Istri Culun Pria Narsis
"Ma, Pa, Intan berangkat dulu yah," seru Intan berpamitan kepada kedua orang tuanya.
"Hati-hati, Nak. Jangan lupa dipakai kacamatanya," ucap Nie mengingatkan kepada putrinya untuk selalu memakai kacamata tebalnya. Intan hanya menganggukan kepalanya.
Intan Arofah Ferdian, sosok wanita cantik dan baik, kecantikannya sengaja ia tutupi dengan memakai kacamata tebalnya. Sebenarnya matanya tidak rabun, kacamata yang sengaja dibeli oleh Ferdian, papanya dari Amerika. Panggilannya adalah Intan, karena mama, papa, dan kedua kakaknya memanggilnya dengan sebutan Intan.
Memiliki sifat inscure, kurang percaya diri dan pemalu. Intan memilih bekerja di toko kue, meskipun ayahnya memiliki perusahaan yang cukup di kenal oleh negaranya. Intan akan kuliah satu tahun setelah lulus SMA.
Dengan mengendarai sepeda kesayangannya, Intan tiba di toko kue tempatnya bekerja. Toko yang dikenal enaknya kue red valwet nama kue yang sedang melejit. Kue berwarna merah yang lembut dan lezat itu sangat laris, membuat toko kue tempat Intan bekerja semakin ramai oleh pembeli.
"Intan," panggil Mai, sahabat Intan yang sama-sama bekerja di toko kue.
"Mai, kamu kapan sampai? Biasanya terlambat," ejek Intan dengan tersenyum ke arah Mai.
"Hehehe, tau aja kalau aku sering terlambat. Aku sampai lima menit yang lalu," jawab Mai dengan senyuman polosnya.
"Ke dapur yuk," ajak Intan sambil membenarkan kacamatanya yang hampir jatuh.
Mai dan Intan berjalan ke arah dapur, mereka menyiapkan alat-alat untuk membuat berbagai kue yang dipesakan oleh pelanggannya. Jari-jari lentik mereka mulai bercibaku dengan peralatan kue, satu persatu karyawan yang lainnya mulai berdatangan dan duduk di posisi masing-masing. Ada waktu setengah jam lagi untuk membuka toko kue sebelum pemilik toko tiba.
Mai yang sudah biasa membuat kue ulang tahun, Intan membuat kue red valvet, dan sepasang kasir yang sudah berada di posisi masing-masing. Pemilik toko kue sudah tiba dan toko keu pun sudah di buka. Karena masih pagi, toko kue masih sepi. Semua pegawai beristirahat sejenak sambil menunggu pelanggan datang.
Semakin sore, toko kue semakin rame. Tangan Intan tak henti-hentinya bercibaku dengan peralatan dan bahan-bahan membuat kue. Karena sudah terbiasa, Intan menjadi lebih gesit mengambil apa yang dibutuhkan untuk membuat kue yang akan ia buat.
Hampir satu tahun Intan bekerja di toko kue, dengan penghasilan lumayan, Intan melupakan tujuannya yaitu kerja satu tahun untuk biaya kuliahnya. Ramainya toko kue membuat semua orang yang bekerja disibukan dengan posisi mereka masing-masing. Karena sifat Intan yang pemalu, ia selalu bekerja di dapur dan tidak pernah menunjukan dirinya pada pelanggan yang selalu memakan kue buatannya.
"Apa boleh saya bertemu dengan pembuat kue red valvet ini?" tanya seorang pembeli karena merasa puas dengan rasa kue yang ia makan.
"Maaf, Pak, kami tidak diperbolehkan memberi informasi tentang siapa pembuat kue red valvet ini. Karena itu privasi dari pembuat kue," ucap Rena, pegawai yang berada di posisi menghantarkan kue kepada pelanggan atau pembeli.
"Ah, baiklah tidak masalah." Rifal menundukan kepalanya. Perasaannya kecewa saat mendengar jawaban dari salah satu pegawai toko kue.
Kira-kira siapa yah yang ahli membuat kue seenak ini? Sampai dia tidak ingin identitasnya terbongkar. Padahal tidak ada ruginya bertemu denganku, laki-laki tampan dan dermawan, batin Rifal dengan jiwa narsisnya.
