Oh, My Rey
Dibawah pohon yang rindang, dengan embusan angin yang sedikit kencang rambut panjang dan lurus gadis itu tergerai bergoyang mengikuti irama embusan angin, ia berdiri menatap jauh kedepan, matanya yang indah senyumnya yang menawan bak candu bagi kaum Adam.
"Rey!" panggil gadis itu.
Ia merentangkan kedua tangan siap menyambut Rey yang tengah berjalan menuju ke arahnya, seolah siap menangkap serta memeluk pemuda itu.
Setengah berlari Rey mempercepat langkahnya, ia ingin segera mencapai ke arah gadis pujaannya itu, dengan jantung yang berdetak kencang, ia tidak menyangka jika akhirnya ia akan bersamanya.
Rey langsung memeluk pinggang gadis itu erat, menciumi kepala gadis pujaannya itu. Mereka pun saling beradu pandang, Rey menempelkan keningnya ke dahi gadis itu dengan senyum yang tersimpul di bibirnya.
"Rey," lirih gadis itu.
"Iya," sahut Rey yang masih menatap dalam mata gadis pujaannya.
"Rey ... aku ...." ucap gadis itu terbata.
"Iya, Sayang! Apa yang ingin kau katakan?" tanya Rey lembut.
Gadis itu mendekatkan bibirnya ke bibir Rey, membuat jantung pemuda itu terdengar berdetak lebih keras, hingga semakin dekat dan semakin dekat.
"Rusa hutan ...." panggil gadis itu lagi.
"Iya, Sayang!" sahut Rey lagi yang masih tenggelam dalam romantisnya suasana yang sedang ia hadapi.
"Rusa hutan! Oi!" panggil gadis itu lagi sedikit keras.
Rey tersadar, panggilan itu hanya satu orang yang memanggilnya dengan nama itu, sekejap gadis di hadapannya tiba-tiba samar terlihat menghilang seakan terbang terbawa angin.
Rey membuka matanya lebar-lebar, ia menatap ke langit-langit kamarnya dan tentu saja ia melihat seorang gadis yang tidak asing baginya sedang berdiri melangkahi tubuhnya.
"Oi! Rusa hutan! Mau tidur sampai kapan loe?" tanya gadis itu yang sudah melipat kedua tangan di depan dada seraya menatap Rey yang ada di bawahnya.
"Arghhhh ... sial, ternyata cuman mimpi" gerutu Rey dalam hati sambil mengusap wajahnya.
"Ngapain loe di kamar gue seh?" tanya Rey balik dengan sedikit rasa kesal.
Rey yang tengah bermimpi bertemu dengan artis Hollywood idolanya pun terlihat guratan kekecewaan di wajahnya, bagaimana tidak ia hampir saja bisa mencium artis idolanya yang bernama Shailene Woodlye gagal total gegara Jihan yang membangunkannya.
Reynand Kimberly pemuda berumur 20 tahun, kuliah jurusan Management Bisnis semester ke 6, pemuda tampan, manis, baik yang pastinya jadi idola para gadis di jurusannya.
"Aghhh ... ganggu gue ngimpi aja loe, minggir!" perintah Rey yang ingin bangun namun masih terhalang oleh Jihan yang ada di atasnya.
"Cih ...." Jihan turun dari ranjang Rey dengan sekali lompat ke lantai.
Jihan Stanton, umur 17tahun, kuliah jurusan Management Bisnis semester pertama, Jihan tumbuh menjadi gadis manis anggun, tapi galak dan keras kepala.
"Eh, emang lagi mimpi apa loe? hah ... omegod! jangan bilang loe lagi mimpi mes-," kata Jihan terhenti ketika sebuah bantal melayang ke wajahnya.
"Berisik oi!" teriak Rey yang baru saja melempar bantal tepat mengenai wajah Jihan.
"Dasar rusa hutan!" gerutu Jihan kesal karena terkena lemparan bantal.
"Dari pada loe, Singa betina! Bleh ...." ejek Rey seraya menjulurkan lidahnya.
"Dasar loe!" Jihan mengambil bantal yang terjatuh di lantai setelah mengenainya.
Jihan bermaksud melemparkannya pada Rey namun pemuda itu langsung melompat dari ranjangnya berlari ke arah kamar mandi dan langsung masuk kedalam.
"Re ... Re ... Re mi fa so la si do, kurang ajar! sini loe, oi!" Jihan gemas dan kesal.
Rey tertawa terbahak-bahak di dalam kamar mandi, sedangkan Jihan menggerutu meremas-remas bantal yang ia pegang.
Diruang makan, Julia bersama bibi Mai yang sudah tampak beruban dan banyak kerutan di wajahnya sedang menyiapkan sarapan untuk semua orang.
