Bukan dari Jepang!

DI SORE hari sepulang dari sekolah, anak-anak tim basket sedang latihan untuk persiapan ๐‘ ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘–๐‘›๐‘”. Lexi termasuk didalam tim basket itu. Walaupun belum resmi jadi tim inti, tetapi peluangnya sangat besar. Apalagi dahulu dia tergabung dalam tim inti sekolahnya yang lama yang merupakan sekolah unggulan dalam basket.

Sudah hampir seminggu semenjak kejadian nggak enak pada saat itu. Maunya sih Lexi ngundurin diri. Berhubung nanti nilai teaternya diambil buat mata pelajaran Bahasa Indonesia, terpaksa dia harus menerima peran itu walaupun harus berpasangan dengan Kochi.

___________

LEXI berjalan kearah kantin, suasana koridor-koridor sekolah sepi, hanya ada suara guru dan beberapa kelompok anak-anak SMA yang main atau bercanda sendiri. Hari itu kelasnya sedang ulangan. Lexi mengerjakannya dengan sangat cepat, jadi dia langsung mengumpulkan jawaban dan yang keluar pertama dari kelasnya. Anak-anak disana berdecak kagum. Sejak pertama masuk, Lexi yang diem-diem gitu ternyata menguasai hampir seluruh mata pelajaran. Sayangnya, dia pasif dan sepertinya agak bosen sama pelajarannya.

Dari kelasnya menuju kantin, satu-satunya jalan hanya melewati kelasnya Kochi. Sebenarnya Lexi males banget ngeliat mukanya Kochi. Tetapi dia juga merasa nggak ๐‘”๐‘’๐‘›๐‘ก๐‘™๐‘’ kalo cuma lewat aja nggak berani.

Benar saja! Saat itu, kebetulan sekali Kochi ada didepan pintu kelasnya lagi jongkok. Sepertinya lagi dihukum, karena kalau dilihat dari tampangnya yang rada jutek. Tetapi begitu melihat ada Lexi yang mau melewatinya, Kochi langsung berdiri. Tampang Kochi langsumg berubah senang dan tersenyum manis kearah Lexi. Tampangnya itu bener-bener nggak dibuat-buat, Kochi seperti melihat cahaya ditengah kegelapan.

"Hai... Lex, lagi mau ke kantin ya?" Kochi menatap Lexi lekat-lekat.

"Iya, lo kenapa? Dihukum?" Lexi membuat tes kecil, untuk melihat sejaim apa dia.

"Tepat sekali, abisnya gue nggak ngerjain pe-er. Biasa... penyakit lupa. Jadinya gini deh diusir! Hehehe... Mau cokelat?" kata Kochi menertawakan dirinya sendiri.

Ini baru satu contoh dari sekian kejadian yang dialami Lexi karena Kochi. Kadang Lexi suka nangkep basah Kochi lagi ngeliatin dia. Tetapu begitu dilihatin, bukannya malu atau buang muka, Kochi malah seneng dan ngasih senyum ciri khasnya, nyengir. Contoh satu lagi....

Waktu upacara bendera, kelas Kochi kena hukuman karena paling nggak bisa tenang saat upacara. Mereka dihukum keliling lapangan 5 kali. Semua murid menonton mereka, terutama kakak kelas dari balkon ngejek-ngejek mereka.

Kochi melihat keatas dan berpapasan dengan mata Lexi yang kebetulan menatapnya juga. Kochi langsumg nyengir tanpa melihat temen-temen didepannta dan ditabrak deh temen-temennya, mereka jatuh semua. Tetapi Kochi tetap menatapa Lexi ceria walaupun dimarahin dan diketawain temen-temennya.

____________

SEMINGGU itu adalah hari-hari paling nggak nyaman buat Lexi!! Bayangkan saja, Kochi yang dulunya diam-diam memberi cokelat sekarang dengan berani dan terang-terangan ngasi cokelat langsung ke Lexi, bahkan didepan umum! Malu! Malu! Lexi bener-bener malu! Satu sekolah tau kalo Kochi suka sama dia!!! Kenapa Kochi tenang-tenang aja ya?

Lexi bener-bener nggak abis pikir, kok ada ya cewek yang segitu cintanya sama cokelat?

Dari selentingan beberapa orang temannya (banyak), Lexi tahu kalo Kochi suka sama dia sudah lama. Tetapi kenapa harus Kochi cewek aneh itu? Cewek biasa aja dia udah nggak nyaman apalagi cewek kayak Kochi yang kelihatannya agresif.

