I'm So ... Happy!

LATIHAN teater perdana dimulai hari ini, sepulang sekolah. Anak-anak yang terlibat telah mulai memasuki ruangan GOR. Sengaja mereka dilatih disini agar mendapat ruang gerak yang lebih leluasa lagi. Biasanya anak-anak yang dipilih ini sama sekali nggak tau dasar tentang teater. Jadi, latihan-latihan awal adalah latihan dasar teater. Misalnya saja latihan pernapasan.

Guru-guru mulai gemes ngeliat anak-anak yang masih bertampang males dan letoi, apalagi mereka telat 1 jam. Kelihatannya juga banyak yang cabut. Kayaknya, para guru harus ngasi sanksi buat latihan selanjutnya untuk anak-anak yang nggak punya disiplin.

Lexi duduk dipojok bareng temen-temennya, Jim dan Bimo. Mereka lagi bete karena harus absen latihan basket gara-gara teater ini.

"Males banget sih, manalagi nggak mulai-mulai lagi!" Bimo yang bertubuh agak tambun mulai mengais-ngais bungkusannya yang berisi snack kentang yang mulai kosong.

"Masih laper, Mo? Lo itu udah makan 5 bungkus!" Jim yang juga bosen tiduran.

Tapi tak berapa lama kemudian matanya langsung bersinar begitu melihat salah satu gebetannya lewat. Ternyata tidak sia-sia juga, Jim hadir di sesi latihan kali ini.

Lexi juga sama malesnya sama temannya, tapi dia lebih nggak tenang. Kemarin dia lupa sama janjinya sama Kochi. Awalnya sih cuma mau ngerjain Kochi aja biar dia tahu rasa, eh... Lexi malah kelupaan. Tadinya dia bakal dateng 2 jam setelah waktu perjanjian, tapi Lexi ketiduran dan nggak bangun-bangun sampai pagi. Walaupun dalam hati Lexi masih membela diri. Dia bisa aja beralasan alamat yang dikasih nggak jelas jadi Lexi nyasar dan fia nggak tau nomor Hp Kochi untuk nanya. Tapi tetep aja Lexi bukan tipe cowok nggak gentle yang suka bohong sama cewek.

Lexi mencari-cari Kochi diantara cewek-cewek yang lagi ngumpul, tapi Kochi sama sekali kelihatan. Lexi nggak tahu gimana perasaan Kochi waktu nungguin Lexi kemarin, apa dia bakal sedih atau kesel. "๐ต๐‘œ๐‘‘๐‘œ ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž๐‘ก, ๐‘—๐‘ข๐‘ ๐‘ก๐‘Ÿ๐‘ข ๐‘๐‘Ž๐‘”๐‘ข๐‘  ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘œ ๐‘‘๐‘–๐‘Ž ๐‘—๐‘Ž๐‘‘๐‘– ๐‘๐‘’๐‘›๐‘๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐‘”๐‘ข๐‘’!! ๐ฝ๐‘Ž๐‘‘๐‘– ๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž๐‘˜ ๐‘Ž๐‘‘๐‘Ž ๐‘™๐‘Ž๐‘”๐‘– ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘ ๐‘–โ„Ž-๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘ ๐‘–โ„Ž ๐‘”๐‘ข๐‘’ ๐‘๐‘œ๐‘˜๐‘’๐‘™๐‘Ž๐‘ก!!" pikir Lexi.

Lalu Lexi melihat Tiar masuk sendirian. Guru-guru mulai mengawali latihan dengan mengabsen anak-anak. Mulai dari yang berperan biasa sampai yang peran penting. Sampai pada nama Kochi disebutkan nggak ada yang menyahut. Ditunggu berapa detik masih nggak ada yang jawab, Bu Hetty mulai ngomel.

"Pemeran utamanya saja nggak dateng. Mau kalian apa? Hampir 50% anak nggak hadir. Mau kalian ibu kasih 0 untuk nilai tugas Bahasa Indonesia? Harusnya kalian bangga bisa dipilih karena anak-anak yang lain disuruh bikin karya tulis. Jadi kalian itu anak-anak terpilih..." dan masih bla-bla-bla lainnya yang dikeluarkan dari mulut Bu Hetty.

"Maaf, Bu, saya potong. Saya baru dapet kabar. Kochi absen karena sakit." Tiba-tiba Tiar memotong omelan Bu Hetty. Sebagian anak lega karena nggak diceramahin lagi. Tapi bikin Lexi makin ngerasa bersalah.

\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_

SESI latihan berjalan sebentar, hanya memperkenalkan bagaimana teater dan bagaimana mendalami karakter yang diperankan. Anak-anak masih kurang antusias, bahkan saking bosannya ada yang kabur diam-diam.

Seusai sesi latihan itu, Lexi langsung menghampiri Tiar.

"Ehm... ๐‘ ๐‘œ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘ฆ lo temennya Kochi kan?" kata Lexi sambil berusaha menyamakan langkah Tiar yang dipercepat setelah tahu yang ngajak ngomong adalah Lexi.

