Perusahaan Syahputra
Rifal masih memikirkan tentang pernikahan yang diinginkan oleh bunda dan ayahnya. Pikirannya masih kepada kata-kata sang bunda yang akan menjodohkannya dengan seorang gadis yang tidak pernah berpacaran. Padahal dirinya sudah bergonta-ganti pasangan.
"Bagas, jelaskan jadwal hari ini," pinta Rifal kepada asisten pribadinya atau bisa disebut tangan kanannya.
Bagas menjelaskan jadwal pekerjaan, dari masuk kantor sampai pulang kantor. Rifal yang mendengarkannya hanya menganggukan kepalanya. Setelah itu matanya fokus pada berkas-berkas yang ada di depannya. Seseorang mengetuk pintu ruangannya.
Tanpa menunggu disuruh masuk, seorang itu masuk dan langsung duduk di sofa yang sudah ada dalam ruangan kerja Rifal. Orang tersebut adalah Putra, sahabat Rifal. Sudah menjadi kebiasaan Putra untuk mengganggu Rifal saat bekerja.
"Nongkrong, yuk," ajak Putra kepada Rifal yang matanya menatap intens dirinya. "Biasa aja dong tatapannya."
"Lo gak mikir, Put? Gue lagi kerja, lo ajak nongkrong? Bagaimana dengan pekerjaan gue?" Rifal terus menatap intens.
"Gue mikir kok, ngajaknya sekarang, tapi nongkrongnya nanti. Jam lima sore, kami tunggu di cafe biasa," jelas Putra yang menbuat Rifal semakin geram.
"Gue gak bisa kalau jam lima. Nongkrongnya sesekali di toko yang ada di depan, sekalian beli kue buat bunda gue." Mata Rifal beralih menatap layar laptopnya, sambil sesekali membaca kertas yang ia pegang.
Mendengar Rifal berkata begitu, Rifal menganggukan kepalanya. Kemudian ia mengirimkan pesan kepada teman-teman lainnya. Setelah dirasa cukup bosan, Putra pun berpamitan kembali ke perusahaannya.
Rapat demi rapat sudah dilaksanakan, begitu pula dengan agenda lainnya yang dilakukan hari ini. Putra dan kedua sahabatnya sudah menunggu Rifal di depan perusahaannya. Sekarang saatnya pulang, baru saja Rifal memasukkan dokumen penting ke dalam tas ranselnya, ponselnya bergetar.
"Ada apa?" tanya Rifal kepada seseorang yang ada di seberang telepon.
"Lo lupa? Kita kan sudah janji nongkrong di depan cafe deket perusahaan lo." Putra yang mulai geram akibat kepikunan Rifal hari ini.
"Enggak lupa, nih gue ke sana," sanggah Rifal. Kemudian ia menggendong tasnya dan berjalan meninggalkan kantor.
Bagas sudah pulang terlebih dahulu, tentunya atas izin dari bosnya, yaitu Rifal. Sebelum keluar dari perusahaannya, Rifal memastikan bahwa semua karyawan sudah pulang, tak terkecuali dua satpam yang sedang bertugas. Setelah mengecek semua ruangan dan benar-benar tidak ada orang, Rifal pun menuju ketiga sahabatnya yang sudah menunggunya di cafe.
Setelah benar-benar keluar dari perusahaan, Rifal melihat sekeliling, memastikan jalanan sudah sepi agar ia bisa menyebrangi jalanan yang ada di depannya. Tanpa menunggu aba-aba, Rifal pun masuk ke dalam cafe tersebut. Mencari ketiga sahabatnya yang sudah menunggunya.
"Fal!" terian Kelvin memanggil namanya, ia langsung menoleh dan menghampiri mereka.
"Lama amat lo, Fal," celetuk Putra saat Rifal sudah sampai di meja mereka.
"Ya maaf, tadi kan gue keliling perusahaan dulu. Memastikan semua karyawan gue sudah pulang semua atau masih ada." Rifal duduk di kursi kosong.
"Kayak anak sekolahan lo, Fal. Bawa ransel." Mereka tertawa mendengarkan kalimat yang keluar dari mulut Cheryl begitu saja.
"Gue kan masih muda, ganteng dan pengusaha sukses." Dengan gaya narsisnya, Rifal mengatakan kelebihannya.
"Terserah deh. Yang penting, ayo pesan makanan," ucap Kelvin dengan semangat.
"Soal makanan aja lo semangat, Kelvin-Kelvin." Putra menggeleng-gelengkan kepalanya yang diikuti oleh Rifal dan Cheryl. Sedangkan Kelvin hanya menyengir seperti kuda.
