Dalam beberapa detik mereka saling bertatapan, pandangan mereka saling mengunci seakan melupakan apa sebenarnya yang sedang mereka lakukan.
"Rey!" panggil Jihan lirih seraya mengerjapkan matanya.
"Ya ...." sahut Rey lirih pula yang sepertinya sedikit terhipnotis dengan mata indah Jihan.
Wajah mereka begitu dekat, bahkan Jihan tampak sedikit menggeser posisinya untuk bisa naik ke atas. Jantung berdebar dengan kencang dan keras, itulah suara jantung Rey ketika melihat paras cantik nan manis Jihan.
"Rey, apa loe tahu?" tanya Jihan dengan suara lirih.
"Apa?" tanya Rey balik dengan perasaan dag dig dug.
"Loe ...."
"Iya, gue kenapa?" tanya Rey yang begitu penasaran.
Jihan tersenyum manis, bahkan gula kapas aja kalah manis lho, eyaaa ....
"Loe," Jihan terlihat lebih mendekatkan wajahnya ke wajah Rey.
Jihan sedikit mendekatkan wajahnya lagi, begitu dekat hingga seakan tidak ada jarak diantara mereka. Suara detak jantung Rey sudah seperti sebuah genderang yang di tabuh tanpa jeda.
"Loe nyebelin!" teriak Jihan keras di telinga Rey, kemudian bangun dari atas tubuh Rey.
Jihan ternyata sedari tadi mengatur posisi agar bisa meraih ponselnya yang berada di tangan Rey, jika ia langsung mengambilnya sudah tentu Rey akan memberontak, setelah mendapatkan ponselnya tentu saja Jihan langsung melompat turun.
Mengusap telinganya yang hampir saja tuli gara-gara suara melengking dari Jihan, membuat Rey benar-benar kesal.
"Singa betina, kurang ajar loe!" teriak Rey begitu keras hingga terdengar sampai lantai bawah.
Julia yang tengah menyuapi si kecil Devano di ruang tengah pun hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Hahahaha ... rasain loe!" ejek Jihan seraya menjulurkan lidahnya.
Jihan segera berlari menuju kamarnya begitu melihat Rey mengejarnya. Segera mengunci pintu, tentu saja membuat Rey hanya bisa berdiri di depan pintu kamar Jihan.
"Je! Woi! Resek loe!" gerutu Rey seraya menggedor pintu kamar Jihan.
"Bodo amat! Salah loe sendiri, siapa suruh kepo ngliatin galeri gue!" ledek Jihan dari dalam kamar.
Kesal, Rey hanya bisa meremas udara dengan kedua tangannya di depan wajah.
*
*
*
*
*
*
Malam hari, sepertinya pertengkaran muda mudi itu tidak selesai-selesai. Hingga waktu makan malam pun masih terasa aura dingin di antara mereka berdua.
Andrew maupun Julia hanya bisa menghela napas melihat kedua bocah yang sama sekali tidak pernah akur itu.
Menusuk, Jihan mengibaratkan Rey daging yang ada di piringnya yang siap ia cincang hingga menjadi potongan kecil.
Menggigit, Rey mengibaratkan Jihan daging yang tengah ia kunyah sampai halus tak bersisa.
Astaga! Heran kan sama mereka! Berantem nggak ada kelarnya, ck ... ck ... ck, pusing ga? Gue pusing!
"Rey!" panggil Andrew.
"Iya, Kak!" sahut Rey menghentikan makannya kemudian menatap ke arah Andrew.
"Jangan selalu menggoda Jihan," pinta Andrew.
Tanpa menjawab, Rey hanya menganggukkan kepalanya. Sementara Jihan terlihat menyeringai karena senang sang papa membelanya.
"Jihan! kau juga, tidak perlu menyeringai seperti itu. Papa juga tidak mau kau meledek pamanmu," tandas Andrew menatap Jihan.
Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya, tidak menyangka jika papanya akan menegurnya juga.
Menghela napas, Julia akhirnya angkat bicara.
"Rey, Jihan! Kalian kan sudah besar, nggak mungkin kan kalau kalian akan bersikap seperti itu. Papa dan Mama ingin kamu akur dengan Rey, Ji!" ujar Julia penuh ketulusan.
Bukan bagaimana bagaimana, hanya saja kedua orangtua itu sudah lelah melihat ketidak akuran antara Jihan dan Rey sejak mereka duduk di SMP.
"Rey! Kamu ndengerin kata kakak, kan?" tanya Julia pada Rey.
Rey hanya menganggukkan kepala dengan senyum simpul di wajahnya.