"Tiar berhenti lalu melirik sebentar ke arah Lexi dengan kesal, "Iya." jawab Tiar singkat.

"Kenalin gue, Lexi. Kalo boleh tau, nama lo siapa?" Lexi memberi tangannya untuk disalami.

Tiar nggak mau salaman.

"Tiar, ada apa? Kalo bisa ๐‘ก๐‘œ ๐‘กโ„Ž๐‘’ ๐‘๐‘œ๐‘–๐‘›๐‘ก aja."

"Tadi gue denger Kochi sakit, apa lo mau jenguk dia? Kalo mau jenguk, gue boleh bareng nggak?" Lexi berusaha peduli.

Tiar mendengus kesal, "Ow... ternyata lo masih punya kepedulian sama Kochi setelah perbuatan lo kemaren??!" Tiar kembali berjalan menuju tempat parkiran untuk mengambil mobilnya.

Lexi sempat ๐‘ ๐‘๐‘’๐‘’๐‘โ„Ž๐‘™๐‘’๐‘ ๐‘ , tapi akhirnya dia mengejar Tiar dan bersikeras ikut. Akhirnya, Tiar mengizinkan Lexi ikut. Tiar mau lihat apa lagi ulah Lexi kepada Kochi.

Di dalam mobilnya Tiar....

"Kochi sakit apa?" Lexi berusaha memecahkan keheningan sejak dia naik mobil Honda Jazz merah itu.

Tapi Tiar sama sekali nggak bereaksi, dia seperti terlalu konsentrasi menyetir.

"Gue tau lo pasti berpikiran jelek tentang gue. Tapi gue tulus mau jenguk dia. Terserah lo mau pikir gue apa!" kata Lexi, pasrah.

"Lo bener? Gue nggak percaya lo peduli sama Kochi. Dan awas... kalo sampe lo ketahuan nyakitin Kochi secara langsung maupun nggak langsung!!" Itu kalimat terakhir yang terdengar di mobil itu.

\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_

"WAH... tumben banget nih, Ti. Nggak biasanya lo jenguk gue?!" Kochi yang sedang terbaring kaget melihat Tiar tanpa ketok-ketok main masuk aja.

"Kalo nggak ada yang mau gue kasih ke lo, nggak bakal gue kesini! Penyakit lo ini mah udah biasa. Nggak usah dikhawatirin." sahut Tiar melangkah dengan malas.

"Oya?! Apaan tuh? Tapi lo jahat banget sih, Ti. Berarti lo nggak pernah peduli sama gue dong?" Kochi yang tadinya langsung bersemangat jadi sedih lagi karena merasa tidak diperhatikan.

"Bingkisannya gede banget."

Tiar bikin Kochi penasaran, tapi begitu Kochi mau menebak, Tiar langsung ngomong, "Yang pasti bukan cokelat! Heh... sini masuk!"

Lexi langsung masuk dan menutup pintu perlahan. Kochi merasa hampir nggak percaya, orang yang ditunggunya hingga larut malam itu sekarang ada disana, berdiri dihadapannya. Bingkisan ini sih jauh lebih lezat eh... lebih hebat daripada bingkisan cokelat sebesar apapun. Uh... kali ini Tiar baik banget, tahu apa yang Kochi paling inginkan. Bahkan Kochi sama sekali nggak pernah bayangin Lexi ada disana, ada didalam kamarnya.

"Lexi...?" Hanya itu yang keluar dari mulut Kochi.

"Gimana, Chi? Udah enakan?" Lexi bertanya kaku.

Waktu Kochi mau jawab, eh Tiar malah motong. Tiar sekarang hobinya motong orang lagi ngomong, "Chi, kemaren lo pulang jam berapa?"

"Nggak tahu, abisnya gue ketiduran gitu. Oya, Lex, kenapa lo kemaren nggak dateng sih? Gue kan nungguin?" kata Kochi dengan nada kecewa.

"Gue kesini mau minta maaf, Chi. Sama sekali gue nggak bermaksud ngecewain lo. Kemaren... kemaren gue ketiduran trus baru bangun pagi tadi. Jadi ๐‘ ๐‘œ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘ฆ banget. Tapi lo gimana?" Lexi terlihat menyesal.

"Ooo... gitu. Ya udah nggak papa. Lagian gue kemaren nggak nungguin lo lama kok, gue juga ketiduran jadi nggak ngerasa nunggu deh. Sekarang gue juga udah baikan kok, paling besok sekolah lagi. Sakit panas biasa aja," sahut Kochi tersenyum.

"Iya, Kochi itu selalu sakit kalo kecapean. Lex, lo udah liat dia kan? Dan dia udah nggak kenapa-napa. Jadi lo lebih baik pulang aja." Tiar langsung nyuruh Lexi balik. Kochi bingung ngeliat Tiar.