Setelah kuenya habis, Rifal meninggalkan toko kue itu. Dipikirannya selalu bertanya-tanya tentang siapa pembuat kue red valvet kesukaannya itu. "Cari tahu siapa yang membuat kue red valvet yang ada di toko kue seberang jalan." Rifal menyuruh anak buahnya lewat telepon, tanpa menunggu jawaban, ia langsung menutup panggilan telepon itu.
Sementara Intan sedang istirahat, ia sudah membuat tiga kue red valvet berukuran besar karena pelanggan setia toko kue yang memesannya secara langsung. Intan memainkan ponselnya sejenak, rasanya lelah jika harus berurusan dengan peralatan masak. Meskipun sudah biasa, Intan bangga bisa membuat kue seenak yang ada di toko kue besar-besar yang ada di kota.
"Intan, tadi ada yang nanya, siapa yang membuat kue red valvet seenak itu? Tapi aku tidak menjawabnya," ujar Rena yang menghampiri Intan saat sedang duduk meluruskan kakinya.
"Terimakasih yah, Ren. Sudah menjaga privasiku," ucap Intan sambil menatap Rena dan membenarkan kacamatanya.
"Iya, kenapa kamu memilih untuk menutup identitasmu?" tanya Rena yang ikut duduk di depan Intan.
"Aku tidak ingin dikenal banyak orang," jawab Intan dengan senyuman kikuknya.
"Kenapa?" tanya Rena yang penasaran.
"Karena ... sudahlah lupakan." Intan bangun dari duduknya dan tidak ingin menjawab pertanyaan Rena. Karena Intan malu jika banyak orang yang mengenalnya.
Hari mulai larut, toko kue tutup jam sembilan malam. Semakin malam, maka semakin banyak pembeli. Apalagi ini adalah malam minggu, banyak pasangan yang rela mengantri demi mencicipi salah satu kue yang ada di toko kue dekat dengan perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan bahan pangan. Semua pegawai kembali disibukan dengan melayani para pembeli.
"Mbak, kue red valvetnya satu potong yah, sama kue coklatnya satu potong," ucap salah satu pembeli.
"Saya pesan kue kering satu kotak, dan kue bronisnya satu kotak," ucap pembeli lainnya. Dan masih banyak lagi pembeli yang mengucapkan pesanannya.
Sementara itu, para chef di dapur masih disibukkan dengan peralatan memasak yang mereka butuhkan. Intan yang sebagai salah satu chef, tidak pernah keluar melihat pelanggannya. Ia takut akan keramaian, karenanya ia selalu berada di dapur. Dapur yang tidak boleh dikunjungi oleh pembeli, pembeli dilarang masuk ke dapur.
Telepon Intan berdering, karena ramainya pelanggan, membuat Intan tidak menyadarinya. Intan masih disibukan dengan peralatan yang biasa ia pegang. Kacamatanya yang selalu membuat dirinya culun sangat membantunya. Kenapa? Karena dengan penampilan culunnya, membuat Intan sadar, mana yang tulus berteman dengannya dan mana yang tidak. Dengan bekerja di toko kue, Intan mendapatkan teman yang tulus tanpa memandang fisik. Karena itu, Intan sangat betah bekerja di toko kue ini.
Meskipun papanya mempunyai perusahaan, Intan tidak mengandalkan kekayaan papanya. Ia lebih memilih untuk hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orang tuanya. Mama dan papa Intan pun bangga, mereka sudah berhasil mendidik anaknya menjadi sosok yang mandiri dengan penampilan culunnya. Akan tetapi, mereka takut jika putrinya tidak mendapatkan kekasih yang baik.
"Ma, Intan mau tidak yah kalau kita jodohkan dengan anak teman papa?" tanya Ferdian kepada istrinya, Nie.
"Dicoba aja dulu," jawab Nie sambil menepuk-nepuk masker yang ada di wajahnya.
"Kalau nolak gimana?" tanya Ferdian, karena ia tahu bahwa Intan sangat benci dengan perjodohan.
"Entahlah, mama juga enggak tahu," jawab Nie sambil berpikir keras.
***
Jangan lupa untuk memberikan like, komentar, dan vote. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
VANESHA ANDRIANI
mampir thor... mampir juga ya di karyaku..
2023-01-20
0
eLBe
yg koment cewek semua...
merasa paling laki aja klo bgn..😅😅😅
2022-12-16
0
Muflikhatul Azizah
dapat rekomen dari novel sebelah, aq langsung cus mampir kak 🤗🤗🤗🤗
2022-01-15
0