"Ji! Kamu juga kan?" tanya Julia pada Jihan.
Jihan pun sama hanya menganggukkan kepalanya dengan seulas senyum.
Akhirnya malam itu mereka makan dengan ketenangan tanpa ada suara ejekan atau ledekan dari Jihan maupun Rey.
Damai itu indah ya guys.....
*
*
*
*
*
*
Memandang penuh keseriusan dengan keringat yang bercucuran meski AC sudah di nyalakan, Jihan tidak bisa menghilangkan rasa gugup dan takutnya. Berpikir, ia mencoba mencari tahu jawaban akan arti kegelisahannya.
"Arghhhh ... ini sulit!" gerutu Jihan seraya mengacak-acak rambutnya.
Jihan tengah membuat tugas yang di berikan Dosennya, namun ia tidak mengerti sama sekali.
Kalian pasti udah mikir kemana-mana kan? Kasihan ....
"Jika gue bertanya padanya, apa dia mau membantuku ya?" tanya Jihan pada dirinya sendiri.
"Ah ... bodoh amat, yang penting tanya dulu," gumam Jihan.
Dia membawa buku yang sedang ia kerjakan, berjalan ke kamar Rey yang berada tepat di sebelah kamarnya.
Menghela napas panjang, Jihan memberanikan diri mengetuk pintu kamar yang sudah tampak seperti neraka baginya jika dia masuk.
Tok ... tok ... tok
"Siapa? Masuk saja!" sahut Rey dari dalam.
Menghela napas lagi, Jihan membuka pintu kamar Rey serta masuk dengan perlahan. Jihan melihat Rey yang duduk bersila di kursinya, ternyata Rey juga sedang mengerjakan tugasnya.
"Ada apa kesini? Kalau mau ngajak ribut ntar saja! Gue lagi banyak tugas!" tandas Rey tanpa melihat ke arah Jihan.
Menggelembungkan kedua pipinya, jelas Jihan kesal dengan kata sambutan dari Rey. Namun demi tugasnya, Jihan mencoba bersabar serta langsung berdiri di sebelah Rey.
"Siapa yang mau ngajak ribut juga? Gue mau menanyakan sesuatu!" terang Jihan.
"Kalau mau tanya yang aneh-aneh mending nggak usah! Gue juga nggak bakal jawab!" ucap Rey.
"Ihh ... pikiran loe kemana seh! Gue kan cuman mau nanya tentang pelajaran!" terang Jihan yang semakin kesal tapi tetap ia tahan.
Jihan tahu jika meminta bantuan Rey, pasti pemuda itu akan jadi sombong. Tapi jika tidak meminta bantuannya siapa lagi yang akan membantunya.
Mendengar perkataan Jihan, Rey menatap ke arah gadis yang sedang berdiri di sampingnya itu.
"Pelajaran? Memangnya apa yang bisa bikin loe yakin kalau gue mau bantu?" tanya Rey dengan tatapan serius.
"Dasar Re mi fa so la si do! Kalau bukan karena butuh, ogah gue minta tolong, tapi ini demi nilai! Merendahlah, sekali ini saja tidak apa-apa," gumam Jihan dalam hati.
"Ya nggak yakin sih! Tapi gini aja, gue bakal turutin mau loe hari ini kalau loe mau bantuin gue, gimana? Tapi jangan minta yang aneh-aneh," papar Jihan.
"Ihhh ... pede, memangnya yang mau minta aneh-aneh siapa? Gue sih no! Yakin loe mau nurutin apa kata gue?" tanya Rey dengan senyum jahilnya.
"Seetdahh ... kok gue punya firasat buruk ya!" gumam Jihan dalam hati.
Menangis hati ini, mungkin Jihan seperti itu ya? Demi tugas Jihan, demi tugas, kamu harus rela berkorban sedikit.
Wahahahaha seneng nih gue ngerjain Jihan.
*
*
*
*
*
*
Gini guys, ni Author bikin cerita kek gini baru pertama kali guys, jadi kalo ada salahnya di maklumi ya guys, trus mohon bantuan like koment ya, biar author semangat. Taratengkyu 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Just Rara
pasti si rey mau ngerjain jihan ni😁😁
2022-03-30
0
Erika Darma Yunita
ini pertama kali nya KK bikin....udah bgs bgt kak....
2021-09-26
0
●͜͡Kᵝ⃟ᴸ.●͜͡ᴋᴀͭᴅᷢɪʀ✍
semangat terus Ai, jangan lupa jaga kesehatan
2021-03-16
1