Pemimpin Baru?

Zairo pun melihat ke arah Miari, dan melihat Miari membawa sebuah kantong roti di tangannya.

"Zairo!, sudah ku bilang berkali-kali jangan pergi terlebih dahulu ketika seseorang sedang berbicara!, itu tidak sopan dan juga kau tidak akan menangkap pembicaraan yang ingin mereka sampaikan!" ujar Miari.

Zairo pun malah mengubah topik pembicaraan dengan berkata "hey apa kau mau aku menemani mu untuk mengantar roti lagi?, aduh nanti saja ya..., kepala ku sangat pusing..."

Miari langsung mendekati Zairo dan memberikan kantong roti tersebut.

"aku membawakan ini untuk mu, aku mau kau makan roti itu, kau belum makan kan?" ujar Miari.

Zairo segera memberikan roti itu lagi kepada Miari lalu berkata "jangan berbuat konyol lagi!, aku tidak mau berurusan dengan ayah mu yang kejam itu..., ayah mu bilang untuk tidak memberikan roti secara gratis kepada seseorang ya kan?, kalau begitu jangan lakukan itu, aku tidak mau melihat lebam di kulit mu lagi"

"ta-tapi aku kan sudah ke sini untuk membawa roti ini untuk mu..., tidak sopan jika menolaknya, lagi pula roti ini sudah menjadi milikku..." ujar Miari.

"Milik mu?" tanya Zairo.

Miari pun menjawab "ya-ya milikku, waktu itu, ada orang dari kerajaan ke toko roti milikku, habis itu dia berbicara dengan ayahku, yang aku dengar, aku bisa memberikan roti gratis dengan menandatangani sebuah kupon, aku tidak mengerti, pokoknya orang-orang dari kerajaan itu bersama seorang putri!" dengan semangat.

"bukti?" ujar Zairo.

Miari pun mengeluarkan sebuah kupon dari sakunya, dan memperlihatkan nya pada Zairo.

"seperti absen makan harian..." ujar Zairo yang sedang melihat kupon itu.

"kau betul!, saat putri itu mau pergi, aku meminta salah satu kupon miliknya!, aku bilang aku mempunyai teman yang membutuhkan, lalu dia memberikannya dengan senang hati!" jawab Miari dengan semangat kembali.

"kau tidak memberitahu nama ku kan?" ujar Zairo dengan ekspresi khawatir.

"tidak..., maksud ku aku harap dia tidak dengar..., Hehe" ujar Miari sambil memainkan jarinya.

"ya ampun!, kau sangat ceroboh..., bagaimana jika mereka membenci mu karena mereka tahu kau adalah teman ku..." ujar Zairo sambil menepuk kening nya karena kecerobohan Miari.

"apa aku terlihat peduli jika itu terjadi?" ujar Miari dengan ekspresi polos.

"baiklah jadi ini untuk ku kan?." Tanya Zairo.

"yap!" saut Miari dengan semangat.

"bagus!, ayo kita makan bersama!" ujar Zairo.

***

Zairo membagi Miari roti yang baru saja ia kasih, lalu Miari bertanya.

"serius?, bagaimana jika kau tidak kenyang?..."

"aku pasti kenyang, aku tidak biasa makan banyak" jawab Zairo.

Miari pun langsung melahap roti itu, dan Zairo juga memakan roti yang ia pegang dengan perlahan-lahan.

"hey Zairo?, apa kau masih nyaman tinggal di sini?, menurut ku kayu-kayu ini sudah mulai rapuh dan lembab..." tanya Miari.

"biasa saja, aku harap kayu-kayu ini tidak rubuh jadi mereka tidak akan menimpaku saat aku tidur" jawab Zairo.

Miari pun tertawa kecil dan Zairo segera menghabiskan roti miliknya.

"ayo kita ke taman desa!" ujar Miari.

"jangan ke taman desa..., aku takut ada penjaga yang sedang berkeliling di sana..." jawab Zairo.

"tidak-tidak semuanya akan baik-baik saja!, aku dengar kata ayah ku yang mulia putri akan ada di sana saat pukul 9 pagi!, dia adalah putri yang baik, aku berani membuktikannya" ujar Miari lagi.

