Rey sudah bersiap berangkat menggunakan motor kesayangannya, begitu pula dengan Jihan yang memilih naik mobilnya.
"Heh ... Rusa hutan, awas wajah tampanmu nanti ke tampol debu!" ejek Jihan sambil terkekeh, ia sudah berada di dalam mobil serta siap menyalakan mesin mobilnya.
"Tapi setidaknya akan banyak kaum hawa yang melihat dan menikmati makhluk ciptaan Tuhan yang teramat tampan ini saat di jalan," balas Rey seraya menarik turunkan alisnya.
"Dih ... narsis!" gerutu Jihan sambil merasa bergidik sendiri.
Rey tertawa, ia memakai kacamata hitamnya serta helm untuk keselamatan kepalanya. Akhirnya Jihan dan Rey berangkat bersamaan ke kampus mereka.
*
*
*
*
*
Dengan keanggunan yang luar biasa bagi dirinya, Jihan keluar dari mobilnya menatap ke arah kampus yang baru saja menerimanya beberapa bulan yang lalu.
Dengan kacamata hitam Z-Zoom, Jihan benar-benar terlihat begitu berkelas serta menambah nilai gayanya. Menutup pintu mobil, Jihan langsung di sambut oleh Chika dan Shelly yang ternyata satu jurusan dengannya.
"Hai, Girls!" sapa Jihan.
"Hai Jihan," balas Chika.
"Ck ... lupa lagi ini bocah," protes Jihan seraya sedikit menurunkan kacamatanya menatap Chika.
"Hah! Apa!" tanya Chika bingung.
"Je ... Je ... Chika! Bukan Jihan," Shelly mengingatkan nama panggilan Jihan di kampus.
"Yups ... seratus buat kamu, Shel!" Jihan membenarkan ucapan Shelly kemudian ia menaikkan lagi kacamatanya.
"Ahh ... ya maaf, khilaf!" ucap Chika mengusap dadanya.
"Ya sudahlah, cap cip cus! Go kelas!" ajak Jihan seraya mengayunkan jari telunjuknya di angin.
Mereka bertiga berjalan bersama, bak selebritis yang sedang melintas mahasiswa lain terus memperhatikan langkah mereka, yang paling di perhatikan tentu saja adalah Jihan.
Saat sedang berjalan dengan penuh keanggunan tiba-tiba saja sebuah bola basket terbang ke arahnya tepat mengenai tangan yang sedang ingin menyibakkan rambutnya. Untung nggak wajahnya yang kena, kalau iya hilanglah sudah ke cantikan yang membahana.
"Oi! Siapa sih yang lempar bola sembarangan, resek amat?" teriak Jihan yang kesal dan merasa sakit pada punggung tangannya.
Jihan meniup-niup punggung tangannya yang merasa panas, sedangkan Chika dan Shelly juga ikut emosi karena temannya itu hampir celaka.
"Oi ... siapa yang ...." ucapan Shelly terhenti begitu dia melihat ke arah lapangan dimana bola itu berasal.
Chika maupun Shelly mulutnya terlihat menganga, mata mereka berkedip-kedip melihat seorang pemuda yang sedang berjalan ke arah mereka. Jihan yang melihat keanehan sikap kedua temannya itupun ikut menatap ke arah kedua temannya itu melihat.
"Ya Tuhan, dia manusia apa malaikat?" gumam Jihan dalam hati begitu melihat pemuda yang sedang berjalan mendekat kesana.
Seorang pemuda berkulit putih, hidung mancung, rambut lurus cepak dan tentu saja badannya terlihat begitu atletis karena pemuda itu mengenakan Jersey tanpa lengan yang membuat otot lengannya terlihat jelas.
"Maaf, loe nggak apa-apa?" tanya pemuda itu ketika ia sampai di depan Jihan.
Jihan yang tetap harus menjaga image anggunnya pun langsung merubah sikapnya 180 derajat untuk menutupi rasa kagumnya, ia menaikan kacamatanya ke atas kepala, membuat mata indahnya menatap dan menikmati ciptaan tuhan yang bernama Cogan.
"Bagaimana bisa tidak apa-apa, lihat saja nih tangan gue," jawab Jihan seraya mengulurkan tangannya ke wajah pemuda tadi.
Pemuda tadi mengamati punggung tangan Jihan, ia melihat jika kulit putih mulus itu sekarang terlihat memerah.
"Maaf, itu keteledoran gue! Kalo bawa ke klinik gimana?"tanya pemuda itu yang ingin bertanggung jawab atas kesalahannya.
Dalam hati Jihan, ia bersorak sorai karena berhasil menarik pemuda tampan di depannya itu, walau sebenarnya memang sudah banyak yang naksir padanya, tetap saja ia merasa jika pemuda tampan di depannya membuatnya merasa bagai di surganya cogan.
