Episode 5 [Book 1]

Avrora: Water Voice

Chapter 5

\=\=\=\=\=\=\=\=

Seperti halnya dengan perlombaan umum lainnya, pemilihan akan selalu ada untuk mengetahui seberapa pantas pemain mengikuti suatu pertandingan atau perlombaan. Pemilihan yang berlangsung tiga kali ini berbeda dari lainnya. Setiap pemilihan selalu berbeda dan ada saja tim yang gugur hanya karena pemilihan ini. Tim yang telah lulus dari pemilihan akan memasuki pertandingan combat skill.

Ruang pertemuan yang terletak di ruang Komite Kesiswaan itu terlihat sempit ketika dua anggota perwakilan dari setiap tim berada di dalam sana. Pertemuan itu diadakan dua hari setelah Tim Soul mengumpulkan formulir pendaftaran. Noah dan Inna berada di sana sebagai perwakilan Tim Soul. Mereka berdua tidak berbicara satu sama

lain. Mereka hanya menunggu agar pertemuan itu segera selesai dengan cepat. Kemungkinan pertemuan kali ini hanya membahas tentang peraturan dan pemilihan tersebut.

Seseorang memasuki ruangan dari pintu lain yang terletak di antara rak buku dan rak piala. Ia tinggi dan memiliki rambut kecoklatan. Dia dikenal sebagi Wakil Ketua Komite Kesiswaan. Beruntunglah bukan Yhogi karena laki-laki yang sangat Inna benci itu ternyata ketua Komite Kesiswaan.

Noah mendengus kesal dan mengarahkan pandangannya ke tempat lain. Inna menggeleng tidak suka melihat tingkah tidak sopan Noah, tetapi mereka memang sudah menunggu terlalu lama. Suara laki-laki itu sedikit serak mulai berkata, “Pemilihan pertama dilakukan di sebuah ruangan yang nantinya akan terdapat puluhan kotak. Kotak-kotak itu berisikan pertanyaan dan satu tim hanya diperbolehlan mengambil satu pertanyaan saja,”

Inna yang mendengar pernyataan kakak kelasnya sedikit bingung. Begitu saja? Tanpa basa-basi pembukaan atau mengucapkan selamat berjuang? Laki-laki itu langsung saja berkata mengenai pemilihan pertama pertandingan? Inna merasa ada yang aneh di sini.

“Batas waktu menjawab pertanyaan adalah satu bulan,” lanjut laki-laki itu. Inna melihat mata sipit itu memandang tajam. Tidak salah lagi. Ada sesuatu yang tidak beres. Noah melirik sekeliling ruangan, begitu juga dengan Inna. Inna tahu bahwa ruangan yang sempit ini kini meluas perlahan-lahan. Air gelas yang berada di meja memang tidak bergerak, tetapi airnya bergetar seperti adanya guncangan. Inna bisa katakan bahwa sesuatu sedang bergerak di dalam ruangan itu.

“Jawaban itu harus ditulis di kertas dan disimpan dalam amplop yang sudah tercantum nama tim. Diharapkan mengumpul di sini bersama dengan semua anggota tim,” kata wakil ketua itu yang dihiraukan Inna. Inna yang memandang air gelas itu kini mendengarkan suara. Inna yakin sekali bahwa suara air itu ingin mengatakan sesuatu. Sayangnya, Inna sedikit tidak mengerti dengan bahasa yang digunakan air itu. Sekilas saja Inna merasa air itu sedang tertawa.

Inna yang ingin keluar tertahankan ketika menyadari bahwa Noah masih diam di tempat. Inna ingin mengajak Noah keluar dari sana, tetapi Noah justru melirik Inna sebentar sebelum berbisik ke Inna, “Senior itu muncul bukan dari pintu yang kita masuki, itu berarti ada sesuatu yang masih ingin dikatakannya,” Inna yang kurang paham memilih untuk diam.