Jihan datang berjalan dengan menghentakkan kakinya karena merasa kesal, ia langsung menarik kursi dan duduk di meja makan.
Andrew dan Julia menatap ke arah Jihan yang duduk dengan muka di tekuk, mereka sudah bisa menebak jika putrinya itu kesal karena saling ejek lagi dengan Rey.
"Sarapan," ucap Julia seraya meletakkan sepotong roti di atas piring ke meja di hadapan Jihan.
"Kakak Je, kau seperti singa beranak," celoteh Devano.
Devano adalah putra Julia dan Andrew, ia berumur 5 tahun namun mulutnya tidak bisa di kendalikan karena Devano masih dalam tahan belajar bicara, ia mencerna kata-kata dari orang orang di sekitarnya.
Mendengar celoteh bocah kecil yang tidak tahu apa-apa itu pun membuat Julia maupun Andrew yang akan sarapan menahan tawa mereka.
"Heh, bocah kecil tahu apa? Siapa yang mengajarimu kata-kata jelek seperti itu, hah? Nggak boleh, ingat nggak boleh!" tegas Jihan yang semakin kesal seraya menggerakkan jari telunjuknya di angin.
"Tuh uncle Rey," jawab Deva polos seraya menunjuk ke arah Rey yang baru datang.
Rey yang baru saja tiba di ruang makan tampak melongo ketika semua orang yang ada di meja makan menatap ke arahnya.
"Apa?" tanya Rey bingung menatap ke arah semua yang ada di ruangan itu.
Jihan langsung melempar lap yang ada di dekatnya ke arah Rey, namun pemuda itu langsung menangkapnya sehingga tidak berhasil mengenai wajahnya.
"Wihhh ... gagal!" ejek Rey seraya melempar senyum ejekan ke arah Jihan.
"Dasar rusa hutan!" gerutu Jihan pelan sambil melotot pada Rey.
Di depan Julia maupun Andrew, Jihan tidak berani menanggapi ejekan Rey dengan berlebih, karena ia tahu kalau Julia pasti akan marah serta membela pemuda itu.
Menaruh lap tadi di meja, Rey menatap Jihan dengan penuh ejekan, sama halnya dengan Jihan yang menatap Rey dengan tatapan kesal, ia bahkan sampai menusuk-nusuk roti di piringnya menggunakan pisau yang ia bawa, mencoba melampiaskan apa yang tidak bisa ia ucapkan.
Julia menghelas napas panjang, ia mengambilkan sarapan untuk Rey.
"Rey, berhenti mengejeknya!" pinta Julia, ia mengusap rambut Rey.
Rey mengalihkan tatapannya ke arah Julia sambil tersenyum pada wanita yang menjadi kakak serta memberi nama marga untuknya itu.
"Iya, Kak!"
"Cih, sok manis!" sindir Jihan yang memutar bola matanya.
"Aku memang manis kalee!" balas Rey seraya memasukkan potongan roti kemulutnya dengan sikap yang di buat sekalem mungkin.
"Heh, dasar rusa hutan!" ledek Jihan tannpa suara.
"Dari pada kau, singa betina!" balas Rey yang sama-sama bicara tanpa suara.
Andrew dan Julia lagi-lagi hanya bisa menggelengkan kepalanya merasakan putri dan adik angkat mereka yang tambah dewasa malah tambah semakin kekanak-kanakan. Bahkan Julia sampai heran, dulu Rey begitu penurut dan pendiam. Namun sekarang pemuda itu jadi jahil dan kadang-kadang narsis parah terutama jika berhadapan dengan Jihan.
*
*
*
Catatan kecil:
Rey adalah adik angkat Julia, ayah Rey pernah menolong Julia yang tenggelam di laut, tinggal bersama ayah dan Rey selama bertahun-tahun, ayah Rey mengalami kecelakan laut, dan mayatnya tidak ditemukan. Semenjak itu, Rey dibawa oleh Julia, karena ia merasa berhutang budi pada Rey dan ayahnya.
Andrew adalah ayah tiri Jihan, ia dengan Julia ketika berumur dua puluh lima tahun, saat itu Julia yanh menyandang status janda anak satu, mampu menarik perhatian Andrew dan membuat pemuda itu jatuh cinta.
Kisah awal Andrew dan Rey ada di buku Pacar Bronisku.
*
*
*
*
*
Jangan lupa like dan koment ya ...
biar author tambah semangat nulis, makash.🤗🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Ney Maniez
aku mampir
2023-12-09
0
Just Rara
visualnya keren👍
2022-03-30
1
Luzel_@
😆👍🏻
2021-11-14
1