"Karena lo udah baikan, seenggaknya gue bisa tenang. Gue balik dulu ya, Chi." ujar Lexi berpamitan.

\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_

"GUE bingung deh, Ti. Lo bilang kesini bawa bingkisan, eh maksud gue si Lexi itu. Tapi kok lo dingin, bahkan ketus banget sama dia? Bukannya lo sengaja bawa dia kesini karena lo pengen nyenengin gue?" Kochi berusaha memahami apa yang terjadi.

"Mana sudi gue mohon-mohon ke dia apalagi cuma buat lo doang!" Tiar mendengus kesal.

"Yaaa, Tiar. Padahal gue kan udah seneng banget bisa ngeliat dia hari ini. Trus gimana ceritanya dia bisa kesini?" Kochi makin nggak ngerti.

"Itu cowok yang mohon-mohon sama gue supaya nganter dia kesini. Huh! Gue enegh banget ngeliat dia. Tau gini, gue nggak bakal nganter dia kesini!!" sahut Tiar lalu ikut tiduran disebelah Kochi.

"Kok lo gitu sih, Ti? Dia kesini pasti punya niat tulus. Gue bisa liat kok dimatanya. Kalo gitu... dia perhatian dong sama gue... hihihi...." Kochi nyengir-nyengir sendiri, ngebayangin muka Lexi.

"Gue malah ngeliat dia itu boong. Aduh jangan berharap banyak deh, Chi!!!" ujar Tiar mengingatkan Kochi.

"Siapa yang ngarep sih? Gue seneng dia bisa ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘’ sama gue. Tadi lo sendiri kan yang bilang kalo dia itu yang pengen jenguk gue? Jadi itu udah bukti akurat!" Kochi memandang Tiar dengan serius supaya Tiar percaya.

"Gue jamin 100% pendapat lo salah. Kemaren siapa yang nganterin lo?" Tiar ngerasa males banget untuk ngebahas Lexi lagi.

"Kak May. Untung dia baik banget nggak cerita kalo Lexi nggak dateng. Kalo nggak nyokap bisa nyap-nyap deh dan nggak ngizinin gue keluar lagi. Trus, Kak May bilang gue lagi minta diajarin bikin cokelat makanya sampe tengah malem. Pokoknya hari ini gue aman, Nyokap nggak tau apa-apa!" Kochi merasa sangat beruntung.

"Hebat betul Kak May lo itu!! Aduh Kochi... Kochi! Nggak selamanya lo bisa seberuntung itu. Gue saranin, jadi cewek jangan ****-**** amat apalagi seperti kemaren. Si Lexi itu sama sekali nggak pantes buat ditungguin, coba lihat lo sekarang! Jadi gini kan? Lo juga yang rugi. Gue sebagai temen cuma bisa nasehatin ini doang!" Tiar terpaksa mengeluarkan kata-kata kasarnya.

Tapi Kochi tetep nggak peduli... yang pasti hatinya kini tengah berbunga-bunga. Kochi pengen banget teriak sekarang juga. Kochi langsung berdiri diatas ranjangnya dan melompat setinggi-tingginya sambil berteriak, "๐–จ'๐–ฌ ๐–ฒ๐–ฎ ๐–ง๐– ๐–ฏ๐–ฏ๐–ธ!!! ๐–จ'๐–ฌ ๐–ฒ๐–ฎ ๐–ง๐– ๐–ฏ๐–ฏ๐–ธ!!!.... pfhmphhh..." Mulut Kochi ditutup oleh tangan Tiar.

Mungkin Tiar memang bisa nutup mulut Kochi, tapi nggak ada yang bisa nutup teriakan hati Kochi....

(ษช'แด sแดแดแด... สœแด€แด˜แด˜ส....)

๐Ž๐ค ๐ฌ๐š๐ฆ๐ฉ๐ž ๐๐ข๐ฌ๐ข๐ง๐ข ๐๐ฎ๐ฅ๐ฎ ๐ฒ๐š ๐ฌ๐จ๐š๐ฅ๐ง๐ฒ๐š ๐ฅ๐š๐ ๐ข ๐ฌ๐ข๐›๐ฎ๐ค ๐ฎ๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐ฉ๐ž๐ซ๐ฌ๐ข๐š๐ฉ๐š๐ง ๐ฎ๐ฃ๐ข๐š๐ง ๐ฃ๐š๐๐ข ๐ง๐ ๐ ๐š๐ค ๐›๐ข๐ฌ๐š ๐ง๐ฎ๐ฅ๐ข๐ฌ ๐ญ๐ž๐ซ๐ฎ๐ฌ ๐ค๐š๐ซ๐ง๐š ๐ก๐š๐ซ๐ฎ๐ฌ ๐›๐ž๐ฅ๐š๐ฃ๐š๐ซ:)

๐’๐ž๐ฆ๐จ๐ ๐š ๐ฌ๐ฎ๐ค๐š ๐ฒ๐š๐Ÿ™ƒ

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!