“Pengumuman hasil pemilihan pertama akan diumumkan bersamaan dengan hasil tes kelas tetap kelas satu,” kata wakil ketua itu ketika merasakan bahwa suasana ruangan itu menjadi sunyi. Getaran yang dirasakan Inna barusan kini menjadi semakin kuat. Dinding di belakang wakil ketua itu terbelah dua. Memunculkan sebuah ruangan putih yang dipenuhi kotak. Kotak-kotak itu terdapat lebel topik pertanyaan. Di tengah ruangan itu terdapat jam sukat yang belum berdetik. Spontan, Inna dan Noah bersiap untuk lari. Wakil ketua itu terkekeh ketika melihat raut muka kesal para pemain. Jam sukat itu kini berdetik dan semua pemain berlari memasuki ruangan itu.

“Selamat datang di Pemilihan Pertama,” bisik laki-laki sipit itu.

....o.O.W.O.o....

Kotak-kotak itu berisikan bermacam-macam topik dari yang mudah hingga paling susah. Inna berhenti tepat di tengah jam sukat itu kemudian melihat sekelilingnya untuk mengetahui pertanyaan apa saja yang telah terambil duluan. Tiba-tiba Inna kembali mendengar bisikan suara air di arah air gelas yang barusan dilihatnya. Inna menoleh ke belakangnya dimana air gelas itu berada. Letaknya sangat jauh dari Inna, tetapi bagaimana bisa dia dapat mendengar suara air itu dari kejauhan?

Tanpa sengaja ada pemain lain yang mendorongnya. Beruntung Inna terjatuh di sebelah jam sukat itu. Tidak tahu apa yang akan terjadi jikalau Inna menghancurkan benda itu. Ketika berdiri, Inna melihat sebuah kotak yang terletak di ujung. Inna berjalan ke arah sana untuk melihat topik pertanyaan. Waktu seakan berhenti sementara. Kotak itu berada di sebelah kotak bernomor 12. Mata Inna terkejut ketika melihat lebel topik itu. “Danau Warna,” kata Inna dengan suara kecil. Inna bisa merasakan larian pemain yang mencari kotak dengan topik yang mudah sedangkan Inna masih terdiam di sana. Berdebat dengan pikiran dan egonya.

Inna menyentuh kotak itu dengan pelan dan berbisik kepada dirinya sendiri, “Farre Houses,” Ketika tersentuh kotak itu, cahaya silau muncul dan secarik kertas jatuh di bawahnya. Inna memungut kertas itu. Sebelum Inna sempat membaca kertas itu, tiba-tiba Noah datang ke arah Inna dan mengambil paksa kertas itu.

Inna yang hampir marah kepada Noah berubah menjadi tatapan terkejut. Mata jingga Noah terlihat sangat marah. Inna juga bisa melihat tatapan dari pemain lain yang mengarah ke arahnya. Tatapan tidak percaya dan terkejut. Apakah pertanyaan yang Inna ambil begitu sulitnya? Inna membalas sekilas tatapan mereka dengan tidak suka.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Noah dengan nada suara berat. Suaranya seakan menahan kemarahan. Pikiran Inna kini dipenuhi dengan pertanyaan. Memangnya dia bertindak egois hanya karena memilih pertanyaan itu? Memang benar Inna sangat terobsesi dengan Farre Houses, tetapi tidak ada salahnya Inna memilih topik yang menyangkut rasa penasarannya, kan?

“Aku memilih pertanyaan ini,” jawab Inna pelan dan beranggapan bahwa Noah tidak marah kepadanya. Wajah laki-laki 'Alam' api itu tidak berekspresi ketika membaca kertas itu, tetapi Inna tahu bahwa Noah sedang memikirkan sesuatu.

Noah memberikan kertas itu kepada Inna dan berkata, “Pertanyaan itu sangat susah. Bagaimana kita mencari jawabannya?” Suara Noah terdengar mengecil seakan bertanya kepada dirinya sendiri.

Inna membaca kertas itu dan dia terkejut. Inna tidak tahu apakah pertanyaan itu merupakan petunjuk untuk mencari Danau Warna atau sebuah malapetaka bagi timnya.

Entah kenapa rasanya suara air di dalam gelas yang barusan didengarnya kini terdengar seperti tawahan. Seakan mengejek kebodohannya. Kertas itu tertera pertanyaan.

