saja yang tak ingin berpisah dari Ayah, ibu juga tak ingin. Ibu yang meminta pulang karena kata ibu, Ayah mau pergi dari rumah. Alcen mohon Yah, jika masih bisa dipertahankan jangan lakukan Yah. Bukannya selama ini ayah dan ibu tak pernah terlihat ada konflik di mata kami."
Masih dalam pelukan ayah, walau isak tangisnya sudah mulai reda, "Ayah jangan banyak pikir karena Ayah tak kerja. Ibu dan Alcenna tak pernah memberatkan Ayah bahkan kami tidak pernah menyalahkan Ayah, Ayah-kan sudah berusaha. Di usia Ayah ini, wajarlah Yah mencari kerja sulit. Ibu juga tak pernah merasa terbebani, toh dulu ketika Ayah bekerja semua gaji Ayah kasih ke ibu. Ibu tak lupa dengan itu Yah."
Dulu waktu masih tinggal di rumah, awal bulan Alcenna sering mendengar, "Bu, ini gaji ayah bulan ini, ayah minta sedikit ya Bu untuk uang isi dompet ayah." Saat itu ayah sebagai supir di sebuah perusahaan minyak.
"Mohon Alcen Ayah, jangan lakukan ini pada kami. Kami tak mungkin bisa tenang tanpa Ayah-ibu."
Ayah terdiam dan Alcenna menunggu dengan penuh harap, "Baiklah ayah tak jadi pergi," terdengar suara ayah yang parau di telinganya.
Alcenna mengurai dari pelukan sang ayah, memandang ke manik mata ayah yang mulai berwarna hitam pudar. Mata yang sarat dengan keteduhan. "Benarkah Ayah?" tanyanya memastikan.
"Iya, nanti ayah bicarakan lagi sama ibu. Ayah janji tak akan meninggalkan ibu." Ayah kembali memeluk anak gadisnya.
"Alhamdulillah Ya Allah, Engkau mempermudahkan hamba Mu meyakinkan ayah hamba," dia berdoa dalam hati.
"Percayalah Yah, bagaimana pun sikap ibu atau perkataan ibu, ibu sangat sayang pada Ayah. Jadi Ayah tak usah terlalu berpikiran jauh karena Ayah tak kerja atau apalah yang Ayah rasa." Alcenna melepaskan pelukan dari ayah dan menyandarkan kepala di bahu ayah. Dia masih ingin bermanja.
"Kamu berapa hari libur Nak?"
"Alcen minta izin 3 hari Yah."
"Kok bisa bos mengasih izin selama itu Nak, ini bukan momen penting kamu izinnya." Ayahnya kembali bertanya.
"Apanya yang tak penting Yah, ini bahkan lebih penting dari momen aku menikah nanti." Dia berucap dalam hati.
"Alcen banyak di lapangan Yah. Kemaren sebelum minta izin Alcen sudah memajang dan mengatur rapi ke toko-toko tempat produk- produk Alcen masuk Yah, makanya baru bisa pulang sekarang."
"Ohhh ... menantu ayah apa kabar, orang mana kira-kira calon menantu ayah itu?" tanya ayahnya kemudian beralih topik pembicaraan.
Alcenna tersedak ludahnya sendiri. Selama ini dia tidak pernah bercerita soal cinta monyet yang sekarang sudah berubah menjadi kingkong. Dia tidak diberi izin untuk pacaran. Dulu kata ayahnya, kalau akan pacaran tak payah sekolah, menikah saja langsung.
"Hmmm Ayah yakin ada yang mau sama anak Ayah ini?" elaknya.
"Yakinlah ... anak ayah cantik, baik hati lagi. Walau ya keras hati dan pemarah," ucap sang ayah.
"Hmmmm Ayah sudah memuji malah jatuhi lagi," katanya pura-pura kesal.
"Ayolah siapa calon menantu ayah?" tanya ayah kembali.
"Ada sih Yah, kerjanya pelaut. Tadi malam dia kasih kabar katanya pagi ini berangkat lagi ke Jepang. Sebenarnya Alcen belum terlalu yakin dengannya Yah, karena selama 5 tahun saja bisa dihitung sama jari bertemunya," kata Alcenna sambil menggerak-gerakkan jari seperti orang hendak berhitung.
"Lama juga ternyata anak ayah bohongi ayah yaaa ...." ucap ayah sambil pura-pura marah dan menjewer sayang telinga anaknya.
"Maaf Yah ... habis dulunya juga tak terlalu serius waktu dia masih di sekolah pelayaran Yah, cinta-cinta monyet aja Yah," katanya jujur.
Tiba-tiba terdengar bunyi nyaring ponsel dari dalam kamar. "Ayah maaf Alcen tinggal sebentar ya, mana tau penting," dia pamit.
**//**
Aku minta like dan komennya donk kalau bersedih ehhh bersedia 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Tionar Linda
masih nyimak...
2021-04-29
0
Isnaaja
sepertinya seru,,,tapi bahasanya kurang runtut(kurang mengalir bahasanya)
2021-04-14
0
Aries0480
mmm... asyik juga... sepertinya beda dari ala ala CEO 😁
2021-02-16
3