Di mata Lexi, Kochi adalah cewek yang ๐‘œ๐‘ฃ๐‘’๐‘Ÿ๐‘๐‘œ๐‘›๐‘“๐‘–๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘ก, terlihat dari cara Kochi berbicara dan bersikap. Biasanya cewek yang mulai bicara sama Lexi bakalan jiper, malu-malu, salting, dan sebagainya. Heran banget sama cewek satu ini!!! dan bahkan berani sekali menatap Lexi, dan satu lagi.... dia suka sekali tersenyum!!!

Jujur aja, menurut Lexi, Kochi cukup lumayan sebagai cewek. Manis, agak ๐‘โ„Ž๐‘ข๐‘๐‘๐‘ฆ tetapi masih proporsional, mata agak sipit, dan tentu saja dandanannya yang berciri khas banget, cokelat! Walaupun agak mencolok, harus diakui gaya Kochi memang pantas dan sangat cocok untuknya. Mungkin saja dia ada keturunan Jepang... jadi ๐‘“๐‘Ž๐‘ โ„Ž๐‘–๐‘œ๐‘›๐‘Ž๐‘๐‘™๐‘’ bamget. Sayang sekali hati Lexi sudah untuk orang lain dan Lexi juga nggak akan biarin hatinya diambil oleh cewek seaneh cewek Jepang itu. ๐ด๐‘๐‘Ž ๐‘ ๐‘–โ„Ž ๐‘’๐‘›๐‘Ž๐‘˜๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘๐‘œ๐‘˜๐‘’๐‘™๐‘Ž๐‘ก?!

Tetapi, kalau saja si Kochi nggak suka sama Lexi, pasti Lexi dengan senang hati mau menerima Kochi sebagai teman. Kayaknya anaknya asyik banget. Lexi jadi inget sama temen-temennya disekolahnya yang lama. Lexi kangen banget โ„Ž๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘œ๐‘ข๐‘ก bareng mereka. Sekarang sih Lexi masih suka kumpul, tetapi jarang. Latihan basket kayak sekarang bikin rasa kangen jadi bertambah-tambah. Menurutnya, nggak ada yang bakal bisa gantiin masa-masa bahagianya disana, sekolah baru ini sekalipun. Walaupun Lexi sudah mulai bisa beradaptasi, tetapu dia masih merasa keputusannya untuk pindah selalu salah. Apalagi Lexi kangen berat sama Tezza....

"Heh! Ngelamun aja! Mikirin siapa? Si Kochi ya?!" Jim menggoda Lexi.

"Wah, Lex. Kalo dia nembak lo... udah terima aja. Nggak usah mikir-mikir lagi. Dijamin deh...." Bimo ikut manes-manesin Lexi.

"Dijamin apa nih?" Jim tersenyum nakal.

"Dijamin lo bakal kenyang ama cokelat. Hahaha..." Bimo menjawab asal, lalu mereka tertawa ngakak, kecuali Lexi.

"Jangan sembarangan ngomong lo pada!!" Lexi buka suara karena nggak tahan dengan candaan teman-temannya itu.

"Tapi Lex, lo harus siap-siap. Tuh dibelakang lo...." Bimo menunjuk ke belakang Lexi.

"Weee, gile! Die kesini. Bawa apaan tuh? Mo taruhan? Pasti cokelat!" Jim ngajak bimo taruhan.

"Yaah, nenek-nenek yang udah kenal sama Kochi pun tau dia bawa cokelat. Coba kapan sih dia nggak bawa sesuatu yang berhubungan dengan cokelat?" Bimo menolak untuk untuk taruhan karena dia tau isinya pasti cokelat untuk Lexi. Lexi sudah memasang tampang sedingin mungkin.

____________

"HAI, LEX. Ini naskah teater kita," kata Kochi menyerahkan naskah yang tadinya ada didalam plastik hitam.

"Lex, gue sama Bimo mo cabz dulu. Eh, Chi kita duluan ya!" Jim langsung berinisiatif karena tebakannya salah, sekalian ngerjain Lexi. Lexi seharusnya dibiasain bergaul sama cewek. Dia terlalu kaku sama cewek selama ini. Nah, bagi Bimo dan Jim, sosok Kochi pas banget buat ngadepin orang kayak Lexi.

"Naskah teater itu?" Lexi.

"He-eh, gue baru dikasih tadi sama Bu Hetty. Katanya sekalian disuruh ngasih ke lo juga," jawab Kochi sambil menggerak-gerakkan tangannya seperti kipas. Udaranya memang sangat panas banget.