...'Apa yang kalian lihat di Danau Warna ketika Peri Putri Duyung menangis?'...

....o.O.W.O.o....

Langit sore terlihat indah. Warna jingga bercampur dengan biru. Matahari tidak memancarkan panas, tetapi cahayanya masih bersinar. Anginnya seperti sebuah selimut, memeluk dengan erat tubuhnya. Baru pertama kalinya Inna menyadari bahwa dari atap sana, ia dapat melihat matahari terbenam.

Setelah Inna dan Noah kembali, Ben dan Rey dikejutkan dengan selembar kertas yang diberikan oleh Noah. Mereka hanya bisa menggeleng kepala sedangkan Inna masih setia memandang langit sore.

Rey berjalan ke arah Inna. Menepuk bahunya dengan pelan dan berkata. “Aku tahu kamu sangat penasaran dengan Luna Mermaid dan Danau Warna, tetapi ini–”

Inna memotong kalimat Rey dengan tatapan tidak suka. Rey terlihat pasrah dengan sikap semaunya Inna. Sayangnya, Noah tidak demikian. Noah berjalan ke arah Inna dengan kesal. Wajahnya terlihat menahan marah membuat Inna menatap dingin ke arahnya.

“Lain kali jika kamu ingin mendapatkan sesuatu untuk dirimu sendiri, jangan pernah bawa kami ke dalam urusanmu,” kata Noah. Inna membelalakkan matanya. Tidak percaya bahwa Noah sangat berani sekali berkata seperti itu. Inna sempat ingin membalas, tetapi Noah segera menjauhi Inna sebelum mereka benar-benar bertengkar hebat. Rey hanya bisa melihat keduanya dengan tatapan tidak mengerti. Ben justru memilih fokus kepada pertanyaan mereka daripada melihat Inna dan Noah bertengkar.

Rey kembali melihat Inna yang kini melipat tangannya. Harus Rey akui bahwa tindakkan Inna memang tidak benar karena memilih pertanyaan sesuka hatinya, tetapi Rey juga tahu bahwa Inna menyadari sikapnya. Tatapan mata Inna yang melihat ke arah Noah adalah penyesalan. Inna berjalan ke arah Ben bersama dengan Rey. Noah bersikap dingin walaupun terlihat mencoba fokus kepada permasalahan mereka.

“Ehem, sepertinya pertanyaan ini sedikit membingungkan,” kata Ben terlihat canggung walaupun dia sudah berusaha agar suasana mereka tetap damai.

“Aku tidak mengerti maksud dari Peri Putri Duyung yang menangis,” kata Inna.

“Apa yang harus kita lakukan selanjutnya, ketua?” tanya Rey kepada Noah. Noah terlihat melirik sedikit ke arah Inna kemudian kembali membaca kertas pertanyaan itu.

“Masing-masing dari kita mencari informasi mengenai Peri Putri Duyung dan Danau Warna,” kata Noah sambil mencoba terlihat tenang. “Kalau kita tidak mendapatkan apapun, tidak ada cara lain selain mencarinya di luar akademi,” lanjut Noah. Rey dan Ben mengangguk paham. Setidaknya di pertandingan Tessera Clocear memperbolehkan pemain untuk mencari jawaban dimana saja termasuk keluar dari wilayah akademi. Selama ada pendamping yang menemani para pemain.

Ben menatap ke arah Inna. Tentu saja Inna merasa risih terutama Ben memancarkan senyum yang mencurigakan.

“Noah, kalau boleh memberikan saran. Bagaimana kalau Inna saja yang mencari tentang Danau Warna. Anggap saja sebagai hukuman untuk Inna,” kata Ben. Inna memang terkejut, tetapi dia tidak mengatakan apapun. Sebenarnya Inna tidak berada di posisi untuk membela dirinya sendiri.

Tanpa berpikir panjang, Noah mengangguk setuju. “Tidak masalah kalau begitu.”