"baik-baik, lalu aku di tangkap dan terpenggal, apa itu yang kau mau?." jawab Zairo yang tetap melawan ajakan Miari.

"eh!?, aku bersumpah tidak menginginkan itu!" jawab Miari karena kaget mendengar jawaban Zairo.

"kalau begitu tidak usah kesana oke?" ujar Zairo.

"dengar dulu!, di sana, yang mulia putri sedang mengumpulkan orang-orang yang membutuhkan dari tua ke yang muda, jika kau ikut ke sana, mungkin saja kau mendapatkan sesuatu yang bermanfaat untuk mu..." ujar Miari.

Zairo yang mendengar percakapan Miari pun langsung menyetujui untuk pergi ke sana.

"oke-oke, kita ke sana, sudah hampir jam 10, aku pikir kita sudah telat..." ujar Zairo.

Miari pun langsung berdiri, dan keluar dari rumah kecil Zairo, dan di susul Zairo.

"yang sampai duluan dia menang!" ujar Miari, lalu segera berlari meninggalkan Zairo.

"ya ampun dia selalu saja curang!" ujar Zairo dan langsung mengejarnya.

***

"hah-hah, aku sangat lelah!" desah Miari karena terus berlari.

Zairo pun lagi-lagi kalah dan baru sampai setelah beberapa detik dari Miari "sial, aku kalah lagi..."

Miari pun menunjuk seseorang perempuan yang sedang beranjak pergi dari taman desa.

"itu!, dia yang mulia putri..., Zairo!, hampiri dia, aku pikir dia akan segera pergi" ujar Miari dengan tergesa-gesa.

saat Zairo ingin menghampiri perempuan itu, lalu ia sadar siapa yang Miari tunjuk itu.

"sial, aku akan mati..." lalu segera berbalik badan dan mengenakan kupluk miliknya.

Miari yang melihat Zairo pergi pun segera jalan di samping Zairo dan bertanya "hey kenapa malah membalikan badan?"

"bodohnya..., kenapa kau tidak memberi tahuku kalau putri itu adalah nona Delari?!." ujar Zairo dengan jalan tergesa-gesa.

"ada apa?, kenapa kau malah pergi?, kita harus menyusulnya sebelum dia pe-" Miari yang sedang berbicara lalu segera di potong oleh Zairo.

"SEBELUM DIA APA?!" bentak Zairo ke Miari.

Miari pun kaget setelah Zairo membentaknya dan kemudian berkata.

"Bu-bukannya kau sudah tahu?, Kalau pemimpin baru kita nanti Nona Delari?"

"aku mencuri dompetnya!" ujar Zairo ke Miari.

Miari pun benar-benar kaget mendengarnya, dan langsung berkata.

"uang yang tadi pagi?, jangan-jangan kau menggunakan uang dari dompet Nona Delari?..."

Zairo pun dengan wajah yang merasa bersalah mengangguk.

Miari pun mengulurkan tangannya dan berkata.

"dimana dompet nya?, berikan pada ku..."

Zairo pun segera berkata "kau gila?, mereka akan segera menangkapmu jika kau mengembalikan dompet itu!, mereka akan menyangka kau berteman dengan ku!"

Miari juga menjawab "iya-iya aku tahu!, tapi selama kau belum menggunakan uang nya dan dompet itu baik-baik saja, aku yakin Nona Delari akan memaafkan mu..."

Zairo pun menepuk kening nya seakan-akan dia akan membuat Miari tertangkap karena ulahnya.

Zairo pun mengeluarkan dompet Nona Delari dan memberikannya pada Miari.

"oke, aku mau kau tunggu di sini, dan aku juga akan memberitahu kalau ada seseorang yang tertinggal..."

Miari pun segera pergi dan Zairo pun menarik baju Miari dan berkata "aku pikir, lebih baik kita pulang hehe..."

Miari malah tersenyum dan meledek Zairo.

"apa kau takut Tuan?..."

Zairo pun melepaskan tarikannya dan membiarkan Miari berjalan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!