Kelvin memanggil salah satu pelayan, kemudian menyebutkan pesanan mereka satu persatu. Setelah sepuluh menit, makanan pun tiba di meja mereka. Cheryl yang memainkan ponselnya sambil makan menjadi pusat perhatian mereka. Makanan yang dimakan Cheryl habis duluan, setelah itu ia pamit kepada ketiga sahabatnya.
"Gue pulang duluan yah, biar makanannya gue yang bayar." Cheryl menepuk bahu Kelvin, lalu pergi menuju kasir untuk membayar makanan yang mereka makan.
"Kenapa dengan Cheryl? Tumben nongkrongnya cuma sebentar," tanya Rifal kepada kedua sahabatnya yang sedang asik makan.
"Biasa, sekarangkan yang jadi prioritas adalah istrinya," jawab Kelvin sambil mengaduk minumannya. Rifal mengangguk pelan.
Diantara mereka yang sudah menikah adalah Cheryl, yang sudah memiliki tunangan adalah Putra, dan yang sedang PDKT adalah Kelvin. Sedangkan Rifal? Jangan ditanya, ia sudah memikirkan akan segera menikah. Namun belum memiliki kandidat calon istri yang baik.
Setelah dirasa cukup memakan waktu untuk nongkrong tidak jelas, satu persatu pun mereka memilih pulang. Sebelum pulang, Rifal memesan kue red valvet kesukaannya. Namun ia kecewa saat salah satu pegawai toko kue itu mengatakan bahwa kue yang ia inginkan tidak ada.
Rifal kembali menyebrangi jalanan yang semakin ramai itu, menuju di mana mobilnya terparkir. Sudah dua hari Rifal tidak memakan kue kesukaannya, hingga ia melupakan titipan bundanya yang ingin memakan salah satu kue yang ada di toko kue depan perusahaannya.
Hingga akhirnya sampailah di sebuah rumah megah dengan desain modern ala-ala rumah Eropa. Rifal memberikan kunci mobilnya kepada salah satu satpamnya untuk memarkirkan mobilnya ke dalam garasi. Rifal melihat Bundanya masih duduk di ruang tamu, Rifal menyadari kalau Bundanya sedang menunggu titipannya.
"Rifal," panggil Nahla saat melihat anaknya sedang menutup pintu. Rifal pun menghampiri Bundanya.
"Ayah mana, Bun?" tanya Rifal karena tidak melihat ayahnya.
"Ada di kamarnya. Titipan bunda mana? Katanya mau beliin," ucap Nahla lesu karena melihat putranya tidak membawa apa yang ia inginkan.
"Maaf, Bun. Tadi pas aku pulang, tokonya sudah tutup," jawab Rifal berbohong, karena yang ia inginkan adalah red valvet kesukaannya.
"Ya sudah, sana mandi. Terus makan, belum makan kan?" tanya Nahla memastikan.
"Sudah, Bun. Tadi ditraktir Cheryl." Rifal melangkahkan kakinya meninggalkan Bundanya yang sedang duduk.
Setelah berada di kamar, Rifal meletakan tas ranselnya di mana harusnya berada. Menyambar handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Setelah mandi, Rifal memainkan ponselnya sejenak, kemudian melanjutkan pekerjaannya yang masih tersisa sedikit lagi.
Rifal tidak menyukai ruangan yang sepi, maka dari itu ia memutar musik dengan suara yang cukup keras. Karena sudah menjadi kebiasaan Rifal, Rubin dan Nahla tidak mempermasalahkannya. Sejenak pikirannya masih kepada siapa pembuat kue red valvet? Dan kenapa hari ini tidak ada?
Sambil mengerjakan tugas kantor dengan diiringi musik dengan volume cukup keras, sesekali ia menyanyi dan berjoget ria melepaskan semua rasa lelah yang ada di otaknya. Setelah dirasa hari sudah cukup larut, ia pun mematikan musiknya. Membereskan semua kekacauan yang sudah ia buat sendiri.
Andaikan sudah punya istri, pasti hangat dan kamar akan senantiasa rapi. Tapi ya sudahlah tak mengapa, yang penting bisa merasakan bebas, batin Rifal yang masih membereskan kamarnya seperti kapal pecah.
Bersambung ....
Jangan lupa like, komen dan vote. Terimakasih yang sudah menyempatkan diri untuk membaca karya saya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
tursina anriasi
sllu cowok ganteengg ...pmrn utama novel,greget😂
2021-04-11
0
☆𝕭υѕαи࿐ཽ༵
lanjutt kuyy
jia you
lope...lope...
2021-01-26
1
nuRRaffa
enak lah rifal kalo puya guling yg bisa kentut🙊🙊🙊kamar rapi,baju ada yg sediain,pkok nya enk lahh
2021-01-18
3