Inna terlihat santai tanda bahwa ia tidak masalah. Sebenarnya Inna tidak mempermasalahkan hal itu juga, mengingat ia sendiri sudah membaca buku mengenai Danau Warna.

Kemudian mereka berempat kembali ke asrama mereka masing-masing.

....o.O.W.O.o....

Laptop jadul berwarna putih kini menyala tanda sang pemilik sedang menggunakannya. Beberapa halaman web bertumpukan ketika Inna –pemilik laptop itu mencoba mencari beberapa informasi mengenai Farre Houses atau Danau Warna.

Inna hanya mengetahui bahwa Farre Houses terbagi menjadi tiga. Rumah para Ular Air Putih, Rumah sang Gurita, dan yang terakhir Rumah Makhluk Duyung yang sekarang menjadi sebuah kota dalam air.

Rumah para Ular Air Putih kini menjadi sebuah reruntuhan akibat peperangan antara Sir Carlos dengan Kerajaan Timur. Kehidupan di sana sudah tidak ada, tetapi tidak ada pernyataan yang pasti apakah Ular Air Putih telah punah atau tidak. Sedangkan Makhluk Duyung yang dimaksudkan bukanlah manusia setengah ikan. Melainkan sosok bersisik yang memiliki fisik hampir menyerupai manusia. Warna badan mereka pun hijau lumut.

Inna sebenarnya sedikit penasaran dengan Rumah ketiga yang berisikan sang Gurita itu. Octopus Fair adalah namanya. Satu-satunya gurita yang tinggal di rumah itu. Gurita yang memiliki tinta emas. Sebenarnya Inna kurang paham maksud dari tinta emas itu. Apakah gurita itu benar-benar mengeluarkan tinta ataukah hanya perumpamaan sesuatu? Octopus Fair tidak mudah ditemui. Bukan karena lokasi yang misterius, tetapi karena disekitar rumah itu terdapat tinta hitam yang beracun. Yang terdengar aneh adalah tinta itu sama sekali tidak menyebar ke rumah atau danau yang lain.

Hal lain yang membuat Inna sangat penasaran adalah mayat Sir Carlos.

Hingga berakhirnya perang itu, mayat Sir Carlos tidak pernah ditemukan. Ada yang mengatakan membeku di dalam air, ada pula yang mengatakan menghilang.

....o.O.W.O.o....

Ruangan itu memang gelap, tetapi masih ada cahaya biru yang sedikit menerangi ruangan. Yhogi dengan 'Alam' teknologi yang dimilikinya membuat berbagai macam alat berteknologi. Alat-alat canggih itu hanya dibuat untuk dirinya sendiri. Walau ada beberapa alat yang sempat Yhogi jual kepada perusahaan besar demi membayar sekolahnya. Dengan kemampuan yang luar biasa, Yhogi seharusnya bisa dikatakan sebagai aset negara. Sayangnya, Yhogi tidak ingin pemerintah dan kerajaan ikut campur dalam kehidupannya.

Di samping Yhogi ada Primrose yang sedang menonton siaran berita. Berita yang berisikan tentang lepasnya dua buronan kelas atas dan saat ini masih dalam proses pencarian oleh Prajurit Kerajaan. Jika ada kriminal yang sedang dicari Prajurit Kerajaan berarti ancaman kriminal itu sangat berbahaya.

Tatapan Primrose yang dingin mengarah ke berita itu dan dimatikannya. Yhogi beranjak dari tempatnya dan keluar dari ruangan itu. Membiarkan Primrose sendirian.

Buronan itu harus segera disingkirkan.

....o.O.W.O.o....

Kini keempat remaja itu kembali berada di atas atap gedung. Ben bersikeras menyebut tempat itu sebagai tempat pertemuan dan kelihatannya tidak ada yang melarang Ben. Jadi, tempat pertemuan itu kini dipenuhi oleh kertas-kertas yang berserakan dimana-mana. Isi kertas itu adalah cetakan dari informasi yang mereka dapatkan. Informasi itu menyebutkan bahwa Peri Putri Duyung benar-benar telah punah. Noah dan Rey telah berulang kali membaca dokumen itu. Berharap menemukan jawaban. Sayangnya, usaha mereka sia-sia. Di sisi lain, Inna dan Ben sedang menyelidiki kertas yang berisikan pertanyaan itu. Inna sempat berpikir bahwa terdapat rahasia lain dibalik pertanyaan itu. Hasilnya juga sama saja. Tidak ada apa-apa.