"Duduk disitu aja kalo panas," kata Lexi menunjuk sebuah bangku semen dibawah pohon yang cukup rindang, lalu mereka berjalan kesana.

"Kochi, kalo dilihat dari nama lo, pasti lo ada keturunan Jepang, kan?!" tanya Lexi.

"Huh! Semua orang pasti ngiranya gitu. Padahal, gue asli 100% Indonesia! Apa perlu di cek? Mungkin karena mata gue yang rada sipit kali ya, jadi dikira dari Jepang? Gue ini asli mojang Bandung!" jawab Kochi ketus. Dia suka kesel sendiri kalau ada yang ngira dia keturunan Jepang.

"Lho? Sabar.... gue kan cuma nanya! Kan gue juga bilang dari nama lo yang rada Jepang, nggak ada urusannya sama mata lo yang rada sipit. Jangan keki gitu dong?! Lagian gue heran, harusnya lo bangga kalo dikira keturunan Jepang."

Lexi jadi rada panas. Masa cuma ngomong dikit dijawabnnya banyak???

"Gue nggak keki sama lo, Lex. Gue suka kesel sendiri kalo ada yang ngira gue ada keturunan Jepang. Abisnya, biasanya ada orang yang ngira gue itu ๐ฝ๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘›-๐‘ค๐‘Ž๐‘›๐‘›๐‘Ž๐‘๐‘’, mungkin karena penampilan gue yang rada beda. Jadi, kalo denger kata Jepang dihubungin ama gue, gue inget sama ๐ฝ๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘›-๐‘ค๐‘Ž๐‘›๐‘›๐‘Ž๐‘๐‘’ itu. Padahal, gue begini bukan karena pengen tampil beda. Gue gini karena gue cokelat!" Kochi menjelaskan dengan berapi-api dan menunjukkan juga ekspresi kesalnya saat penyebutan kata ๐ฝ๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘›-๐‘ค๐‘Ž๐‘›๐‘›๐‘Ž๐‘๐‘’.

Lexi hampir ketawa denger penjelasan Kochi yang penuh semangat itu, apalagi diakhiri dengan kata cokelat!!!

๐บ๐‘ข๐‘’ ๐‘˜๐‘’๐‘Ÿ๐‘—๐‘Ž๐‘–๐‘› ๐‘™๐‘œ, ๐ถโ„Ž๐‘–! ๐ธ๐‘š๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘™๐‘œ ๐‘๐‘–๐‘˜๐‘–๐‘Ÿ ๐‘”๐‘ข๐‘’ ๐‘๐‘’๐‘”๐‘œ, ๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž๐‘˜ ๐‘ก๐‘Ž๐‘ข ๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘œ ๐‘ ๐‘’๐‘™๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐‘–๐‘›๐‘– ๐‘™๐‘œ ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘ ๐‘’๐‘™๐‘Ž๐‘™๐‘ข ๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘ ๐‘– ๐‘”๐‘ข๐‘’ ๐‘๐‘œ๐‘˜๐‘’๐‘™๐‘Ž๐‘ก! ๐ผ๐‘›๐‘– ๐‘๐‘’๐‘ค๐‘’๐‘˜ ๐‘‘๐‘– ๐‘œ๐‘ก๐‘Ž๐‘˜๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘˜๐‘Ž๐‘ฆ๐‘Ž๐‘˜๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž๐‘˜ ๐‘Ž๐‘‘๐‘Ž ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘™๐‘Ž๐‘–๐‘› ๐‘ ๐‘’๐‘™๐‘Ž๐‘–๐‘› ๐‘๐‘œ๐‘˜๐‘’๐‘™๐‘Ž๐‘ก ๐‘ฆ๐‘Ž? kata Lexi dalam hati.

"Mmm... Chi. Lo kan yang selama ini ngasi gue cokelat, dirumah maupun disekolah??" Lexi seperti langsung memanah tepat sasaran.

Kochi memandang Lexi agak heran karena sedikit kaget, tapi setelah itu... "Waah lo kok bisa tau?" Walaupun kelihatan rasa malu karena rahasianya terbuka.

"Ya... tau aja! Tapi bener kan?!" Lexi ingin memastikan Kochi menjawab pertanyaannya.

"He-eh! Akhirnya lo tau juga. Jadi, gue nggak usah repot-repot ngasi tau lo lagi deh. Tapi lo nggak marah kan sama gue?" Kochi menyipitkan matanya sambil menunjuk kearah Lexi.

"Buat apa marah? Kan ngasi cokelat doang. Emangnya kenapa?" Lexi nggak tau harus nanya apa lagi. Jadi, dia berusaha mengorek Kochi lebih dalam lagi, dan kelihatannya sangat mudah, bahkan terlalu mudah...