Disisi lain, Rey baru sampai di parkiran khusus motor, ia melepas helmnya dan tentu saja tidak lupa merapikan rambutnya yang berantakan.
Melepas kacamata hitamnya dan menyantolkannya di kaos bagian depan dadanya. Rey turun dari motornya, ia mencangklong tas ranselnya di bahu kirinya, kemudian berjalan bak selebrita yang tengah berada di kerumunan fansnya. Bagaimana tidak berpikir seperti itu, lihat saja berapa banyak gadis yang berkerumun dengan melempar senyum bahkan ada yang mengedipkan sebelah mata kepada Rey.
Rey yang hanya mengusap rambut bagian depannya sembari tersenyum langsung mendapatkan suara histeris dari para fansnya.
"Busyet dah! Gitu doang mereka sudah menjerit-jerit, bagaimana jika loe menyapa mereka?" ujar Arya terheran-heran, ia berjalan mensejajari Rey.
Aryakesa atau kerap di panggil Arya adalah teman Rey sejak SMA, sama-sama tampan dan tidak ketinggalan narsis juga.
"Siapa seh yang bisa nolak ketampanan gue?" ujar Rey penuh percaya diri disaat penyakit narsisnya kumat.
"Loe nggak tau kan maba jurusan kita ada yang cantik, keknya dia ga tertarik ma loe tuh!" kata Arya.
"Maba? Yang mana?" tanya Rey penasaran.
"Tuh yang namanya Jeje, dia cantik manis, kulitnya mulus, senyumnya bikin meleleh," papar Arya seraya berimajinasi.
Jeje ... Jeje ... Rey mengingat nama itu, astaga dia baru ingat itu nama panggilan Jihan, Rey menepuk jidatnya sendiri. Rey sadar Arya tidak tahu kalau Jihan adalah keponakannya.
Singkat cerita kenapa pada nggak tahu status mereka tuh gini guys. Sejak SMP mereka kan sering berantem guys, dari hal sepele mulai dari masalah mengantar sekolah yang nggak ada mau ngalah, sampai saat pengambilan raport pun sama. Akhirnya Julia mengurusi urusan Rey dan Andrew mengurusi urusan Jihan, trus nama belakang mereka kan juga beda, Rey pakai nama belakang keluarga Julia sedangkan Jihan memakai nama belakang keluarga Andrew. Trus karena saking seringnya berantem dan saling ejek mereka berjanji bahwa mereka ga bakal mau tahu atau kenal satu sama lain saat di kampus.
Alasannya mau tahu nggak? Nggak usah ya! Eh kasih tahu deh, ntar kalian nangis terus demo ke aku lagi dan ga mau baca ceritanya lagi, hahahaha ....
Jadi demi menjaga image masing-masing dimana mereka sama-sama memiliki fans mereka memutuskan seperti itu, begitu loh ....
oke fix balik ke cerita atau gue bakal ngember kemana-mana, buwahahaha.
"Napa loe tepuk jidat?" tanya Arya heran sedikit mengernyitkan dahi.
"Nggak pa', ingat gue tuh ciwi, ngga nafsu gue ma dia, dia nggak naksir sama gue aja gue udah sangat bersyukur," kelakar Rey.
"Serius nggak nafsu? Kalau gitu buat gua aja," ucap Arya penuh semangat.
"Kalau mau, deketin aja! Ngapain ijin ma gue, emang gue Bokapnya?" kelakar Rey lagi.
Arya tertawa seraya merangkul bahu Rey, mereka pun berjalan bersama.
Jihan yang tengah berjalan bersama pemuda yang entah namanya saja sampai lupa ia tanyakan karena saking terkesima dan tenggelam dalam ketampanan yang luar biasa membius mahkluk bernama Hawa itu. Sambil cengar-cengir nggak jelas Jihan seakan lupa rasa sakit di tangannya.
Chika dan Shelly hanya mengekor di belakang kedua mahluk yang menganggap mereka tidak ada.
Hingga senyum Jihan hilang ketika mereka berpapasan dengan Rey dan Arya.
"Ngapain loe?" tanya Rey.
"Suka-suka guelah, syirik amat!" jawab Jihan ketus.
*
*
*
*
*
*
*
masih baru, mohon Krisannya ya, jangan lupa like nya jg, taratengkyu 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Ney Maniez
jgn galak galak nnt bucin 🤭🤭
2023-12-09
0
Just Rara
udah gedenya kok si jihan sm rey jd kayak tom and jerry gini ya😄😄😄
2022-03-30
0
Erika Darma Yunita
baca ini aja dulu deh...urusan ortunya belakangan🤪🤪🤪berantem Mulu kayak kucing ma anjing....jatuh cinta pastinya nanti
2021-09-26
0