Noah menutup wajahnya dengan tangan kirinya. Terlihat sekali bahwa Noah sudah tidak tahu harus berbuat apa. Sejujurnya Noah sedikit ingin mengetahui sesuatu. “Rey,” panggil Noah sambil berbisik. Berharap agar gadis 'Alam' air itu tidak dengar.

Rey melihat ke arah Noah tanda ia mendengarkan. “Kenapa Inna sangat terobsesi dengan Farre Houses? Ben bilang Farre Houses adalah nama lain dari Danau Warna,” Noah bertanya untuk meminta jawaban.

“Kukira Ben sudah cerita mengenai Inna yang dapat mendengar suara air,” kata Rey yang dibalas Noah dengan anggukan kecil. Tanda bahwa ia sedikit ragu. “Inna bilang air-air itu selalu menyebut Luna. Akhirnya, Inna terobesi kepada sesuatu yang berhubungan dengan Luna.” Lanjut Rey.

Noah terlihat sedikit ragu untuk mengatakan sesuatu, tetapi lebih baik Rey mengetahui hal ini daripada Inna. “Aku hanya memberitahumu dulu, jadi jangan bilang apa-apa ke Inna,” ancam Noah, Rey mengangguk cepat.

“Sepertinya Luna yang kalian maksud memang benar Luna Mermaid,” lanjut Noah.

“Yakin?” tanya Rey.

“Aku sempat melihat Inna menjadi Luna Mermaid,” bisik Noah. Sang 'Alam' api itu menemukan keganjilan ketika melihat mata Inna. Warnanya sangat biru seperti ada ombak dibaliknya. Rey yang melihat pandangan Noah ke arah Inna juga ikut melihat ke arah Inna.

“Kamu percaya soal Avrora?” tanya Rey dengan nada serius. Rey yakin sekali jika bangsawan di depannya bisa dipercayai.

Noah menggeleng. “Aku tidak tahu, tetapi–” Noah berhenti sebentar sebelum mengatakan sesuatu. Tatapannya beralih ke Rey. “Yhogi bukanlah pembohong,” lanjutnya.

Rey menjawab dengan anggukan. Sepertinya Noah kenal Yhogi. Setidaknya laki-laki 'Alam' petir ini tahu jika Noah bukanlah tipe orang yang suka berbohong.

Inna yang ternyata menyadari bahwa Rey dan Noah sedang memandangnya dengan tatapan yang penuh rahasia, sungguh membuatnya tidak nyaman. Entah apa yang dibicarakan mereka. Apa yang dilakukan Inna tidak ada yang salah, kan? Ia hanya mengikuti hukuman yang diberikan Noah. Sejujurnya saja, Inna mau menerima hukuman itu bukan karena ia terebosesi dengan Farre Houses. Inna justru merasa bersalah ketika pemilihan pertama waktu itu. Jika ia terobsesi, mungkin buku yang ia pinjamkan tidak akan pernah Inna kembalikan.

“Inna, kamu melamun lagi,” panggil Ben.

Inna kembali melihat pertanyaan itu. Sebenarnya tidak ada yang aneh baik dari kertasnya maupun pertanyaannya. Berarti yang perlu mereka lakukan adalah menyelidiki Peri Putri Duyung langsung ke tempat kejadian. Inna tertawa kecil ketika memikirkan itu. Mau kemana mereka mencari Peri Putri Duyung yang sudah punah?

“Inna, mungkinkah Peri Putri Duyung ini hanyalah ungkapan?” tanya Ben dengan nada tidak serius. Pertanyaan Ben yang asal disebutnya itu sebenarnya membuat otak Inna berpikir keras. Peri Putri Duyung yang dimaksud bisa saja sesuatu yang berada di Farre Houses, kan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!