"Karena gue suka sama lo, Lex, suka banget. Terus karena gue juga pengen aja ngasi cokelat apalagi secara diem-diem. Asik aja ngelakuinnya." jawab Kochi enteng.

Mendengar jawaban Kochi, Lexi jadi ๐‘ ๐‘๐‘’๐‘’๐‘โ„Ž๐‘™๐‘’๐‘ ๐‘ .Waww! Apa yang sudah dilakukan Lexi? Hanya dalam hitungan detik saja, dia berhasil membuat seorang cewek memberikan pengakuan cintanya. Lagipula Kochi terlihat sama sekali nggak ada beban, disini yang merasa panik justru pihak yang diberi pernyataan cinta.

"Ehmm... suka dalam arti lo suka gue sebagai temen atau suka antar lawan jenis?" Lexi berusaha menutupi wajahnya yang pucat pasi. Bagaimana dia harus nolak cewek ini????

"๐ด๐‘๐‘ ๐‘œ๐‘™๐‘ข๐‘ก๐‘’๐‘™๐‘ฆ, suka antar lawan jenis" jawab Kochi menganggukkan kepala dengan cepat.

Pekerjaan nolak cewek merupakan pekerjaan biasa, tapi cewek kayak Kochi dia belum pernah menghadapinya. ๐พ๐‘œ๐‘˜ ๐‘—๐‘Ž๐‘‘๐‘– ๐‘”๐‘ข๐‘’ ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘—๐‘–๐‘๐‘’๐‘Ÿ ๐‘ ๐‘–โ„Ž! Lexi langsung berdiri dan berusaha merangkai kata-kata yang tepat. Dia nggak mau merasa terpedaya apalagi sama cewek.

"Eh... Chi, kayaknya gue nggak bisa deh... Ehm ja...." Lexi berbicara terbata-bata. Melihat Lexi begitu, Kochi malah tertawa.

"Hahaha... jadi lo pikir gue nembak lo??? Ya nggaklah!! So, jangan panik mikirin gimana caranya nolak gue. Lexi... Lexi, gue emang suka sama lo, tapi gue cuma bilang aja bukannya nembak. Gue bukan tipe cewek yang nembak cowok. ๐‘๐‘œ ๐‘ค๐‘Ž๐‘ฆ! Jangan khawatir soal perasaan gue ini, kita tetep kayak biasa aja," Kochi menjelaskan dengan tenang sambil tersenyum simpul karena berhasil melihat muka Lexi yang merah padam karena malu.

Justru itu yang Lexi sangat tidak harapkan. Lexi malah pengen langsung nolak Kochi biar dia nggak deket-deketin Lexi lagi. Kalo gini masalah bisa makin ruwet, posisi Lexi jadi serba salah. Ditambah untuk beberapa bulan ini Lexi pasti harus deket sama Kochi karena teater itu.

"Lex, lo belom jawab. Lo tau gue yang ngasi cokelat dari siapa? Padahal, cuma beberapa orang aja yang tau," kata Kochi sambil mengingat-ingat sesuatu.

"Oh itu... Gue pernah nangkep basah waktu lo naro cokelat didepan kost. Kalo yang disekolah, gue dikasih tau sama temen-temen."

"Gitu ya? Yaaa gagal deh, ketahuannya sama lo lagi. Tapi kalo yang disekolah siapa yang bocorin ya? Padahal, yang tau kan cuma Tiar, Wawa, Andru, Risa, trus..." Kochi masih menyebutkan beberapa nama lagi. Itu sih bukan dikit, tapi banyak. Jadi, gimana nggak bocor???

"Makanya jangan suka cerita sama orang lain. Eh, naskahnya cerita tentang apa?"

Lexi masih heran, Kochi itu rada bocor juga. Dia masa nggak nyadar siapa yang didepannya, tetapi udah ngomong banyak banget masalah pribadinya yang berhubungan dengan Lexi. Kalo gini sih mana bisa nyaman??

"Ya maap. Tapi kan ada untungnya juga gue jadi nggak usah repot-repot lagi sembunyi-sembunyi kalo mo ngasi cokelat. Naskahnya baru dikasih ke gue, jadi gue nggak tau. Tapu kalo lo males ๐‘Ÿ๐‘’๐‘Ž๐‘‘๐‘–๐‘›๐‘”-nya, ntar gue ceritain deh." jawab Kochi menawarkan diri.

Terpopuler

Comments

instagram @shy1210

instagram @shy1210

like

2020-11-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!